Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bakar Ikan di Tepi Pantai Bawean

Bakar Ikan di Tepi Pantai Bawean

Posted by Media Bawean on Kamis, 27 Oktober 2011

Media Bawean, 27 Oktober 2011


KESIBUKAN membuat kami sekeluarga hampir tidak pernah berlibur bersama. Satu-satunya yang bisa dikategorikan sebagai ”liburan” adalah momen Hari Raya Idul Fitri. Ketika itu, kami mudik ke kampung halaman, Pulau Bawean.

Tahun ini kami juga mudik ke Pulau Bawean. Perjalanan ditempuh dengan kapal feri sekitar tiga jam dari Pelabuhan Gresik. Saat sampai di Pulau Bawean yang indah dan asri, perasaan tenang merasuk dalam tubuh. Setahun kami dipenuhi rasa letih dan bosan dengan bermacam aktivitas.

Saat sampai di Bawean, kami diham piri rasa haru. Setelah setahun, kami bisa bertemu lagi dengan keluarga besar dan masyarakat Bawean yang ramah. Kami berbincang-bincang dan melepas rindu bersama keluarga besar.

Karena tahun ini pulang agak mepet dengan hari raya, kami sibuk mempersiapkan diri untuk hari suci itu begitu sampai di Bawean. Kami membuat ketupat sendiri. Meski demikian, saya
tetap belum bisa membuatnya.

Kami juga membuat apam merah dan putih yang merupakan jajanan khas Lebaran tiba. Tidak lupa, kami mengolah berbagai masakan yang berbahan daging. Semua terasa menyenangkan karena dilakukan sambil bersenda gurau.

Hari besar itu pun tiba. Kami berangkat ke Masjid Baitul Mu’minin, Desa Daun Timur, untuk melaksanakan salat Id. Acara silatu rahmi tidak pernah luput dari agenda kami. Kami mengunjungi sanak saudara di seluruh pulau dan bermaaf-maafan.

Satu lagi kegiatan yang tidak pernah dihapus dari daftar agenda mudik kami. Yaitu, makan bersama sambil membakar ikan di pantai. Itu adalah acara ”wajib” saat kami pulang ke Bawean. Di Bawean ada banyak pantai yang indah. Bahkan, menurut saya, pantainya jauh lebih indah daripada pantai-pantai di Bali atau tempat-tempat wisata lain di dunia.

Salah satunya adalah Pantai Mayangkara yang disebut sebagai pantai terindah kedua di dunia setelah Pantai Pattaya di Thailand. Ada juga pantai di Pulau Gili (sebuah pulau kecil di Bawean) yang keindahan bawah lautnya lebih menakjubkan daripada Bunaken. Ada juga Pasir Putih yang tidak kalah indah oleh Pantai Kuta di Bali.

Ketika mengunjungi sanak saudara di ”kota” di Bawean, kami masih bisa menemukan hamparan sawah yang menguning. Sawah tersebut dikelilingi pepohonan dan dilatarbelakangi gunung yang masih asri. Sungguh pemandangan yang sulit untuk dilupakan.

Sebenarnya, kami ingin menjelajahi seluruh tempat indah di Bawean. Namun, karena jadwal ayah tidak memungkinkan, acara makan bersama dilakukan di pantai di Desa Lastimur, dekat desa tempat kami tinggal. Sekitar 10 menit perjalanan dengan motor, kami sampai di pantai tersebut. Subhanallah, keindahan pantainya membuat saya berdecak kagum. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat stres hilang seketika.


Kami mulai mengeluarkan seluruh perlengkapan, seperti tikar, piring, dan cobek. Kami juga mengeluarkan bahan-bahan untuk dimasak serta ikan untuk dibakar. Kami mulai bekerja dengan pem bagian tugas. Ada yang memasak ikan pindang, membuat sambal pencit, membakar ikan, hingga naik pohon kelapa untuk meng ambil kelapa muda.

Sekitar sejam kemudian, seluruh makanan tersedia. Kami menyantapnya dengan lahap. Kebersamaan membuat kami bahagia. Kami tertawa lepas. Kami menikmati indahnya kebersamaan dan pantai dengan iringan suara angin dan ombak.

Lima jam berada di pantai tidak terasa. Saat kami memutuskan untuk pulang, ada perasaan "sayang" untuk meninggalkan pantai tersebut. Kami sedih karena esoknya harus meninggalkan
Pulau Bawean untuk kembali ke rutinitas di Pulau Jawa. Saya bertekad, begitu ada kesempatan, saya akan kembali dan menikmati keindahan Pulau Baweanku tercinta. (*)

Sumber : Jawa Pos, 27 Oktober 2011
Kiriman Ajib Ghufron

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean