Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bawean Dan Kristenisasi

Bawean Dan Kristenisasi

Posted by Media Bawean on Rabu, 07 Desember 2011

Media Bawean, 7 Desember 2011

Oleh : Wardi Azzaury*

Pada tanggal 14 November bulan lalu, Media Bawean mewawancarai H. Aunnur Rofil, Dosen UIN Malang yang meminta masyarakat Bawean agar mewaspadai The Joshua Project, yaitu organisasi non muslim yang berkeinginan merusak akidah orang Islam dimanapun berada termasuk Bawean agar berpindah ke Kristen. Secara umum program semacam ini di Indonesia dikenal sebagai progarm Kristenisasi. Program semacam ini selalu mendapat tantangan karena kebanyakan penduduk yang didatangi sudah memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia, namun program ini terus saja berjalan dan bahkan kian gencar karena disinyalir dibalik organisasi pelaku kegiatan ini berdiri suatu kelompok yang sangat kuat, sebuah institusi agama besar bahkan kadang suatu negara yang besar.

Dengan dukungan negara besar dan dana besar, hampir dipastikan program ini akan selalu berjalan lancar. Makanya, nama-nama semacam The Joshua Project, Lampstand atau Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia kian hari kian gencar merongrong dan menggempur keteguhan iman kita. Apalagi misi mereka hampir semuanya sama, disamping mengkristenkan orang Islam tapi juga membuat orang Islam berkelahi satu sama lainnya hingga menjadi lemah lalu mengontrol serta mengendalikan kehidupan setiap Muslim.

Sebenarnya, Bawean bukanlah target utama. Target utama para misionaris sebenarnya wilayah yang dekat atau mengepung kota besar atau Ibukota. Kota-kota semacam Bogor dan Tangerang yang berdempetan dengan Jakarta lebih menarik buat mereka. Dengan asumsi jika mereka bisa mempengaruhi atau menguasai kota pendamping Ibukota maka akan mudah bagi mereka untuk masuk dan menguasai ibukota. Jika bisa menguasai ibukota maka akan mudah dan lebih cepat mempengaruhi daerah-daerah kecil lainnya. Ibaratnya, jika mereka bisa menguasai kepala ular, maka akan gampang untuk mengatur ekornya. Makanya media Muslim sering menulis bahwa target The Joshua Project dan organisasi lainnya adalah etnis Sunda di Jawa Barat dan Banten.

Bawean sebagai daerah kecil dan juga susah untuk dijangkau, kalau mau jujur pasti tak akan begitu menarik bagi para misionaris Kristen, apalagi semua orang Bawean sudah mengenal agama. Para Misionaris bisa merobah kepercayaan seseorang jika daerah yang ditargetkan itu tidak mengenal agama sebelumnya atau animisme. Di Indonesia bisa kita lihat di Papua atau suku Dayak. Mereka beralih ke Kristen karena sebelumnya mereka tidak punya agama. Demikian juga dengan di Jawa. Di Jawa banyak sekali orang pindah agama itu terjadi di wilayah pesisir selatan Jawa yang sebelumnya kepercayaan mereka adalah Kejawen. Namun berdasarkan kenyataan bahwa para misionaris itu didukung oleh negara dan dana besar, Bawean juga harus bersiap-siap menghadapinya. Bukan hal mustahil mereka itu datang ke Bawean, malah dengan muka dua mereka bisa dengan gampang mereka masuk dan tinggal di Bawean! 

PINTU MASUK
Jika selama ini kita sering mendengar ada orang menukar agamanya dengan Indomie, hati kita kadang tidak bisa menerima, karena itu kadang kita anggap terlalu murah dan mengada-ada. Tapi kalau kita pernah lihat sendiri kenyataannya, kita akan tertegun. Penulis punya pengalaman pribadi tentang program Kristenisasi yang sebelumnya tak terbayangkan sama sekali. Saat kursus Bahasa Inggeris di Pare awal 90an, penulis pergi ke suatu dusun yang bernama Kepung. Dusun itu sebelumnya berpenduduk seratus persen Muslim, saat penulis pergi kesana ternyata semua penduduk disana berpindah agama menjadi warga Kristen. Hanya dua orang kepala keluarga yang tetap teguh dengan NU-nya, dan dua-duanya saat itu berpredikatsebagai orang termiskin sedusun! Dan bekerja hanya sebagai bakul opak, atau penjual krupuk yang dipikul kemana-mana!

Saat penulis tanya ke Pak Sukardi, sang bakul opak kenapa tetangganya pindah agama dan mushollanya jadi Gereja, jawabannya karena mereka diberi rumah oleh gereja dan diberi bibit bawang merah. Agama mereka cuma dihargai rumah batu (Sebelumnya rumah mereka rumah tabing atau dari gedek) dan bibit bawang. Agama mereka dihargai murah karena Misionaris Kristen memang tak banyak menuntut dari mereka untuk jadi Kristen yang taat atau militan, mereka hanya dituntut jadi orang Kristen biasa saja, karena target para misionaris adalah generasi berikutnya. Orang tuanya tetap diperbolehkan menyandang nama Muslim semacam Ahmad atau Hasan, tapi anak-anak mereka akan menyandang nama Franciskus Xaverius atau Paulus Antonius.

Di Bawean, teori membantu dengan cara seperti ini mungkin akan sulit untuk berhasil, karena kepercayaan orang Bawean tentang Islam tergolong bagus. Hubungan kekerabatan di Bawean juga akan terlalu kuat untuk direnggangkan dengan bantuan semacam itu. Sebagai bukti, hingga saat ini etnis Cina tak bisa masuk ke perekonomian orang Bawean, karena menurut pengamatan penulis orang Bawean masih lebih senang jadi orang miskin dari pada dibantu orang kafir.

Yang perlu diperhatikan lebih serius oleh orang Bawean adalah sektor pendidikan dan kesehatan. Rata-rata orang Bawean ingin sekali anaknya jadi orang pintar, dan pendidikan bagus adalah idaman hampir semua orang di pulau ini. Sektor ini bisa jadi pintu masuk Kristenisasi paling gampang buat pulau Bawean. Penulis beri contoh, Berdasarkan berita dan cerita yang terjadi di Afrika banyak misionaris datang ke daerah terpencil berprofesi sebagai guru. Dengan status sebagai guru, mereka akan lebih gampang mempengaruhi anak didik mereka. Meskipun mereka tidak bisa mengubah agama anak-anak kita, tapi pengaruh sikap dan cara mendidik mereka pasti akan membekas di otak murid-murid yang masih lugu ini. Apalagi kebiasaan orang Kristen selalu mengedepankan ajaran cinta kasih. Kematian Isa AS yang menurut mereka sebagai kecintaan ajaran Kristen terhadap manusia akan ditanamkan dalam-dalam di otak anak-anak kita, lalu menyusul kisah kisah cinta atau kemanusiaan yang pernah dilakukan oleh para tokoh popular Kristen yang tanpa sadar akan menyeret anak-anak orang Islam untuk menyukainya. Kisah kebesaran cinta kasih ini kita bisa lihat dari perayaan Valentine’s day, hampir semua anak-anak orang Islam di kota besar merayakannya, sangat berbanding terbalik dengan perayaan Maulid Nabi yang sebagian sudah bulat menyakininya sebagai bid’ah dholalah.

Dengan kekuatan cinta yang dibalut kepura-puraan ini anak-anak kita akan terpesona. Mereka pasti akan menganggap tak ada yang salah dengan ajaran Kristen, yang artinya sebelah kaki anak-anak ini sudah masuk ke jurang kegelapan. Tinggal memasukkan sedikit demi sedikit ajaran Kristen, karena anak-anak ini sudah memberinya tempat layak untuk dipelajari.

Kalau misalkan sang guru Kristen yang masuk ke Bawean tidak sukses mengkristenkan murid-muridnya, ada juga yang perlu kita pikirkan. Berdasarkan undang-undang di Indonesia, jika jumlah orang Kristen 40 kepala keluarga, maka mereka berhak membangun suatu gereja. 40KK bukanlah jumlah yang banyak. Di Bawean ada lebih dari 40 Sekolah Dasar Negeri, ada 2 SMP Negeri dan 1 SMA. Jika masing-masing sekolah dikirimi 1 guru Kristen, maka secara otomatis orang Kristen sudah bisa bikin gereja. Sangat sederhana kan?

Kedua, yang perlu diwaspadai adalah dokter. Berdasarkan berita Tabloid Suara Islam mengutip laporan majalah Crescent International, orang Kristen menargetkan 75 persen dokter yang ada di Indonesia adalah Kristen. Saat ini mungkin tidak ada satupun dokter Kristen di Bawean, tapi lima belas tahun yang lalu, dokter yang bertugas di Puskesmas Tambak dan bertempat tinggal di Kepuhteluk yang bernama Dokter Benny adalah seorang Kristen. Bisa jadi dokter Benny adalah program penjajakan dari satu misi kristenisasi. Apalagi saat itu penulis dengar dari tetangga bahwa sang dokter pingin menikah dengan gadis Kepuhteluk asal sang wanita mau masuk Kristen.

Kita tahu Bawean butuh dokter untuk melayani kesehatan warga Bawean. Jangan sampai kebutuhan yang sebenarnya adalah hak setiap warga negara ini jadi bumerang buat orang Bawean. Seorang dokter dan seorang guru kebanyakan seseorang yang pintar. Mereka akan bisa dengan cepat mengetahui kelemahan kita kalau mereka diberi kesempatan. Jadi, dengan tidak bermaksud menggurui anggota dewan di Gresik yang asal Bawean dan mereka yang berwenang mengirim para guru dan dokter ke Bawean, alangkah baiknya jika para guru dan dokter yang akan ditugaskan di Bawean ini dicek dulu apa agamanya, hingga Bawean yang selama ini kita kenal cuma didiami oleh orang-orang Islam, akan begini terus selamanya. 

Yang selalu dan harus diingat oleh kita adalah, para penginjil ini disokong oleh dana yang benar-benar banyak, segala macam cara pasti mereka akan coba, termasuk cara yang paling ekstrem yang sayangnya di Bawean celah untuk ini sangat longgar.

Sebelumnya saya minta maaf takut tulisan ini menyinggung saudara-saudara di Bawean. Tapi dengan kejujuran dan kesadaran kita harus meyakini bahwa ini benar-benar sering terjadi di Bawean. Yaitu seorang wanita hamil duluan sebelum menikah. Ini termasuk pintu masuk yang penulis pikir sangat longgar penjagaannya, padahal berdasar cerita kawan-kawan penulis, sering kali Kristenisasi masuk dari celah ini. Kita bayangkan, jika di Bawean seorang gadis hamil sebelum menikah, apa yang akan dilakukan orang tuanya? Jawabannya cuma satu yaitu menikahkan sang anak. Sebuah jalan keluar yang gampang karena sang laki-laki kebetulan beragama Islam juga. Tapi bagaimana jika sang laki-laki seorang Kristen? Apakah mau orang tua di Bawean menikahkan anaknya dengan orang Kristen? Jawabannya pasti tidak mau. Namun jika sang laki-laki tak mau masuk Islam, apakah rela si orang tua punya cucu yang tak ada bapaknya? Demi untuk menghindari rasa malu di dunia, pilihan merelakan sang anak mengikuti agama suaminya bisa jadi pilihan sebagian orang, dan ini banyak terjadi di luar pulau Bawean.

Kita harus yakin bahwa salah satu cara Kristenisasi adalah menarik anak gadis orang Islam dengan cara ini. Selama ini memang belum ada di Bawean yang terjerat trik begini, karena di Bawean belum ada seorang laki-laki Kristenpun, tapi bagaimana dengan anak-anak gadis kita yang sekolah di luar pulau? Berapa ratus anak gadis Bawean di Jawa yang sebenarnya diincar orang-orang Kristen namun tak menyadarinya? Kesalahan kita yang sering permisif terhadap hamil di luar nikah bisa jadi akan jadi bumerang terhadap kita. Mari kita berdoa semoga ini tak pernah terjadi pada anak-anak gadis Bawean dimanapun berada.

KUNCI KUNCI PENTING
Berdasarkan pengalaman penulis yang sering punya teman sekerja dengan orang-orang Kristen, kebanyakan dari orang Kristen tidak mengerti benar tentang ajaran Kristen. Jika kita yang tak begitu pintar tentang agama Islam disuruh berdebat dengan orang Kristen yang juga tak begitu pintar tentang agama mereka, biasanya kita akan mudah bisa mengalahkan mereka. Dengan asumsi ini, jika seorang Kiai di Bawean berdebat dengan seorang Pastor atau pendeta, maka penulis yakin sang Kiai Bawean akan bisa mengalahkan argumen-argumen mereka. Contoh banyak yang bisa kita lihat di video keluaran Arimatea adalah debat antara tiga orang Kristen yang masuk Islam melawan tiga mantan orang Islam yang pindah ke Kristen. Debat antara Dokter Syakir Naik dari India melawan Dokter Campbell dari Amerika atau buku debat antara Kiai Mudhari dari Madura dengan Antonius Widuri dari Jogjakarta. Dari beberapa video dan buku itu ternyata sangat gampang mematahkan serangan Kristenisasi. Masalahnya, kita, orang Bawean yang Muslim ini tak banyak yang pernah membaca buku-buku tulisan Irene Handono dan beberapa penulis lainnya termasuk penulis dan pendebat terkenal Islam yaitu Ahmad Deedat, Majdi Marjan dan juga Gerald F. Dirk, apalagi pernah membaca Al Kitab atau Injil, padahal membaca buku semacam ini banyak sekali penngaruhnya buat kita dan bisa mengetahui kelemahan mereka.

Pengalaman penulis saat bekerja di kapal milik Lian Huat di Singapore. Dari 16 ABKnya 13 diantaranya adalah ABK asal Manado dan Sangir, Sulawesi Utara yang semuanya beragama Kristen. Melihat kenyataan hanya ada 3 orang Islam di atas kapal, maka mereka hampir tak henti-hentinya memperkenalkan ajaran Kristen yang katanya bertema ajaran cinta kasih. Keuletan dan ketidaktahumaluan mereka bisa mempengaruhi iman seorang Muslim jika kita tak benar-benar dibentengi oleh pengetahuan tentang agama Islam yang lumayan. Sayangnya kita tidak bisa mendebat mereka dengan dalil dari Al Qur’an atau sumber Islam karena orang Kristen selalu mengelak itu adalah menurut versi kita. Cara yang terbaik adalah dengan alasan dari agama Kristen sendiri atau dengan Ilmu pengetahuan. Itulah mengapa kita orang Islam juga harus belajar kelemahan dan kesalahan mereka, karena mereka juga selalu melakukan penelitian tentang kelemahan kita.

Sekali lagi, para misionaris itu didukung oleh dana yang banyak. Meskipun susah mereka pasti selalu berusaha untuk masuk ke pulau Bawean. Mumpung belum masuk kita tutup dulu pintu-pintu masuknya. Sebab jika sudah masuk, akan susah untuk mengeluarkannya. Karena mereka bukan cuma didukung dengan dana tapi juga media. Kita harus belajar dari berita bagaimana Malaysia dipojokkan dengan berita pelarangan kata Alloh bagi orang selain Muslim. Afganistan pernah dinistakan karena kasus Abdul Rahman, seorang Afgan yang pindah agama ke Kristen. Pakistan juga tahun lalu dibuat malu di dunia karena penghukuman terhadap wanita yang bernama Asieh Bibi, seorang Kristen yang menghina Nabi Muhammad SAW. Jadi, misalkan di Bawean ada masuk orang Kristen atau ada orang Kristen hendak membangun gereja, lalu kita orang Bawean menolaknya, pasti media asing mengetahui berita ini dan mengekposnya hingga ke seluruh dunia, yang akhirnya pemerintah kita yang akan merasa tertekan. Dengan tekanan yang kuat dari negara besar biasanya pemerintah kita akan mengalah yang ujung-ujungnya dengat perasaan sangat berat gereja akan dibangun di tanah orang-orang Islam.

Jadi mumpung tak ada orang Kristen dan gereja di Bawean, kita tingkatkan kewaspadaan kita terhadap program ini, hingga Bawean yang kita cintai ini tetap jadi pulau Muslim 100 persen. Tulisan ini hanyalah pengingat, semoga Alloh SWT selalu menjaga iman kita semua. Secara pribadi penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Aunnur Rofik dan Bapak H. Samri Barik yang mengingatkan generasi muda Bawean terhadap bahaya Kristenisasi.
(San Juan, Puerto Rico December 6th, 2011).

*Penulis adalah warga Dusun Pecinan, Desa Kepuhteluk Bawean yang saat ini bekerja di kapal.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean