Media Bawean, 5 Maret 2012
Proyek lapangan terbang di Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, yang digagas sejak 2006 dijanjikan bisa tuntas tahun ini. Seperti apa progres proyek prestisius yang menelan dana miliaran rupiah itu kini?
UNTUK mencapai Tanjungori dari Dermaga Sangkapura, dibutuhkan stamina lebih. Per jalanan darat menempuh jarak 25 km melalui jalur ring road barat membutuhkan waktu minimal dua jam. Namun, penyebab cukup lamanya perjalanan itu bukan jarak. Melainkan, kondisi akses menuju Tanjungori sekarang rusak parah.
Memasuki wilayah Tanjungori, proyek bandara sepintas terlihat megah dari kejauhan. Letaknya di dataran tinggi dengan ujung runway langsung menghadap laut membuat view kawasan tersebut tampak wah. Pagar setinggi 2 m telah mengelilingi area seluas 3,2 hektare yang sudah dibebaskan tim pemkab.
Rencananya, ada 9,5 hektare lahan yang dibebaskan. Namun, keterbatasan anggaran membuat pembebasan lahan tersebut dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama, dibebaskan lahan seluas 3,2 hektare itu. Sisanya yang seluas 6,3 hektare masuk tahap kedua. Kabarnya, saat ini hampir semua pemilik lahan yang masuk proyek itu telah sepakat dengan harga yang ditawarkan. ”Tinggal beberapa warga yang memiliki rumah yang menanti kesepakatan. Nilai ganti ruginya Rp 60 ribu per meter,” tutur Camat Tambak Suropadi saat ditemui di lokasi.
Suropadi mengatakan, akhir bulan ini tim panitia pembebasan tanah (P2T) pemkab akan kembali mendatangi lokasi untuk melanjutkan pembayaran. Harga tersebut, papar dia, sudah sangat bagus. Sebab, sejatinya, menurut nilai jual objek pajak (NJOP), harga tanah tersebut hanya sekitar Rp 15 ribu per meter persegi. Dengan demikian, harga itu sudah lebih Rp 45 ribu per meter persegi.
Dana pembangunan bandara tersebut, papar dia, berasal dari dana APBN yang didukung Pemprov Jatim. Sedangkan dana pembebasan tanah berasal dari APBD Gresik. Tahun lalu untuk pembebasan tanah dialokasikan Rp 5 miliar. Tahun ini alokasinya sebesar Rp 12 miliar. ”Hingga saat ini, praktis tidak ada masalah berarti. Warga tentu juga sangat menanti bandara dapat segera beroperasi,” kata pria 46 tahun itu.
Keterlambatan pembebasan tanah tersebut menimbulkan efek domino. Pekerjaan pengu rukan dan pengaspalan runway pun menjadi tertunda. Namun, kontraktor PT Kapi Surabaya menjanjikan bisa memenuhi target. Perataan landasan pacu tambahan dua minggu ke depan bisa tuntas. ”Pengerjaan kami kebut sesuai perintah bupati,” ujar Firman Jaya Atmaja, site manager proyek itu.
Bandara tersebut sebenarnya sudah memung kinkan untuk dioperasikan. Sebab, sebagian besar runway sudah siap pakai. Runway existing saat ini selebar 23 m dengan panjang 750 m. Penambahan yang dilakukan sepanjang 210 m dan akan dituntaskan akhir Maret. Saat ini pekerja menuntaskan pengerukan dan pengerjaan elevasi runway yang nanti memiliki panjang 960 m. Tahap berikutnya mencapai panjang total 1.200 m.
Dua bangunan terminal yang menjadi titik keberangkatan dan kedatangan penumpang juga sebetulnya sudah siap pakai. Akses menuju bandara dari jalur ring road utama di Bawean sepanjang 2 km juga sudah diaspal. Sayang, karena pembebasan tanah dan tak kunjung dioperasikannya bandara itu, dua gedung terminal tersebut mulai rusak. Ilalang dan bangunan liar mulai tumbuh sehingga menutupi bangunan yang tuntas pada 2009 dan 2010 itu.
Bandara tersebut diharapkan bisa mempermudah akses dan memperpendek jarak tempuh Surabaya–Bawean. Dengan pesawat, hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Jika dengan kapal cepat, perjalanan dari Gre sik ke Bawean memakan waktu lebih dari dua jam. Kapal cepat itu pun beroperasi sekali jalan. Dengan demikian, ada jeda satu hari untuk setiap perjalanan pulang pergi (PP) menuju Bawean. Jika cuaca laut buruk, jadwal kapal itu pun menjadi tidak pasti. Padahal, sisi wisata dan ekonomi Pulau Bawean diyakini potensial untuk dikembangkan.
Hingga saat ini, sudah ada dua maskapai yang tercatat siap untuk melayani rute penerbangan perintis ke Bawean. Pada 2011 perwakilan Sky Aviation juga telah melakukan survei pasar. Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga telah menyatakan siap menggarap rute Bawean–Surabaya.
Proyek bandara tersebut mesti segera dituntaskan karena sudah dinanti. Bukan hanya warga yang bermukim di Pulau Bawean yang menantinya, tetapi juga ribuan TKI dari Bawean yang kebanyakan tersebar di Singapura dan Malaysia. Diyakini juga turis-turis bakal men jadikan pulau itu sebagai salah satu tempat wisata alternatif. (zul/c11/hud)
Sumber : Jawa Pos. 4 Maret 2012
Berita Kiriman Ajib Ghufron
Berita Kiriman Ajib Ghufron