Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Potensi Wisata Pulau Bawean
Tak Kalah Dengan Bali & Bunaken

Potensi Wisata Pulau Bawean
Tak Kalah Dengan Bali & Bunaken

Posted by Media Bawean on Sabtu, 01 Oktober 2011

Media Bawean, 1 Oktober 2011

Di Jawa Timur, ada ratusan tempat wisata. Kendatipun diklaim mampu menarik wisatawan nusantara (wisnu) tertinggi di Indonesia, potensi-potensi yang ada masih banyak yang belum tergarap. Sebutlah Pulau Bawean, yang sekarang masih ‘perawan’ tapi justru berangsur-angsur rusak karena tidak tergarap. Berikut ini wawancara Surabaya Post dengan Kepala Disbudpar Jatim terkait potensi wisata yang masih mangkrak.

Prestasi pariwisata apa yang dikantongi Jatim sekarang selama ini, khususnya semenjak Anda menjabat sebagai Kepala Disnas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mulai Mei 2010 lalu?

Alhamdulillah, Jatim tahun ini rangking pertama nasional dalam jumlah kunjungan wisnu. Dari 122 juta kunjungan wisnu di Indonesia, Jatim ada 25,3 juta wisnu yang berkunjung. Sedangkan untuk wisman (wisatawan mancanegara), Jatim ranking lima tingkat nasional, sekitar 203 ribu wisman.

Objek wisata mana saja yang berpotensi membuat wisatawan tertarik ke Jatim selama ini?

Di Jatim saat ini ada 763 objek wisata, mulai dari wisata alam, budaya, hingga buatan manusia. Kita punya Bromo yang menjadi ikon Jatim. Ada makam lima anggota Walisongo, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, serta Sunan Ampel di Surabaya. Selain itu, ada makam dua mantan Presiden RI, yaitu Gus Dur dan Sukarno. Ada juga peninggalan kerajaan Mojopahit. Jika kembali ke sejarah, Indoensia juga besar karena Mojopahit. Peninggalan ini menjadi objek yang mampu memikat wisatawan.

Jatim memang memiliki banyak potensi wisata, tapi tidak sedikit pula yang sampai sekarang belum tergarap dengan baik, misalnya Pulau Bawean. Padahal, potensinya tidak kalah dengan di Bunaken atau Bali. Menurut Anda apa kendalanya?

Jatim berbeda dengan daerah lainnya. Di sini wilayahnya sangat luas, totalnya 47.922 kilometer persegi. Bayangkan jika anda dari Banyuwangi kemudian ingin ke Pacitan, butuh waktu berapa lama. Nah, sekarang kita sudah punya bandara, seperti di Sumenep, Banyuwangi, Jember, Malang, dan tahun depan di Bawean sudah tuntas. Tentu, bandara ini akan menjadi pintu gerbang pengembangan wisata di Jawa Timur. Sebab, lokasi wisata di Jatim sendiri terpencar dan jauh-jauh antara objek wisata yang satu dengan lainnya.

Khusus Bawean, sekarang ini tranportasinya hanya kapal laut, rencana pembangunan bandara juga dipastikan selesai tahun 2012, soalnya pembebasan lahan yang selama ini jadi kendala juga sudah tuntas. Ketika nanti ada bandara di Bawean, aksesnya akan lebih mudah. Kami akan mendesain Bawean sebagai wisata alami. Biarkan apa adanya! Justru ini yang nanti akan banyak menyedot wisatawan.

Betul, pengembangan wisata tidak bisa lepas dari instansi lainnya. Terus langkah konkret apa yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur sendiri untuk mengembangkan wisata yang ada?

Kita akan kerjasama dengan pemkot atau pemkab. Jika di masing-masing wilayah tersebut memiliki potensi wisata kelas nasional, kita akan koordinasikan dengan kementerian. Selain itu, kita akan tumbuhkan sadar wisata bagi masyarakat Jatim, karena ini sangat penting sebagai modal utama. Misalnya, jika ada wisatawan naik ojek, si tukang ojek tidak menarik dengan ongkos yang tidak wajar. Kalau ada HP (hanphone) tertinggal, jangan rebutan untuk membawa pulang. Saya optimis, Jatim bisa seperti Bali.

Sekarang kan lagi ramai terorisme, sedangkan pariwisata tidak bisa lepas dengan stabilitas atau rasa aman. Bahkan, Bali sendiri yang merupakan tempat wisata kelas internasional langsung sepi pasca kejadian Bom Bali I, apalagi pelakunya orang Jatim. Masyarakat Jatim sendiri image-nya terlanjur buruk, ketika berkendara menggunakan plat ‘S’ di Bali saja sudah dipelototi. Bagaimana menurut Anda dengan kondisi seperti ini?

Sampai sekarang, terorisme tidak diketahui siapa sebenarnya yang mendalangi. Kebetulan saja Amrozi dulu dari Lamongan, Jawa Timur. Saya kira ini tidak menjadi masalah untuk perkembangan wisata di Jatim. Kalaupun memang ada terorisme kita semua harus waspada, dan harus sadar. Kesadaran ini sebenarnya untuk meningkatkan perekonomian kita sendiri.

Menurut saya, justru lebih enak tinggal di Jatim. Tidak ada perbedaan antara suku yang satu dengan yang lain. Coba lihat di kota-kota besar, banyak sekali masyarakat dari luar Jatim yang kerasan menetap di sini, mulai dari belajar di perguruan tinggi hingga sekolah. Di Jatim memang tidak ada istilah diskriminatif. Ini juga merupakan modal bagi kita untuk mengembangkan wisata di Jatim. m27,

Sumber : Surabaya Post

SHARE :

3 comments

Anonim 2 Oktober 2011 pukul 10.34

bawean masih kebanyakan cangkem..............

Anonim 2 Oktober 2011 pukul 17.20

dari kemaren ngomong mulu.. realisasinya masih NOL

Anonim 2 Oktober 2011 pukul 19.27

potensi apa yang tidak ada d bawean??
daerah wisata, menjadi kabupaten, bahkan menjadi provinsi bahkan berpotensi menjadi negara di dalam negara.termasuk berpotensi adanya bom Bawean (kyak bob bali gitu..)

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean