Media Bawean, 23 Februari 2012
Ruang gerak Pekerja Seks Komersial PSK di Pulau Bawean semakin sempit, sehubungan gerakan tokoh bersama masyarakat sudah merapatkan barisan untuk mengikis habis pembuat maksiat ini dari bumi Bawean.
Gerakan dari kawasan timur Pulau Bawean sudah mulai sepi, termasuk di jantung kota Sangkapura mulai nyaris tak terdengar, dan kawasan agak ke barat juga sudah menghilang. Kemanakah mereka beraksi? Tentunya mencari tempat yang aman serta diluar jangkauan banyak orang.
Infromasi yang digali Media Bawean, setelah PSK mulai jadi buah bibir banyak orang ternyata pelakunya merubah penampilan dengan memakai jilbab ataupun menutupi mukanya dengan memakai sarung saat berjalan di tengah malam.
Perlu diwaspadai menurut salah satu sumber yang tidak bersedia disebut namanya, menyatakan ajang prostitusi dilakukan di rumah kosong ataupun bangunan yang tidak ditempati. "Bila melihat ada sepeda motor yang berhenti di tengah jalan saat malam hari patut untuk dicurigainya. Mereka mengelabui orang lain dengan duduk di sepeda motor sedangkan pemain bersama pelanggannya sedang asyik berbuat mesum ditempat yang dianggap aman,"paparnya.
Menurutnya, sulit untuk menghapuskan prostitusi bila tidak ada solusinya. Penyebabnya ada 2 faktor, diantaranya merasa sakit hati dan ekonomi serba kekurangan sehingga berprofesi sebagai wanita panggilan.
Sementara Ir. Syariful Mizan sebagai Ketua PCNU Bawean menyatakan sudah mengantongi banyak nama yang diperkirakan jumlahnya sampai belasan orang sebagai wanita penghibur di Pulau Bawean. "Berilah waktu untuk melakukan gerakan antisipasi agar pelakunya berhenti dan kembali insaf," ujarnya. (bst)