Media Bawean, 6 Mei 2012
Ainun Jariya (16 th. ), siswa SMAN I Sangkapura ditetapkan sebagai juara I Lomba Menulis Berita dan Opini 2012, kerjasama Media Bawean bersama Bawean Institute.
Sebagai siswa kelas XII, Ainun Jariyah sudah selesai mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN). "Sekarang menunggu pengumuman kelulusan saja, sedangkan posisi sudah berhijrah dari Pulau Bawean tercinta ke Bandung, Jawa Barat,"katanya.
Sebagai juara I lomba menulis Media Bawean tingkat pelajar, pertama kali mengetahui ketika terlelap dalam tidur. Istirahat setelah menempuh perjalanan selama 18 jam dari Gresik menuju Bandung.
"Kakak sepupu mendengar kabar dari Pulau Bawean, bahwa tulisanku ditetapkan oleh tim penilai sebagai juara I kategori pelajar. Dikarenakan masih setengah sadar, sehingga tidak menghiraukan yang kuanggap sebagai gurauan belaka. Setelah bangun, langsung membuka handphone dengan banyak pesan masuk mengucapkan selamat. Masih belum percaya, akhirnya membuka Media Bawean melalui handphone untuk mencari informasi valid. Ternyata benar, artikel yang kutulis telah meraih juara I,"jelasnya.
"Kakak sepupu mendengar kabar dari Pulau Bawean, bahwa tulisanku ditetapkan oleh tim penilai sebagai juara I kategori pelajar. Dikarenakan masih setengah sadar, sehingga tidak menghiraukan yang kuanggap sebagai gurauan belaka. Setelah bangun, langsung membuka handphone dengan banyak pesan masuk mengucapkan selamat. Masih belum percaya, akhirnya membuka Media Bawean melalui handphone untuk mencari informasi valid. Ternyata benar, artikel yang kutulis telah meraih juara I,"jelasnya.
Ungkapnnya setelah menang, menurutnya hanya bisa berdiri kaku sampai lama, akhirnya teriakan keluar juga. Melompat penuh kegirangan dan tertawa senang ibarat orang gila. Gembira dikarenakan tidak ada firasat sebagai pemenang. Kemenangan pertama dari lomba pertama pula yang kuikuti. Menulis artikel membutuhkan waktu berhari-hari, sehingga tidak menaruh harapan untuk menang.
"Dalam pemikiranku, jika ada seseorang membaca dan memberi komentar sudah termasuk lebih dari cukup dan memberikan kepuasan tersendiri. Selisih skor dengan juara kedua hanyalah satu poin, ini adalah keberuntungan dari Tuhan,"ujarnya.
Sekarang ini, posisiku berada di kota Bandung untuk menetap selamanya. Setelah nenek yang kutumpangi dan merawatku dari sejak kecil di Pulau Bawean sudah bersedia tinggal bersama anak-anaknya di Bandung. Sehingga diriku juga menetap dan melanjutkan ke perguruan tinggi di Bandung.
"Memang sedih dan sempat sakit saat akan meninggalkan Pulau Bawean, sebagai tempat ku dibesarkan dari sejak kecil. Setelah kuberfikir kedepan, jika mencintai Pulau Bawean harus melakukan sesuatu agar bisa lebih baik. Dengan banyak belajar dan sukses dari luar terlebih dahulu, selanjutnya membawa hasil serta pengetahun tinggi untuk membangun Pulau Bawean,"ungkapnya.
"Pulau Bawean dapat dijelaskan dengan dua kata, yaitu 'kampung halaman'. Sejauh apapun penduduk Pulau Bawean merantau, yang selalu diingat untuk kembali ke kampung dilahirkan atau dibesarkan. Dimana tempat, dikenal keramahan dan rasa kekeluargaan sangat tinggi. Tempat melepas penat dengan melihat deretan lekuk pegunungan, sawah yang membukit, dan deburan ombak yang menerpa kaki di pantai serta melihat taburan bintang sambil berbaring di padang rumput yang luas dan sejuk. Semua itu tidak bisa digantikan oleh Pulau Bali sekalipun,"paparnya.
