Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bersahabat Dalam Tempo Singkat
(IN MEMORIAM ZULFA USMAN)

Bersahabat Dalam Tempo Singkat
(IN MEMORIAM ZULFA USMAN)

Posted by Media Bawean on Kamis, 06 Oktober 2011

Media Bawean, 6 Oktober 2011

Oleh : Ali Asyhar


Penulis amat terkejut ketika Jum’at malam (bakda maghrib) mendapat sms dari H.Syariful Mizan yang mengabarkan bahwa pak Zulfa wafat. Sesaat kemudian secara beruntun penulis mendapat sms serupa dari beberapa teman. Terkejut karena dalam benak penulis beliau “ belum pantas” wafat. Karya dan pengabdian beliau masih sangat ditunggu banyak orang. Dalam ilmu tasawuf berpikiran semacam ini memang tidak boleh karena umur dan cara seseorang menemui ajalnya adalah rahasia Allah semata. Tulisan ini hadir sebagai bentuk rasa kehilangan yang mendalam dari penulis. Bagi penulis pak Zulfa adalah sahabat, guru, inspirator dan teman berdebat yang menyenangkan.

Sejujurnya penulis belum lama mengenal beliau. Sejak menetap di Bawean pertengahan 2005 penulis baru mengobrol akrab dengan beliau tahun 2007. Saat itu penulis diundang untuk memberi motivasi kepada peserta jalan sehat di alon-alon Sangkapura dalam rangka hari pendidikan nasional. Sebelumnya penulis hanya mendengar sayup-sayup sepak terjang beliau dari Kyai Bajuri Yusuf. Yang penulis dengar adalah beliau seorang administrator yang cakap, mantan sekretaris PCNU Bawean dan bersimpati dengan Hizbut Tahrir. Uniknya, semenjak akrab tahun 2007 sampai wafatnya kami tidak pernah nyenggol tentang Hizbut Tahrir. Kami saling menenggang rasa karena tahu sama tahu. Penulis tahu bahwa beliau bersimpati dengan Hizbut Tahrir sedangkan beliau juga tahu bahwa penulis menentang Hizbut Tahrir.

Persahabatan menjadi intim ketika penulis dan pak Zulfa sama-sama menjadi team pendirian STAIHA Bawean. Seringnya bertemu dan bertukar fikiran menjadikan penulis tahu bahwa beliau adalah orang yang energik, kaya ide dan hebat dalam tata kelola administrasi.

Penulis adalah tipe orang yang senang belajar dari siapapun yang dijumpai. Tidak harus dari tokoh nasional tetapi sahabat-sahabat kita adalah tempat belajar yang terdekat. Penulis belajar kecakapan dan administrasi dari pak Zulfa dan bu Wiwin , belajar kegigihan dan keihklasan dari Kyai Bajuri dan Kyai Zakariya, belajar semangat dari pak Baharudin dan mas Basit , belajar loyalitas dari pak Khotiful dan pak Suruji, belajar santun dari Prof. Shonhaji Sholeh, belajar dermawan dari H.Mizan dan H.Makmang, belajar tabah dari bik Mai Lebak dan masih banyak lagi. Harapan penulis, bila tidak bisa mencontoh 100 % setidaknya mendekati.

Sebelum pak Zulfa sakit penulis mendesak beliau untuk segera memulai penulisan kamus bahasa Bawean. Saat itu beliau menjawab masih mencari waktu meskipun penulis menawarkan bantuan pengetikan. Begitu juga saat penulis mengajak beliau untuk melanjutkan kuliah doctoral di Surabaya beliau menjawab nanti setelah ibadah haji. Saat sakit mulai mendera dan badan beliau tampak kurus pucat penulis sering menjenguk sambil mengajak guyonan. “ Pak, saya ini sering kali heran dengan kehendak Allah, mestinya yang lebih pantas sakit itu bukan sampeyan tetapi preman-preman jalanan itu”. Jika penulis mulai menggoda demikian biasanya beliau hanya tersenyum simpul.

Penulis tidak menafikan sebagian orang yang tidak suka dengan beliau. Berbagai kabar ini dan itu sering mampir di telinga. Tetapi penulis berpendapat adalah hal yang wajar dan biasa bila dalam bermasyarakat ada yang suka dan tidak suka. Penulis pernah merasakan “ amarah” beberapa orang karena memberi panggung kepada beliau untuk menyampaikan gagasannya tentang kecamatan kepulauan. Sebagai ketua panitia seminar internasional dengan tema “ Membangun Bawean lewat alam dan budayanya” penulis mempersilahkan siapapun untuk menyampaikan pendapatnya. Tentang setuju ataupun tidak adalah soal lain. Hemat penulis gagasan pak Zulfa adalah biasa-biasa saja tetapi uniknya respon dari orang yang tidak suka memang luar biasa.

Akhir kata, potensi yang beliau miliki telah di dharma baktikan secara maksimal untuk kebaikan bersama. Tentang kekurangan beliau adalah hal yang biasa sebagai manusia. Sangat mungkin kekurangan yang kita miliki jauh lebih banyak dari beliau. Selamat jalan pak Zulfa. Persahabatan yang singkat ini semoga menjadi inspirasi bagi banyak orang. Urusan surga atau neraka adalah hak mutlak Allah tetapi caramu menemui-Nya sungguh adalah cara yang indah.

Ali Asyhar, Dosen STAIHA Bawean

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean