Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Selamatkan Pulau Bawean
Dari Gelombang Tinggi

Selamatkan Pulau Bawean
Dari Gelombang Tinggi

Posted by Media Bawean on Rabu, 11 Januari 2012

Media Bawean, 11 Januari 2012

AGENDA rutin, ketika cuaca buruk, Bawean akan terisolasi. Dampaknya, bahan bakar minyak (BBM) langka, stok sembilan bahan pokok (sembako) pun menipis sehingga harganya pun terus mencekik, dan pastinya warga di Pulau Putri ini juga bakal puasa sayuran karena paling pertama habis. Salah siapa? Mari kita cari benang merahnya.

OLEH: ASEPTA YP
(Pemerhati Bawean)

Wajar jika kemudian muncul stigma Bawean menjadi “anak tiri” dari Kabupaten Gresik. Dari segi pembangunan saja, Bawean jauh tertinggal dibandingkan dengan “daratan” Gresik lainnya. Masalah utama terkucilnnya Bawean adalah sulitnya akses menuju Bawean yang berjarak 81 mil dari Pelabuhan Gresik itu. Untuk menuju ke Bawean hanya dengan perjalanan laut, itupun sangat terbatas. 

Cuma ada Kapal Motor Penumpang (KMP) Express Bahari 1C, Motor Vassel (MV) Tungkal Samudera yang sekarang mangkrak. Dan beberapa Kapal Layar Motor (KLM) lainnya. Tapi semuanya, hanya bisa beroperasi ketika ketinggian gelombang di bawah tiga meter.

Sungguh disayangkan, Pemkab seolah-olah hanya bisa menunggu cuaca buruk reda ketika Administratur Pelabuhan (Adpel) mulai menutup pelayaran akibat gelombang tinggi. Ataupun mencari bantuan ke sana kemari ketika warga Bawean sudah "berteriak-teriak" serta penumpang kapal keleleran berminggu-minggu di sekitar Pelabuhan Gresik. Jika mengkambinghitamkan gelombang tinggi, masalah ini tidak akan pernah tuntas.

Sebenarnya ada beberapa solusi, yakni Pemkab bisa membuat kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan sejumlah perusahaan pelayaran yang mempunyai kapal besar, atau bisa beroperasi di atas gelombang lebih dari tiga meter. Salah satu poinnya, perusahaan tersebut akan melayani penyeberangan Gresik-Bawean ketika gelombang tinggi saja. Dengan catatan hal ini dilakukan ketika Lapangan Terbang (Lapter) Bawean belum juga beroperasi. Karena hingga sekarang, kejelasan kapan beroperasinya lapter di Desa Tanjungori tersebut belum ada.

Dengan MoU itu, warga Bawean tidak perlu mendesak Pemkab atau DPRD setempat untuk menyewakan kapal besar lantaran sudah kama terisolasi atau terlantar. Dalam perjanjian, kapal besar tersebut tersebut bisa beroperasi langsung ketika Adpel menutup pelayaran untuk kapal di bawah 1.000 Gross Ton (GT).

Potensi Mangkrak
Satu lagi yang bisa dicermati ketika transportasi laut lumpuh. Stok sembako menipis, dan sayur-mayur seperti wortel dan cabe selalu habis. Sebab, selama ini Bawean hanya mengandalkan “impor” bahan makanan dari “Jawa”. Padahal, Bawean memiliki sekitar 99 gunung dan bukit dengan tanah yang subur untuk ditanami sayur-sayuran. Lalu kenapa ini bisa terjadi?

Tidak bisa dipungkiri jika sejumlah warga Bawean tidak “kerasan” tinggal di kampung halamannya sendiri. Mereka lebih memilih merantau menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia maupun Singapura untuk mencari penghidupan yang lebih layak.

Hal itu terjadi karena warga Bawean sendiri pesimis bisa berkembang atau kaya-raya dengan tetap tinggal di tanah kelahirannya sendiri. Dan sebuah “tamparan” jika ternyata banyak orang dari Madura, Solo, atau beberapa daerah luar Bawean lainnya yang mampu sukses dengan membuka usaha di Bawean, karena ternyata warga bukan asli Bawean banyak yang sukses di sana.

Jika melihat potensi lahan, bukan sebuah hal yang mustahil jika Bawean menjadi penghasil dan “mengekspor” sayur-sayuran seperti Malang atau Pasuruan dan Probolinggo ke daerah lain. Namun, potensi ini belum tergarap.

Termasuk juga peternakan. Peternak ayam sendiri di Bawean sangat terbatas, coba bayangkan jika masyarakat di sana mampu menghasilkan telur, tentu harga telur di Bawean tidak akan semahal Rp 1.500/butir seperti sekarang saat cuaca buruk. Namun, justru kesejahteraan warga Bawean akan meningkat jika mampu memasok telur ke daerah lain.

Tentu, menggarap potensi atau usaha ini tidak mudah, karena terbentur biaya distribusi yang mahal menuju ka daerah lain. Peran serta pemerintah setempat menjadi gerbang utama, sehingga produk Bawean nantinya bisa bersaing dengan produk daerah lain. Dengan demikian menipisnya stok sembako serta kelangkaan BBM yang bisa menyebabkan di Bawean bakal bisa tertatasi.*

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean