Media Bawean, 5 April 2012
Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Umum
Nama : Maladdatul A’yun.
Alamat: Kebunlaut Sawahmulya.
Bawean merupakan sebuah pulau yang mayuritas penduduk beragama islam yang merupakan bagian dari kabupaten Gresik. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, Lembaga Pendidikan pun bertebaran disetiap desa mulai sekolah tingkat PG (PAUD) sampai Perguruan Tinggi di Pulau Bawean. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat Bawean sudah sadar betapa pentingnya pendidikan. Apalagi Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Bawean merupakan lembaga pendidikan yang nantinya akan menghasilkan calon-calon pendidik, yang akan mewarnai dunia pendidikan yang ada di Pulau Bawean. Apakah akan menghasilkan SDM yang berkarakter atau SDM asal bapak senang….?
PT di Pulau Bawean penuh keanehan dan keistimewaan di banding dengan PT yang ada didaratan Jawa, serta penuh dengan penyulap-penyulap yang kreatif. Dengan jangka waktu dua tahun atau satu tahun sudah mampu mencetak puluhan para sarjana. Dan yang lebih heran lagi di Bawean telah berdiri PT jurusan hukum yang kampusnya berlokasi di BUMI PUTRA juga telah berhasil mencetak puluhan sarjana. Setelah itu lenyap*bak ditelan bumi. Kemanakah kampus itu…? dimana mahasiswanya..? seakan akan hanya sebagai kampus formalitas untuk mendapatkan gelar bukan kualitas.
Masih ingat ditelinga penulis apa yang dikatakan oleh salah seorang nara sumber pada saat mengikuti seminar yang diselenggarakan LP Maarif di Tambilung, beliau mengatakan: sangat terkejut perubahan pendidikan di Pulau Bawean yang hanya jangka kurang lebih 2 tahun telah menghasilkan ratusan sarjana, padahal umumnya kuliah S1 paling tidak harus ditempuh 4 tahun atau 3 tahun lebih jika IQ mahasiswa_nya tinggi. Tapi beda dengan Bawean memiliki keistemewaan sendiri. Kalau kita telah dari apa yang disampaikan oleh nara sumber diatas, hal ini merupakan suatu renungan bagi kita, khususnya bagi pelaku pendidikan di Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Bawean.karena sesuatu yang tidak wajar akan menimbulkan pertanyaan yang bersifat negatif.
Menurut pengamatan penulis Perguruan Tinggi yang selama ini berdiri di Pulau Bawean masih jauh dari harapan masyarakat Bawean. Baik itu PT UT maupun RADEN SANTRI di antaranya yang menjadi kekhawatiran masyarakat dalam kegiatan perkuliahan dan adab berpakaian bagi mahasiswa.
1. Kegiatan Perkuliahan Mahasiswa di Bawean
Perkuliahan Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Bawean selama berdiri sampai saat ini kurang maksimal, baik mahasiswa murni maupun mahasiswa yang berprofesi sebagai guru. Dimana sistem perkuliahan di Pulau Bawean selama satu semester (6 bulan) dosen menyampaikan materi hanya ditempuh 3 hari atau 1 minggu, sebab dosennya masih mendatangkan dari daratan jawa sehingga mau tidak mau mata kuliah selama satu semester 3 hari sudah selesai. Padahal menurut pengalaman penulis selama satu semester tiap hari ada perkuliahan kecuali hari minggu, atau paling tidak perminggunya 4 kali. Yang lebih aneh lagi pada saat ujian semester ada joki keliling yang telah siap memberi tahu peserta ujian. Itu terjadi sampai 2007, ini aneh tapi inilah kenyataan yang terjadi dan bukan rahasia lagi. Mudah mudahan sekarang tidak ada joki lagi. Kalau kita fikir dengan akal sehat (logika) sangat mustahil materi satu semester ditempuh dalam tiga hari atau 3 kali tatap muka dan perkuliahan dimulai dari pagi sampai malam. Ini sangat tidak maksimal dan ilmu yang diserap pun jelas tidak akan maksimal, sepandai apapun mahasiswanya. Ibaratnya air yang sudah penuh di isi ya… pasti tumpah.
Yang lebih parah lagi nilai ujian c ,d dan e dianggap biasa yang penting lulus dan mereka malas untuk mengulang. Sangat tidak etis bila seorang guru dan calon guru memiliki pandangan seperti itu. Bagaimana nasib anak didik kita kalau seperti ini prinsip mahasiswa kita. Bagaimana kita meningkatkan SDM di Pulau Bawean kalau seperti ini sistem Perkulian Perguruan Tinggi yang ada di Bawean.
2. Dalam hal berpakaian
Kalau kita lihat Cara berpakaian mahasiswa di Pulau Bawean tidak sesuai dengan syariat ajaran islam, apalagi Bawean sebagai Serambih Madinah. Pakaian yang selama ini mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan selama ini cara berpakaian dari atas sampai ke bawah lekukan bentuk tubuhnya kelihatan, dari ketatnya pakaian yang digunakan. Sepintas kalau kita lihat dari kepala kedagu, Alhamdulillah sopan karena auratnya tertutup jilbab. Tapi kalau kita pandang dari pundak kebawah Astaufirullah ibaratnya hanya terbalut kain sutra saja, semua bodinya berbentuk, kadang membuat kita risih sendiri melihatnya. Anehnya hampir tidak ada yang memakai rok, semua berpakaian ibarat artis. Padahal mereka adalah sebagai calon-calon pendidik yang menjadi figur yang akan dicontoh oleh anak didiknya dan masyarakat.
Bagaimana anak didiknya memiliki karakter yang baik kalau calon calon pendidiknya tidak berkarakter. Berbicara tentang adab berpakaian penulis teringat sebuah lomba PILDACIL yang diselenggarakan oleh OSIS SMA UMMA, pada waktu itu, ada salah seorang peserta lomba memberikan kritikan terhadap cara berpakaian yang dipakai mahasiswa Bawean katanya: Apakah Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Bawean mencetak calon artis atau calon pendidik yang profesional..? ini merupakan salah satu ungkapan keprihatinan masyarakat terhadap pendidikan yang ada di Pulau Bawean, untuk masa sekarang dan yang akan datang. Bagaimana mereka tidak perihatin kalau kenyatannya calon calon pemimpin dan pendidiknya dalam berpakaian seperti itu kenyataanya.
Penulis sangat bangga pada Bapak Cuk Sugrito selaku kepala sekolah SLTA UMMA, setiap hari rabu dan kamis siswa siswinya di wajibkan berpakaian adat khas Kabupaten Gresik, ini merupakan salah satu ciri khas SLTA UMMA dalam membentuk karakter anak. Harapan penulis ini tetap dipertahankan .Terima kasih Bapak CUK Sugrito.
Sosok seorang guru adalah figure yang akan menjadi contoh dan surii tauladan bagi anak didiknya .Sebagai mana pepatah bilang guru kencing berdiri murid kencing berlari, guru diguguh dan ditiruh. Bolelah kita mengikuti model dan arus zaman, tapi kita harus tahu menempatkan diri dan kita tahu diri. Siapa yang akan menebarkan amal ma’ruf nahil mungkar, kalau bukan dari calon calon pendidik dan pemimpin estafet di Pulau Bawean. Semakin kedepan tantangan umat Islam semakin besar baik dibidang pendidikan, budaya dan sosial itu merupakan tugas kita sebagai pendidik untuk menfilter agar tidak merusak karakter anak didik kita. Maka kita harus memiliki sifat seperti ikan, walaupun hidup di air asin bertahun tahun tapi dagingnya tidak asin. Artinya walaupun kita hidup dilingkungan, situasi keadaan apapun kita tidak akan terpengaruh dan tetap berpegang teguhlah kepada Al Qur’an dan Al Hadits agar kita selamat.
Untuk itu harapan penulis kepada mahasiswa dan pelaku Pendidikan Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Bawean jadikanlah PT di Bawean sebagai sarana untuk mencetak calon-calon pendidik yang berkualitas dan berkarakter sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan nilai-nilai Pancasilah. Jadikanlah calon-calon pemimpin dan pendidik yang berotak Jerman dan berhati Mekkah, menjadi kebanggaan masyarakat Bawean. Semoga ini dijadikan renungan bagi kita semua untuk Pulau Bawean tercinta amin……?.