"Pulau Bawean sepi tapi mudah mendapatkan banyak inspirasi. Sebenarnya diriku termasuk orang yang sulit berkomunikasi, lebih suka diam dan mendengarkan. Sering mengalihkan rasa bosan dengan menulis atau menggambar. Banyak ide yang kutuangkan dalam bentuk cerpen. Jika dibongkar kembali ada lebih dari dua puluh macam cerpen yang kutulis. Namun, semuanya hampir tidak kurampungkan. Hanya ada satu cerpen yang selesai ditulis,"terangnya.
"Niatan ingin mengirim ke Media Bawean untuk diikutkan lomba, ternyata temanya tidak sesuai. Kegiatan menulis mulai dari sekolah di SMP, jika duduk termenung dan muncul kata-kata indah yang kemudian kusalin ke sembarang buku. Menulis termasuk kegiatan sangat positif dikarenakan membantu belajar kosakata, juga sarana yang tepat untuk mengisi waktu senggang. Sangat menyenangkan,"pungkasnya.
Memenangkan lomba menulis di Media Bawean telah memberikan semangat dalam berusaha menggapai impian. Ainun Jariya bersyukur atas anugerah Tuhan yang diberikan kepada kepadaku. "Dengan berbagai macam hadiah, uang tunai akan kupakai untuk biaya kuliah dan meringankan beban orang tua, serta piagam dan tropi untuk bukti meraih prestasi,"tambahnya. (bst)
"Dalam pemikiranku, jika ada seseorang membaca dan memberi komentar sudah termasuk lebih dari cukup dan memberikan kepuasan tersendiri. Selisih skor dengan juara kedua hanyalah satu poin, ini adalah keberuntungan dari Tuhan,"ujarnya.
Sekarang ini, posisiku berada di kota Bandung untuk menetap selamanya. Setelah nenek yang kutumpangi dan merawatku dari sejak kecil di Pulau Bawean sudah bersedia tinggal bersama anak-anaknya di Bandung. Sehingga diriku juga menetap dan melanjutkan ke perguruan tinggi di Bandung.
"Memang sedih dan sempat sakit saat akan meninggalkan Pulau Bawean, sebagai tempat ku dibesarkan dari sejak kecil. Setelah kuberfikir kedepan, jika mencintai Pulau Bawean harus melakukan sesuatu agar bisa lebih baik. Dengan banyak belajar dan sukses dari luar terlebih dahulu, selanjutnya membawa hasil serta pengetahun tinggi untuk membangun Pulau Bawean,"ungkapnya.
"Pulau Bawean dapat dijelaskan dengan dua kata, yaitu 'kampung halaman'. Sejauh apapun penduduk Pulau Bawean merantau, yang selalu diingat untuk kembali ke kampung dilahirkan atau dibesarkan. Dimana tempat, dikenal keramahan dan rasa kekeluargaan sangat tinggi. Tempat melepas penat dengan melihat deretan lekuk pegunungan, sawah yang membukit, dan deburan ombak yang menerpa kaki di pantai serta melihat taburan bintang sambil berbaring di padang rumput yang luas dan sejuk. Semua itu tidak bisa digantikan oleh Pulau Bali sekalipun,"paparnya.
"Pulau Bawean sepi tapi mudah mendapatkan banyak inspirasi. Sebenarnya diriku termasuk orang yang sulit berkomunikasi, lebih suka diam dan mendengarkan. Sering mengalihkan rasa bosan dengan menulis atau menggambar. Banyak ide yang kutuangkan dalam bentuk cerpen. Jika dibongkar kembali ada lebih dari dua puluh macam cerpen yang kutulis. Namun, semuanya hampir tidak kurampungkan. Hanya ada satu cerpen yang selesai ditulis,"terangnya.
"Niatan ingin mengirim ke Media Bawean untuk diikutkan lomba, ternyata temanya tidak sesuai. Kegiatan menulis mulai dari sekolah di SMP, jika duduk termenung dan muncul kata-kata indah yang kemudian kusalin ke sembarang buku. Menulis termasuk kegiatan sangat positif dikarenakan membantu belajar kosakata, juga sarana yang tepat untuk mengisi waktu senggang. Sangat menyenangkan,"pungkasnya.
Memenangkan lomba menulis di Media Bawean telah memberikan semangat dalam berusaha menggapai impian. Ainun Jariya bersyukur atas anugerah Tuhan yang diberikan kepada kepadaku. "Dengan berbagai macam hadiah, uang tunai akan kupakai untuk biaya kuliah dan meringankan beban orang tua, serta piagam dan tropi untuk bukti meraih prestasi,"tambahnya. (bst)