Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Haji Tasbenne`

Haji Tasbenne`

Posted by Media Bawean on Senin, 07 November 2011

Media Bawean, 7 November 2011

Oleh: Drs. H. Abdul Khaliq 
(Guru SMANU Islamiyah Bawean)

A. Akronim

Pernah dengar istilah, gelar, atau panggilan Haji Tasbenne`?

Istilah ini mulai populer pada 1970-an. Ketika itu saya masih kanak-kanak. Masih rajin-rajinnya 'ngajhi totorotan e langgher' 3 kali sehari (pagi, siang, malam). Dengan bangganya saya pakai songkok haji, hadiah dari Embah Haji saya, setiap mengaji.

Istilah ini dipergunakan orang-orang Bawean,di Tambak dan sekitarnya dengan tujuan untuk lelucon atau mengolok-mengolok seseorang karena orang itu telah mengenakan pakaian yang 'bukan' pakaiannya. Pakaian apa itu? Songkok haji.

Pada masa itu ekonomi masyarakat Bawean tidak semakmur sekarang. Jumlah orang kaya tidak banyak. Tidak heran jika jumlah warga yang mampu menunaikan ibadah haji pada setiap desa dapat dihitung dengan jari tangan. Pada masa itu penyandang gelar haji benar-benar bernilai tinggi. Status sosialnya masuk golongan menengah ke atas. Lebih dihormati lagi, jika yang berhaji itu seorang ulama dan punya santri. Warga masyarakat sudah hafal siapa saja yang sudah berhaji.

Sebagai seorang haji tentu memiliki atribut kehajian: songkok haji yang berwarna putih,sorban,dan baju gamis.

Bolehkahkah jika seseorang yang belum berhaji memakai pakaian seperti pakaian orang yang sudah berhaji? Bagainana jika ada seorang laki-laki, tua atau muda, memakai songkok haji? Di sini sudah mulai ada 'kasak-kusuk' tentang jawaban pertanyaan tadi. Tidak ada aturan tentang itu. Adat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat itu sebenarnya adalah aturan. Namanya hukum adat.

Sejak itulah muncul istilah atau gelar Haji Tasbenne`.

Kali ini bukan lagi kasak-kasuk, tetapi ia langsung disebut atau dipanggil : Haji Tasbenne`, alias 'haji e attas e bebe benne`(haji di atas, di bawah bukan). Yang dipanggil Haji Tasbenne` tadi bereaksi: malu-malu, tersenyum, atau cuek saja!

Dalam ranah kebahasaan istilah " tasbenne`" termasuk sebuah akronim.
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya :
SIM: Surat Izin Mengemudi

Akabri: Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

pemilu : pemilihan umum

Dalam hal penciptaan akronim ini sebenarnya orang Bawean kreatif juga.

Ada yang bermaksud mengolok-olok atau lelucon, misalnya :

* hatnen: `eangghuy are` Ahad, e are` Sennen la rosak.

* bungkenglang: tabuk kembung tongkeng elang.

* beras : e` bebe ras-ras.

* Jhung nongkok-nongkok: oreng Tajhung ma tako'-tako'.

*Bhekkoresena : oreng Tambhek bennyak pessena.

*birnye: bibirna amonye (suka menangis).

*birte` 1): hanya ngocak e bibir tak sampe' ka ate.

*birte` 2) : ...?

Ada juga yang bertujuan berteka-teki atau bersenda-gurau, misalnya :

* dukbing : senduk bede e tabing.

*taktoljhennok: atak bhutol ojhen nyonok.

*soghi : andik soso ben ghighi.

*tanggherikman:...?

Gejala bahasa seperti ini banyak terdapat juga pada bahasa daerah lain seperti yang terdapat dalam bahasa Jawa dan Madura yang disebut keratabasa.
Keratabasa adalah perihal menerangkan arti kata dengan memperlakukannya sebagai singkatan, biasanya untuk lelucon. Kata 'benci' ditafsikan "benar-benar cinta"; etimologi (KBBI:485).

Bhs. Jawa :

*banglit: balung lan kulit.

*Pakde : bapak gede.

*delik : gede, tapi cilik.

Bhs. Madura :

*nyangle : mon la kennyang dhuli mole.

*karbi: akarep dhibik.

*abege: abit ghellu

B) Haji Tasbenne` dalam Makna Lain

Musim haji telah tiba. Tahun ini, 2011, sekitar 40 warga Bawean telah menyandang gelar haji baru.

Melalui Media Bawean ini saya menyampaikan ucapan "Selamat" kepada para haji asal Pulau Bawean,yang tergabung dalam KBIH Al-Jazirah dengan muthawwif Bpk.K.H. Mahmud, pengasuh Ponpes Kreteng, Bululanjang, Sangkapura. Ucapan "Selamat" juga saya sampaikan kepada Haji M. Sofyan bin H.Ach. Busairi (mantan Camat Tambak ) beserta istri Hj. Hamimah bt H. Ali Mahmud. Semoga jadi haji mabrur!

Setelah mereka pulang ke kampung halamannya, para jamaah haji itu tentu tidak ingin dipanggil Haji Tasbenne, haji e attas e bebe benne`, karena mereka benar-benar sudah menjadi haji. Haji di atas, juga haji di bawah. 'Haji e` loar- haji e` delem' ( haji lahir dan batin).

Boleh juga berglar Haji Tasbenne` tetapi dalam makna yang lain:

* Haji Tasbenne`: haji si ngaberantas bherang se benne`-benne`, (pemberantas kemaksiatan) ; atau

* Haji Tasbenne`: haji se entas deri bebena aeng se jherne`, (bersihkan diri, sucikan hati ) ; atau

* Haji Tasbenne`: haji yang suka bertasbih dan benci 'bau' neraka (amar makruf,nahi munkar); atau

* Haji Tasbenne`: mon andik pesse sa tas ebeken ka bine (tanggung jawab keluarga).

Sebagai penutup tulisan ini , patut kita renungkan petuah orang bijak berikut.
"Pangkal semua kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takwa kepada Allah. Jadikanlah takwa itu sebagai pakaian kita!"

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean