Media Bawean,12 November 2011
Sebagai warga Pulau Bawean sepatutnyalah mencintai budaya dan seni aslinya, tanpa melupakan jasa besar nenek moyang yang serius berkreasi untuk dilestarikan.
Berangkat dari keprihatinan atas menghilangnya tradisi budaya asli di Pulau Bawean, Badrun sebagai warga Australia asal Pulau Bawean merasa terpanggil untuk meramaikan resepsi pernikahan salah satu saudaranya dengan mengadakan perlombaan dungkah.
Walaupun perlombaan dungkah hanya sekelas tingkatan desa, tetapi berhasil menyedod banyak pengunjung untuk melihat kembali seni asli Pulau Bawean yang kian telah menghilang. Mereka berdatangan dari berbagai daerah untuk menonton penampilan peserta lomba, sedangkan pesertanya tampil prima dengan menunjukkan segala kemampuannya untuk meraih prestasi sebagai sang juara.
Peserta tampil dengan menumbuk ronjengan (alat tumbuk padi) dengan memakai alat, pukulan demi pukulan mengeluarkan suara dengan kompak dan enak didengar telinga. Penampilan dungkah juga diiringi nyanyian bernafaskan seni Islam.
Badrun (warga Australia asal Bawean) mengatakan bersyukur atas respon warga dalam pelaksanaan lomba dungkah. "Ternyata responnya luar biasa dan layak untuk ditampilkan kembali,"katanya.
Mastur sebagai tokoh masyarakat Lebak, menyatakan sudah dua kali di desa Lebak diadakan lomba dungkah, yaitu merayakan resepsi pernikahan anak kepala desa dan sekarang ini diadakan oleh Badrun dari Australia. (bst)