Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Pelaut Dan Administrasinya

Pelaut Dan Administrasinya

Posted by Media Bawean on Senin, 10 Oktober 2011

Media Bawean, 10 Oktober 2011

Oleh : Wardi Azzaur*
Quebec city, Canada, Oct 08, 2011
*Penulis adalah Pelaut asal Bawean 
Tinggal di Dusun Pecinan, Kepuhteluk, Tambak.



Dalam beberapa kesempatan saya sering mendengar tetangga yang bercerita tentang keinginannya untuk mempekerjakan anak laki-lakinya di kapal namun selalu terkendala banyaknya biaya yang harus dikeluarkan. Keinginan yang hanya jadi satu impian itu saya kira bukan hanya menjadi milik tetangga saya, tapi juga banyak orang tua di Bawean kita ini. Tulisan pendek ini akan sedikit memberi wawasan pembaca tentang biaya bekerja di kapal yang oleh kebanyakan orang kita kerap dipandang sangat mahal itu.

BIAYA AWAL
Jika patokan yang ingin kita bahas adalah bekerja di kapal sebagai ABK biasa, bukan perwira kapal, maka biaya awal yang perlu kita keluarkan adalah biaya pembuatan dokumen. Pertama adalah BST (Basic safety training), biaya untuk yang satu ini adalah sekitar satu juta. BST adalah sertifikat wajib yang harus dimiliki pelaut Indonesia, karena peraturan sekarang untuk mendapatkan atau membuat buku pelaut calon pembuat harus memiliki BST. Sertifikat kedua adalah SCRB (Search craft and rescue boat) yaitu sertifikat cara menurunkan dan menyelamatkan diri dengan sekoci, biaya untuk ini juga hampir mencapai 1 juta. Dengan 2 sertifikat ini dan buku pelaut berdasarkan peraturannya, sang pelaut sudah bisa bekerja di kapal dengan rute intersuler atau dalam negeri. Namun kebanyakan perusahan perkapalan dalam negeri meminta lebih dari itu, semisal paspor, Sertifikat untuk memadamkan api (AFF), TF (Tangker Familirization) dan ANTD/ATTD (Ahli Nautika Tingkat Dasar/ Ahli Tehnik Tingkat Dasar) atau Watch keeping. Keempat yang disebut diatas ini jika ikut prosedur resmi tak lebih dari 5 juta, namun karena kebanyakan orang memakai jalan pintas, maka biaya yang harus dikeluarkan pasti lebih dari 5 juta.

Dengan biaya awal sekitar 7 juta, seharusnya sudah cukup untuk bekerja di kapal. Namun masalahnya tak ada satu institusi yang berhak mengeluarkan sertifikat ini terletak di Pulau Bawean. Yang akhirnya dengan keharusan orang Bawean pergi ke Jawa, malah ada sebagian sertifikat yang dikeluarkan hanya oleh lembaga yang berada di jakarta. Tentu ini lebih memberatkan lagi karena ongkos transportasi dan biaya hidup di jakarta lebih mahal, belum lagi ada sebagian orang Bawean yang saat tiba di Jakarta langsung terkena virus ‘bebek ketemu air’, yaitu saat di Bawean dianya seorang yang lugu dan pendiam namun sesaat setelah tiba di Jakarta menjadi langsung liar alias dengan buas memuaskan selera hidupnya yang saat tinggal di Bawean dulu tak pernah didapatkannya, yang akhirnya biaya buat sertifikat ini yang semuanya hanya berkisar diantara 15 jutaan bisa membengkak 2 kali lipatnya.

BIAYA LAINNYA
Biaya berikutnya yang harus dikeluarkan calon pelaut baru adalah biaya administrasi atau fee atau yang biasa dikenal oleh orang Bawean sebagai uang sogok. Berapa sogok-an yang seharusnya dikeluarkan oleh calon pelaut baru? Berikut ini sedikit gambar sederhana apa dan bagaimana uang sogok itu.

Masyarakat awam harus tahu apa itu uang sogok atau fee. Uang sogok adalah nama yang sangat terkenal dalam dunia perkapalan, terutamanya mereka yang bekerja sebagai ABK kelas bawah di satu kapal, baik itu kapal Cargo, Tug boat atau kapal penumpang. Tanpa uang sogok hampir mustahil seseorang bisa menembus dunia yang kata orang punya masa depan yang bagus ini. Kata uang sogok bukan hanya terkenal pada akhir-akhir ini, bahkan sejak saya masih anak-anak kata ini sudah ada. Lebih besar uang sogoknya biasannya lebih besar pula gaji yang didapat oleh seorang ABK, demikian rumus setengah baku yang sering kita dengar.

Seiring perjalanan waktu dan berkonotasi negativenya kata uang sogok ini, serta pandangan jelek orang tentang kata ini, ditambah hukum tradisional atau agama bagi pemberi dan penerima uang ini yang berkatagori terlaknat, maka sebagian orang, terutama para pengerah tenaga kerja atau calo, maka mulailah orang memberi nama uang ini sebagai biaya administrasi atau fee atau charge, hingga kata sogoknyapun mulai menghilang dengan sendirinya. Hingga jika kita akhir-akhir ini berbicara tentang uang sogok, maka istilah yang keluarpun sudah tak lagi seperti yang dulu-dulu.

Kalau kita mau fair, sebenarnya memang uang sogok itu lebih condong sebagai biaya administrasi. Administrasi agar kita diproses hingga bisa bekerja. Karena dari uang sogok itu pengerah tenaga kerja memanfaatkannya sebagai uang tiket, sign on hingga medical check up. Beda dengan definisi uang sogok yang terjadi buat para pejabat pemerintah. Pejabat yang divonis korupsi karena menerima uang sogok karena mereka sudah dibayar atas pekerjaannya. Uang sogok disini berfungsi sebagai pelicin. Mereka memanfaatkannya sebagai jasa agar urusannya cepat diselesaikan dan mengkesampingkan urusan orang lain yang tak memberinya sogok.

BAGAIMANA MENGHITUNGNYA
Meskipun tak ada rumusan baku, uang sogok atau fee buat pengerah tenaga kerja di kapal ini bisa diasumsikan dengan gampang. Pertama berdasarkan jumlah gaji yang calon pelaut akan dapatkan dan kedua berdasarkan jarak kemana si calon pelaut akan dikirim. Untuk yang pertama, fee buat penyedia lapangan kerja di kapal ini rata-rata satu hingga dua bulan gaji dari calon pelaut. Yang kedua adalah tiket bolak balik kemana si calon pelaut akan dikirim. Jika si pelaut sebulan mendapatkan gaji USD 500,- maka hampir dipastikan feenya adalah antara USD 500,- hingga USD 1000,- Demikian jika calon pelaut akan dikirim ke negara jauh semacam Eropa atau Amerika, feenya hampir dipastikan sekitar USD 1500 hingga USD 2000.
Yang jadi pertanyaan adalah jika sang calon pelaut diminta membayar fee 10 juta dengan gaji 1,5 juta dan dikirim ke Tug boat yang lagi sandar di pelabuhan Banjarmasin. Rumus apa yang akan kita pakai? Para calon pelautlah yang seharusnya lebih selektif dalam memilih, karena jika kita berhadapan dengan hal yang begini, unsur penipuannya jelas sekali kentara, kecuali jika ada hal lain yang jadi pertimbangannya, semisal ‘ada uang kencing’nya, yang terus terang saya tak berani membahasnya disini.

Uang sogok atau fee adalah kewajiban. Bukan kewajiban seperti yang didefinisikan dalam hukum agama, tapi syarat agar urusan administrasi calon pelaut bisa diurus. Seperti halnya orang yang akan naik haji, untuk diproses dan masuk daftar waiting list sang calon harus melengkapi biaya administrasi ini. Dan jika biaya naik haji hampir seragam semuanya, maka untuk join ke kapal berlaku hukum yang saya tulis diatas. Yaitu ada yang Cuma memerlukan sedikit biaya dan ada juga yang sering tak terjangkau oleh kebanyakan orang kita. Hingga saat ini saya tak pernah mendengar ada satu perusahaan yang mengratiskan seluruh biaya administrasinya. Meskipun dalam perjanjian yang diadakan antara Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) dengan perusahan pelayaran ada mengandung kalimat “bahwa perusahan kapal membayar dan menyediakan biaya transportasi ABKnya hingga ke tempat joinnya sang ABK dan mengganti biaya yang terpakai selama dalam perjalanan termasuk sewa kamar hotel jika itu diperlukan,” Kenyataan di lapangan sering kali melenceng. Para broker sering mengambil biaya ini dan dibebankan ke calon pelaut. Biaya ini yang sering membuat biaya kerja di kapal tak terjangkau oleh kebanyakan kita. Itulah yang membuat tak ada yang gratis 100 persen dari biaya yang saya jelaskan diatas. Paling tidak, jika tiketnya digratiskan atau madical check up serta biaya visanya, biasanya masih ada biaya lain yang harus dibayar, namun jika demikian ini yang terjadi, maka biayanya akan tak terlalu mahal jika dibandingkan dengan jika kita beli tiket sendiri, apalagi tiket dengan tujuan beda benua semisal Amerika atau Eropa. Ini sebenarnya bisa dimengerti. Kebanyakan orang Bawean pernah ke luar negeri, baik itu Malaysia atau Singapore, dan tak ada orang Bawean yang pergi ke Malaysia dapat tiket gratis pesawat terbang kan? Mereka harus bayar sendiri. Mereka bayar sekitar 1 juta untuk penerbangan berdurasi 1,5 jam dari Surabaya. Biaya ini akan bertambah jika calon TKI ikut calo atau pengawal meskipun itu bernama program calling visa. Jadi masih masuk akal jika calon pelaut disuruh bayar 20 juta jika ianya disuruh join ke kapal yang berada di Amerika, karena durasi terbang dari Jakarta ke Amerika via Hongkong atau kota lain di Eropa sekitar 22 jam dan biaya tiket PP kesana memang sekitar itu.

KESALAHPAHAMAN MENILAI
Kebanyakan orang Bawean yang awam dengan dunia kerja di kapal sering salah paham. Kok sebegitu mahal biaya pelaut yang naik di Jakarta jika dibandingkan dengan mereka yang naik di Singapore?

Orang menyangka jika kita naik di Jakarta, itu berarti kapalnya berada di Jakarta. Tidak! Jarang sekali orang bekerja di kapal join pada kapal yang lagi sandar di pelabuhan Jakarta. Mereka dinamai naik di Jakarta karena tempat pengiriman mereka yang pertama adalah Jakarta. Dari Jakarta sang pelaut dikirim ke pelabuhan-pelabuhan lain di dunia. Pelaut Bawean yang join di Singapore biasanya tak membayar terlalu mahal karena mereka sudah bayar biaya tiket pesawatnya sendiri ke Singapore. Beda dengan yang menggunakan jasa broker di Jakarta, biaya tiketnya termasuk biaya administrasinya itu, makanya jika mereka dikirim ke Hong Kong biasanya biaya tiketnya masuk ke biaya administrasi itu. Itulah alasannya kenapa jika sang pelaut Bawean dikirim ke pelabuhan yang lebih jauh biasanya biaya administrasinya juga kian besar.

CARA TERKINI
Seiring dengan majunya tehnologi informasi, akhir akhir ini banyak perusahaan perkapalan, baik itu di dalam atau luar negeri yang mengiklankan diri di internet. Mereka jelaskan apa keperluan mereka. Jika mereka membutuhkan ABK , biasanya mereka juga jelaskan kriteria dan jabatan apa yang mereka butuhkan. Sang calon pelaut juga disuruh melamarnya lewat internet. Cara ini disamping lebih gampang juga lebih murah. Jika sang calon pelaut memenuhi kriteria yang mereka inginkan, biasanya perusahaan itu akan menghubungi sang pelaut dan menjelaskan apa-apa yang harus dilakukan. Segala uang administrasinya juga akan dijelaskan. Termasuk bagaimana cara memperoleh tiketnya.

Cara ini akan terasa murah karena kita tak diharuskan membayar fee pada broker atau calonya. Demikian juga tiketnya. Tiket biasanya akan dikirim secara gratis, tinggal mengkonfirmasinya ke maskapai penerbangan. Jika tiket pesawat kita yang bayar, biasanya sesampai di kapal uang tiket itu akan diganti, termasuk juga biaya menginap di hotel jika itu merupakan bagian dari perjalanannya. Cerita ini bukan mengada-ada, banyak pelaut senior yang sudah mengalaminya.

Itulah sedikit tentang biaya administrasi kerja di kapal yang bisa saya informasikan. Ada yang besar dan ada juga yang kecil, namun kebanyakan biaya administrasi ini akan bisa cepat kembali jika sang pelaut bisa segera join ke kapal. Masalahnya tak semua urusan ini bisa berjalan lancar. Ada yang sampai beberapa tahun calon pelaut belum bisa menembus ketatnya persaingan. Jika sudah begini maka biaya untuk pekerjaan ini benar-benar tak terbayangkan. Jadi, sebelum terlanjur dan masuk ke dunia ini, masyarakat awam Bawean yang ingin bekerja di kapal harus berpikir ekstra. Sungguh sangat menyakitkan jika sudah mengeluarkan uang banyak tetapi keinginan tidak tercapai.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean