Media Bawean, 4 Januari 2012
"Sudah 4 tahun tidak pernah mendapatkan jatah pupuk dari kelompok tani di desa Sungairujing,"papar Hawari (40 th.) kepada Media Bawean (rabu, 4/1/2012).
"Entah apa salah saya sehingga merasa dianak tirikan sebagai warga desa Sungairujing. Kalau persoalan selama ini memiliki sikap kritis di desa, terus terang tujuannya hanya untuk perbaikan bukan menjatuhkan,"katanya dengan nada lantang.
Pensiunan guru agama yang berdomisili di Daya Sungai, desa Sungairujing, Sangkapura, Gresik, menyatakan kesal atas sikap pemerintahan desa kepada dirinya. "Sudah 4 tahun tidak pernah mendapat jatah pupuk di desa Sungairujing,"ujarnya dengan menunjukkan muka sangat marah.
Sebagai bentuk protes, Hawari melakukan penanaman pada mengawali daripada warga lainnya, termasuk ketika panen dilakukan paling awal daripada petani lainnya.
"Sudah capek keliling tiap hari ke desa-desa lainnya, hanya untuk mengumpulkan pupuk untuk persediaan memupuk sawahnya seluas 100 kolak,"keluhnya.
Zaenal sebagai Kepala Desa Sungairujing dihubungi Media Bawean, menyangkal bila Hawari sebagai petani tidak mendapatkan jatah pupuk. "Tahun lalu sudah disediakan, tetapi tidak diambilnya. Tahun sekarang tidak ada permintaan, seadainya ada permintaan tentunya akan diprioritaskan,"terangnya.
"Terusterang, bukan hanya Hawarh saja yang tidak mendapatkan pupuk. Masih banyak petani lainnya belum mendapatkan, sehubungan pendistribusian sangat lambat,"ungkap Kades Sungairujing. (bst)