Media Bawean, 26 Juli 2012
Zaenul Arif sebagai sosok pemuda asal Batusendi, Sidogedungbatu, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, termasuk pekerja ulet di negeri jiran Malaysia.
Selulus sekolah lanjutan atas dan nyantri di pesantren, Zaenol (panggilan akrabnya) langsung memilih merantau ke Malaysia.
Selama 6 tahun di negeri jiran, menggunakan dokumen permit sebagai identitas pekerja resmi. Menurutnya, biaya permit setiap tahunnya dikenakan biaya sebesar RM.3.700 atau dinominalkan uang Indonesia sebesar Rp.10juta.
"Setiap hari bekerja, upah pertama masuk hanya RM.35 sampai RM.40 setiap harinya. Hasil bekerja disimpan, setelah dikurangi biaya hidup sehari-hari,"katanya.
"Lumayan, setiap bulannya bisa menabung antara RM.300 sampai RM.400. Setelah terkumpul, hasil bekerja kemudian dikirimkan kepada orang tua di Pulau Bawean,"paparnya.
"Tidak ada waktu untuk bermain, apalagi mencari cinta seperti anak muda di Pulau Bawean. Sehari-harinya hanya bekerja dan kerja untuk membahagiakan kedua orang tua,"ujarnya.
Tanpa didampingi keluarga, ataupun orang Bawean lainnya, Zaenol mencari kerja di negeri jiran Malaysia bersama TKI lainnya yang berasal dari berbagai daerah di nusantara dan luar negeri.
"Berkerja sebagai kuli bangunan, pagi berangkat bekerja dan sore pulang kerja selama 6 tahun lamanya di Malaysia,"terangnya.
Soal menghadapi pihak berwajib di Malaysia, seperti Police (Polisi), terang Zaenol menyatakan kenapa takut kalau kita benar, apalagi sudah dilengkapi dokumen resmi seperti permit untuk berkerja.
Setelah 6 tahun bekerja, Zaenol mengatakan ingin kembali berkumpul bersama keluarganya di rumah. "Masih ingin istirahat di Pulau Bawean, rencananya juga mau beli sepeda motor bekas untuk sarana transportasi selama di Pulau Bawean,"pungkasnya. (bst)
