Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Menggaruk Yang Tidak Gatal

Menggaruk Yang Tidak Gatal

Posted by Media Bawean on Sabtu, 28 Januari 2012

Media Bawean, 28 Januari 2012

Oleh :  Abd. Rahman

Ketika ada salah satu anggota badan yang terasa gatal, maka dengan reflek tangan akan bergerak menuju daerah tersebut untuk menggaruknya, dan tak lama rasa gatal pun hilang, bahkan kadang bukan hanya hilang rasa gatal, proses menggaruk terasa nikmat sampai merem melek dibuatnya. Tapi jika yang digaruk adalah daerah yang tidak gatal, apa yang terjadi? yang gatal tetap gatal, dan yang tidak gatal yang digaruk bisa lecet atau terluka. jadi, menggaruk yang tidak tepat sasaran bukan menyelesaikan masalah, tapi malah membuat masalah baru. Adakah orang yang berbuat demikian? Mungkin tidak ada, tapi kalau ada, apa namanya? Jawab sendiri.

Atau kalau ada anak yang nangis-nangis mengeluh lapar minta makan, tentu orang tua yang bijak akan memberinya makan, tapi kalau seandainya orang tua tersebut tidak memberinya makan, malah membelikan mainan, apa artinya? Akalnya dipertanyakan.

Ternyata hal seperti ini banyak terjadi dalam beberapa kebijakan berkaitan dengan proyek pembangunan yang tujuannya mensejahterakan rakyat, tapi tidak tepat sasaran. Banyak sekali persoalan yang dihadapi warga Bawean yang perlu segera ditanganai dan banyak kebutuhan yang perlu dilayani, terutama krisis bahan pokok di masa cuaca buruk seperti sekarang ini. Tapi kita lihat ada sejumlah proyek yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Katakanlah misalnya pembangunan dermaga baru yang letaknya tidak jauh dari dermaga lama yang sejak selesai dibangun sampai sekarang bahkan sudah direnovasi belum pernah digunakan sama sekali, kapan digunakannya? Untuk apa dibangun? Apakah memang dibutuhkan? Apakah mendesak sekali? Apa tidak ada proyek lain yang lebih penting dan lebih dibutuhkan? Wallahu a’lam.

Beberapa waktu yang lalu ada juga bantuan pemerintah untuk warga bawean berupa seperangkat alat penjualan ikan yang dibagikan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), tapi sebagian mereka bukan pedagang ikan, dan sebagian sudah lanjut usia dan kondisi fisiknya tidak mungkin mampu memasarkan ikan, juga adanya alat timbangan yang tidak pernah digunakan warga setempat dalam memasarkan ikan. Sebagian penerima bantuan yang bernama Program Jalan Lain Menuju Kesejahteraan (Jalin Kesra) itu Nampak kebingungan setelah dianjurkan untuk menjual ikan, ia bilang bahwa ikannya akan dibagi-bagi kepada para tetangga (MB 25/12/2010) yang akhirnya proyek ini mubadzir. Kenapa hal ini bisa terajdi? Apa sebelumnya tidak dipelajari dulu usaha apa yang bisa dilakukan keluarga miskin tersebut dan bantuan apa yang dibutuhkan? Atau alat apa yang diperlukan warga untuk menjual ikan? Dan siapa yang berhak menerima dan bisa menggunakannya? apakah tidak ada alokasi lain yang lebih mengena sasaran dan lebih dibutuhkan? Wallahu a’lam.

Beberapa tahun yang lalu saya dengar ada juga bantuan ribuan bibit kopi yang dibagikan kepada warga, bahkan bantuan tersebut bukan hanya berupa bibit, tapi juga dana penanaman yang jumlahnya jutaan rupiah, tapi sekarang tidak ada kabar bahwa ada biji kopi yang dihasilkan, bahkan tanaman kopinya sudah hilang tak tersisa. Apa sebabnya? Apakah petani tidak menanamnya secara benar? Atau mereka tidak merawatnya? Atau memang tanahnya tidak cocok untuk tanaman kopi? Apa sebelumnya tidak dilakukan studi kelayakan? Tidak adakah tanaman lain yang lebih cocok dengan tanah bawean? Atau proyeknya asal-asalan? Atau ada kepentingan? Wallahu a’lam.

Ada lagi sekolah-sekolah yang sudah tidak layak ditempati, kondisinya sangat memperihatinkan bahkan mengancam keselamatan siswa dan guru tapi tidak mendapat perhatian dan tidak mendapat bantuan untuk memperbaikinya, sementara ada bantuan-bantuan yang mengalir ke sekolah-sekolah lain yang kondisinya jauh lebih baik. Apa tidak ada prioritas di dalam memberikan bantuan, atau prioritasnya bukan berdasarkan kondisi lapangan tapi berdasarkan kedekatan atau alasan lainnya? Wallahu a’lam.

Lalu sekarang ada lagi kabar Pemkab akan membangun stadion yang menelan APBD ratusan miliar rupiah di saat warga Bawean mengeluh, merengek, menangis dan menjerit karena kelangkaan bahan pokok seperti bensin, elpiji, minyak tanah dan juga sembako akibat terputusnya transportasi Gresik-Bawean. Mereka minta dipikirkan, minta dicarikan solusi agar bisa keluar dari kesulitan yang sangat mencekik ini, tapi pemkab malah berpikir membangun stadion. Apakah jeritan warga bawean tidak perlu didengarkan? Apakah kebutuhan olahraga lebih penting dari kebutuhan makan? Apakah membangun stadion lebih menguntungkan daripada membeli kapal? Atau untuk kepentingan siapakah proyek-proyek itu diadakan? Wallahu a’lam.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean