Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » In Memoriam Moh. Sueb dalam 38 Puisi
"Burung Camar Putih dari Bawean"

In Memoriam Moh. Sueb dalam 38 Puisi
"Burung Camar Putih dari Bawean"

Posted by Media Bawean on Kamis, 06 Oktober 2011

Media Bawean, 6 Oktober 2011

Oleh :Drs. H. Abdul Khaliq (Guru SMANU ISLAMIYAH BAWEAN)


WASIAT

Sebelum Nabi Muhammad wafat:
"Kutitipkan umat ini kepadamu"

Sebelum Bung Karno wafat:
"Kutitipkan bangsa dan negara ini kepadamu"

Sebelum Muhammad Sueb wafat:
"Kutitipkan sekolah ini kepadamu"
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Elva Rahmah Hayani,S.Farm.,Apt., Alumni SMP Islamiyah,2002)



Ada berbagai cara untuk mengenang orang yang dicintainya,atau tokoh yang dianggapnya berjasa. Salah satu bentuknya adalah dengan cara mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Dalam ragam sastra ,bentuk puisi itu disebut ode. Ode adalah salah satu bentuk puisi baru yang berisi sanjungan,tuntunan, atau ajaran hidup.

Tujuh hari setelah wafatnya Bpk. Mohammad Sueb,pada 27 Agustus 2011 , saya menghubungi beberapa tokoh, pendidik,kerabat,alumni dan siswa SMPNU-SMANU ISLAMIYAH BAWEAN agar berkenan membuatkan puisi pendek untuk mengenang jasa-jasa Sang Guru dalam peringatan 40 hari almaghfurlahu.Saya berpendapat bahwa membuat puisi itu "gampang". Dunia ini sebenarnya penuh dengan puisi. Apa pun bisa dipuisikan,bahkan sikap menolak,diam,bisu,dan bungkam pun bisa jadi puisi.Oleh karena itu, siapa pun bisa berpuisi. Apakah sebuah puisi itu 'ber-ruh' atau tidak, itu persoalan lain. Alhamdulillah,gayung bersambut. Hampir 200 puisi saya terima. Lalu, puisi-puisi itu saya seleksi menjadi 38 puisi yang layak. Angka 38 saya pilih untuk mengingatkan kita bahwa Sang Guru selama 38 telah 'mewakafkan' dirinya menjadi guru. Sejak 1973 hingga 2011. Lebih dari separuh umurnya digunakannya untuk bersetia kepada istri keduanya: sekolah!


Almarhum ingin sekali mencetak siswa yang bermartabat . Diciptakannya sendiri visi sekolah yang juga - -entah kebetulan atau tidak --ada 38 huruf pada kalimat visi ciptaannya. Coba hitung jumlah huruf visi ini : S i s w a u ng g u l d a l a m i p t e k d a n m u l i a d a l a m i m t a k
(SISWA UNGGUL DALAM IPTEK DAN MULIA DALAM IMTAK

Kebermaknaan puisi terletak pada diksi,rima,dan penggunaan majas yang tepat.
Para penulis puisi itu banyak menggunakan majas metafora,yaitu majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.

Ibu Dra.Wanda Metini Hiariej,M.M. ,Kepala Dinas Pendidikan Kabupten Gresik menyebut Sang Guru dengan "Burung Camar Putih dari Pulau Bawean" yang juga dijadikannya sebagai judul puisinya.
Pada larik pertama:

Dari jarak tempatku berpijak

Kelepak sayap putihmu
Masih terbayang angan

Di atas laut
Di bawah langit
................

Rupanya masih tersisa goresan kenangan indah dan mendalam yang sulit dilupakannya ketika Bu Wanda bersama-sama Pak Sueb menjadi pembina kontingen seni zamrah. Ketika itu Bu Wanda masih menjabat Kasubdin Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik. Pada 2007, SMA Islamiyah Bawean mewakili Kabupaten Gresik menjadi kontingen Lomba Zamrah Remaja pada Pekan Seni dan Pelajar Provinsi Jawa Timur,tahun 2007 di Surabaya. Walaupun hanya menyabet Juara Harapan II , prestasi ini bagi Bu Wanda menjadikan 'suara rebana' itu selalu terdengar kemerduannya. Perhatikan bunyi larik berikut!
. . . . . .
Dari sini

Aku masih mendengar suara rebana
lagu-lagu zamrah binaanmu

Dari waktu ke waktu
terus tumbuh
menjadi piala-piala

. . . . .

Sama halnya dengan Ibu Wanda, Bapak Drs.Chusaini Mustas,M.Pd., mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pada era Bupati K.H. Robbach Maksum, yang kini menjadi Widyaiswara Madya Lembaga Administrasi Negara,Badan Diklat Provinsi Jawa Timur, juga menggunakan majas metafora. Puisinya berjudul "Mercusuar Pendidikan" Kepada Sahabatku Moh. Sueb. Perhatikan kutipan puisi berikut!

. . . . . . .
Keberadaanmu tidaklah sia-sia
sepanjang jalan kenangan

Kaubasahi nurani yang kering

Kaubasmi virus kehidupan

Kauterangi hati yang gelap

Kausiramkan air kedamaian

Kaujembatani gap kesemerawutan

Kaupoles perilaku dengan budi pekerti

Kausapa keheningan dengan keimanan dan ketakwaan

Kaukikis kebodohan dengan pisau pendidikan

Engkau seperti mercusuar di tengah terpaan ombak kehidupan
. . . . .
Kepergian Sang Guru bagi kedua mantan atasannya itu tentu menorehkan duka cita yang dalam sebagaimana yang dialami juga oleh Drs. Musaddad, alumni SMP Islamiyah,tahun 1978,yang kini menjadi Kepala SDN Kapasan 3,Surabaya
Ia menulis puisi untuk Sang Guru:

Duka Cita

(Buat guruku Bpk. Moh. Sueb)

Tertegun di sudut ruang duka cita

duka itu menyisakan kenangan

duka itu sepi

Engkau taksendiri
benih ilmu yang kautabur
tumbuh subur
di hati anak bangsa
sepanjang masa

. . . . . . . . .
Pak Musaddad yang pernah mendapat penghargaan Guru Inspiratif pada Mei 2009 dari Tim S Ibu Tri Risma Maharini, yang kini menjabat Walikota Surabaya,menutup puisinya dengan harapan dan doa:

Tercium wanginya bunga
Kaupetik buah
dari pohon jasa
yang kautanam di dunia

bersama bidadari
di surga abadi

Apa kata murid-muridnya tentang Sang Guru? Baca
edisi berikutnya!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean