Media Bawean, 28 Januari 2012
Raniah (42 Th.) asal Kotta, desa Sukaoneng, kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Gresik, kini aktif menangani Yayasan Yatim Mandiri di Surabaya.
Raniah yang akrab dipanggil Ran dihubungi Media Bawean (jum'at, 27/1/2012) menceritakan perjalanan hidupnya mulai sejak kecil di Pulau Bawean sampai ditinggal pergi oleh sang suami asal desa Pekalongan, Tambak, telah meninggal dunia sejak 12 tahun yang lalu.
Ibu memilik 3 anak, mengatakan bangga atas perjuangan sang suami tercinta telah berhasil berjuang mendirikan yayasan sosial yang saat ini berkembang pesat di Surabaya. Menurutnya, suamiku bersama teman-temannya telah berhasil mendirikan 2 yayasan sosial terbesar di Surabaya, yaitu Yayasan Dana Sosial Al Falah (YSDF) dengan Yayasan Yatim Mandiri.
"Kegigihan serta ketekunan beliau dalam berjuang membantu kaum dhuafah bersama anak yatim sangat layak ditiru dan diteladaninya,"katanya.
"Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. serta yayasan yang telah didirikannya tetap berkembang pesat dan maju bergerak dibidang sosial,"ujarnya.
Bicara Soal Pulau Bawean
Rania menilai bahwa kehidupan warga Pulau Bawean kurang peka terhadap persoalan sosial di masyarakat, keperduliannya terhadap kaum dhuafa dan anak yatim masih kurang. "Kehidupan warga Bawean terlalu konsumtif terkesan jor-joran dalam kehidupan sosial masyarakatnya,"katanya.
"Orang Bawean dalam urusan angkatan nasi seperti merayakan bulan maulid terkesan berlebih-lebihan, padahal disekelilingnya masih banyak saudara-saudara kita yang masih kekurangan dan butuh uluran tangan kita bersama,"ujarnya.
Ketika dahulu waktu kecil di Pulau Bawean, "Kehidupan sosial masyarakat masih tinggi dan keperdulian terhadap antar warga masih terjalin sangat akrab, bila dibandingkan kehidupan sekarang ini,"paparnya.
"Pernah orang tuaku meminjam beras sampai ke desa Bululanjang, lalu dimasak dengan ubi kayu dan ikan tongkol yang rasanya sangat enak. Membuktikan tempo dahulu rasa kesetiakawanannya antar desa masih tinggi,"kenangnya.
Perilaku konsumtif orang Bawean bisa dipengaruhi banyak hal, diantaranya akulturasi budaya luar negeri seperti Malaysia sudah masuk ke Pulau Bawean, termasuk profesi pekerja kapal sepertinya mempengaruhinya.
"Jika melihat warga Bawean berpakaian, ternyata model baru keluar di televisi masih belum banyak yang memakainya, ternyata disana sudah banyak memilikinya,"terangnya.
Disinggung soal pendirian yayasan sosial di Pulau Bawean, Rania berpendapat sebaiknya mendirikan yayasan sosial di Pulau Bawean berinduk kepada yayasan sosial di Pulau Jawa. Alasannya, bila yayasan sosial berdiri sendiri di Pulau Bawean, tentunya aliran dana hanya mengandalkan dari warga Pulau Bawean sendiri. (bst)