Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kelangkaan Elpiji, Warga Terancam Mogok Memasak

Kelangkaan Elpiji, Warga Terancam Mogok Memasak

Posted by Media Bawean on Jumat, 20 Januari 2012

Media Bawean, 20 Januari 2012


Setelah krisis BBM jenis premium sudah mulai teratasi, kini warga Pulau Bawean terancam tidak bisa memasak di dapur diakibatkan kelangkaan elpjji dipasaran sudah mencapai titik klimaks.

Terlihat kesibukan warga, khususnya kaum ibu sedang mencari elpiji ukuran 3 kg dan 12 kg dengan membawa tabung kosong, ternyata pulang kembali membawa tabung tanpa isi. Kepanikan terjadi kepada warga, setelah mencari ke semua toko di Pulau Bawean sudah tidak ada yang menjualnya.

Yati H. Mosleh asal Pateken sebagai pengusaha elpiji di Pulau Bawean ketika dihubungi Media Bawean (jum'at, 20/1/2012) menjelaskan penyebab kelangkaan elpiji disebabkan terkendala pengiriman dari Surabaya.

Menurut Yati, setelah terjadinya kebakaran KLM di Pelabuhan Brondong, Lamongan mengalami kesulitan tempat pengiriman elpiji dari Pulau Jawa ke Pulau Bawean. "Demi membantu masyarakat Pulau Bawean, kita sudah berusaha maksimal agar pengiriman elpiji tetap lancar tanpa ada kendala. Tetapi fakta di lapangan mengalami banyak kendala yang dihadapinya, diantaranya ketika akan memuat dari Surabaya oleh petugas dilarang meletakkan elpiji didalam palkah atau tempat barang perahu,"katanya.

"Padahal jumlah tabung elpiji mencapai ribuan, sehingga tidak mungkin dapat terangkut banyak bila diletakkan di luar palkah (penyimpanan barang),"ujarnya.

Setelah tidak mendapat izin melalui Surabaya, ternyata melalui Gresik juga dilarang keras menyimpan elpiji didalam palkah perahu oleh petugas. "Kita merasa kebingungan atas larangan petugas, padahal elpiji di Pulau Bawean sudah mengalami kelangkaan yang hubunganya menyangkut kebutuhan orang banyak,"paparnya.

"Sebanyak 80 ton dengan rincian ukuran besar (10 kg - 12 kg) sebanyak 2.000 tabung, dan ukuran kecil (3 kg) sebanyak 4.000 tabung yang belum terangkut ke Pulau Bawean,"jelasnya.

Ditanya soal kenaikan harga elpiji di Pulau Bawean, Yati menyatakan tidak ada kenaikan penjualan elpiji, bila ada kenaikan berarti penjualnya yang menaikkan sendiri dengan memanfaatkan kelangkaan yang terjadi.

Sementara respon warga Pulau Bawean atas kelangkaan elpiji, seperti Rusnaini Mufid asal Lebak, Sangkapura menyatakan aneh bin ajaib hidup di Pulau Bawean ternyata mengalami kesulitan untuk membeli elpiji yang berdampak mogoknya kaum ibu memasak di dapur.

"Tolong dipikirkan nasib warga Pulau Bawean, seperti di Pondok Putri Hasan Jufri Lebak, berapa ratus santri yang setiap harinya dilayani makan dengan memasak memakai elpiji, haruskah kembali kepada kayu bakar?,"keluhnya dengan tanda tanya.

Penjual pisang goreng di Alun-Alun Sangkapura mengatakan akan menutup usahanya sehubungan elpiji didalam tabung sudah habis. "Mau cari kemana lagi, sekarang sudah tidak ada yang menjualnya,"ungkapnya.

Zubaidi, SH. (pegawai Telkom) mengaku isterinya melakukan mogok masak setelah elpiji di dapurnya sudah habis. "Terpaksa sementara ini kita makan mencari ke warung dahulu sampai elpiji kembali tersedia di Pulau Bawean,"terangnya.

"Kita hidup di bumi Indonesia Raya sudah merdeka, ternyata warganya masih terjajah diakibatkan tidak adanya keperdulian dari semua pihak untuk mensejahterkan rakyatnya,"pungkasnya dengan nada kesal. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean