Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Di Dalam Sujud Cinta (6)
Catatan Hati Sumiyati

Di Dalam Sujud Cinta (6)
Catatan Hati Sumiyati

Posted by Media Bawean on Sabtu, 31 Desember 2011

Media Bawean, 16 Desember 2011

Diantara sisi gelap dan terang. Masih ada sisi biru yang menyertainya. Sebab hidup adalah rahasai tuhan yang menjelma warna-warna, menjelma sesuatu disibak, ditafsir dan diungkapkan. Meski harus menjadi sebatas syarat yang belum menjadi kemutlakan. Sebuah perjalanan cinta itu akan menjadi sebuah momok ketika harus terkalahkan oleh rasa hormat, takdhim, dan juga ketakutan akan kutukan. Namun bila cinta itu tumbuh atas benih cinta, tak ayai jika kemanisan anggur surga, atas nama cintalah, yang akan tereguk taktala dahaga atas cinta tidak mampu entaskan perih, ngeri, pilu, serta luka hati atas penghianatan cinta. Betapa sakit ketika cinta harus pupus sebab ketidak berdayaan, sebuah peginkaran terhadap cinta yang suci atas anugrahnya, kezalimanya, yang tidak pernah disadari atas fitrah cinta itu sendiri. Fitrah sebagai manusia yang diberi sesuatu tentang keseluruhan cinta. Padahal sedikit pun tidak mengajarkan pada sesiapa pun untuk memaksa untuk dicinta, maupun mencinta. Karna cinta itu adalah kebebasan itu sendiri, sebuah kesalahan yang selama ini tidak pernah kita sadari dan kita pahami adalah usaha kita menafsir cinta dengan sebuah keterbatasan.

Kadang merasakan cinta itu sangat aneh, karna dengan kehadirannya membuat hidup beditu indah, mempesona, dan manis. Tapi ia juga dapat membuat hidup dan harapanku pupus ditengah jalan. Setelah cahaya harapanku pada bintang yang telah aku tinggalkan hilang, dia dating kembali dengan sosok yang berbeda. Ya, melalui orang yang baru aku kenal dan diapun satu sekolah denganku. Dan malam ini wajah pemuda itu hadir menggangu malam-malamku. Cinta telah merasak dalam jiwaku. Cinta telah mengepakkan sayapnya dari ranting yang hening menuju gelombang hidup. Aku , orang yang selalu ingin tahu telah mengenal cinta. Aku telah menaruh kepercayaan hatiku untuknya.

Andai engkau tahu betapa gelisahnya hati ini memikirkanmu, mungkin engkau takkan sanggup merasakan betapa besar rasa cinta ini padamu. Andai saja engkau sadari dari awal, kalau aku mencintaimu mungkin kau takkan sanggup untuk membalasnya. Oh, engkau yang telah mengambil sabagian permata dalam cangkang hatiku.

Apakah engakau merasakan betapa akan gelisahku memikirkanmu disini, ditempat sunyi dimaknai rasa itu dengan cinta ini terhadapmu? Memaknai setiap desirnya yang mengalir dari muara kecil hingga aku kuyup dengan segala tanya dan kegelisahan yang pilu. Ah, bulan naifnya engkau mencitai seseorang yang sedikitpun tidak memiliki rasa cinta padamu. Tapi apakah aku salah kalau mencintainya?.terlampau jauhkah aku memahami ini semua. Apakah aku terlalu berlebihan dan terlau banyak berharap akan sesuatu yang tidak pasti?. Apa aku salah mencintai dan mengharapkannya? Bukankah cinta ini bebas. Cinta itu sedikitpun tidak memilih siapa yang akan memilikinya. Bukankah cinta mengajarkan kebebasan? Bukankah cinta-cinta yang mencari bukan kita? Hanya saja manusia yang terlalu naïf membuat aturan-aturan dalam cinta yang kebanyakan oleh dorongan nafsu belaka.

Jika engkau yakin bahwa cinta akann selau mengilhamimu dengan kebahagiaan, maka yakinlah bahwa lara itu hanya sebatas duri. Hikmah yang akan menjadi kemanisan dalam risalah hidupmu. Meski kelam terkadang jadi gulma dalam tabir-tabir ngarai kesunyian jiwamu, tetapi tetaplah kokohkan kekuatan jiwa dan raga untuk menyangganya meski remuk redam semua asa, terkoyak ketidak kekuasaanmu pada kenyataan. Karna cinta adalah cahaya yang terselip diantara gelap dan terang kehidupanmu, maka carilah cinta sucimu yang agung dan tersenyumlah untuknya! Seperti apapun engkau memahami cinta, ia tetap ada dan bersemayan dalam hatimu.

Cinta yang tulus dan tinggi tidak bisa kita sulap-sulap atau dramatisasi atau kita cederai dengan berbagai kebohongan. Bagi cinta yang tulus, kebenaran adalah kebenaran, kebohongan tetaplah kebohongan, tidak ada dusta dalam cinta. Bila atas nama cinta kita masih berbohong, dan tidak jujur maka sebenarnya cinta kita masih berada di anak tangga paling bawah. Bila anda mencinta kekasih anda, lalu anda ditanya, mengapa anda mencintainya? Kemudian anda menjawab, “ saya tidak tahu mengapa saya mencintainya, pokok saya”. Titik . kata orang cinta itu buta, sebenarnya keliru, bukan cinta buta melainkan cinta abadi yang takkan goyah oleh ketuaan usia bahkan oleh kematian sekalipun. Dicari-cari alasan, tapi tak kunjung ditemukan jawabannya. Karna saking banyaknya alasan sehingga tidak ditemukan jawabannya. Itulah cinta bagian yang tertua.

Pernah al-Bustami mengatakan bahwa kalau orang arif mengatakan dirinya bijak, dia celaka. Kalau oarng pintar mengatakan dirinya pintar, dia juga celaka. Kalau orang mencintai seseorang, tetapi dia diam. Tidak mengatakan kalau dia cinta, dia juga celaka.


SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean