Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Cuaca Buruk Pelayaran Lumpuh

Cuaca Buruk Pelayaran Lumpuh

Posted by Media Bawean on Senin, 14 Januari 2013

Media Bawean, 14 Januari 2013

PENGUSAHA RUGI
BURUH BONGKAR MUAT KELIMPUNGAN

Dunia pelayaran sejak sepekan terakhir sedang tiarap akibat cuaca yang memburuk. Ratusan kapal pelayaran rakyat dan kapal umum tertahan di Pelabuhan Gresik. 

KONDISI ini membuat pengusaha kapal dan ekspedisi mengalami kerugian hingga ratusan juta perhari.

Hingga Minggu siang, sedikitnya 120 kapal Pelra yang tergabung dalam DPC Pelra Gresik masih parkir di dermaga Nusantara Pelabuhan Gresik. Mereka menunggu kepastian cuaca membaik dari Adiministrator Pelabuhan Gresik.

General Manager Pelabuhan Gresik, M Mahcmud menjelaskan, selain kapal Pelra, sejumlah kapal umum dan kapal penumpang jurusan Bawean, juga bersandar di pelabuhan umum. Kapal tersebut dilarang Administrator Pelabuhan Gresik berlayar. Kendati ada faktor alam, pihaknya tetap mengenakan biaya-biaya kepada pengusaha kapal.

“Pasti ada, di antaranya jasa tambat, jasa parkir, serta biaya lainnya terkait kepelabuhanan. Kami tidak mengenakan moratorioum atau pengurangan biaya karena sudah menjadi ketentuan. Lagipula persoalan cuaca tiap tahun terjadi, dan pengusaha menydari hal itu,” kata dia.

Hal ini diakui oleh Marsali, pengusaha kapal PT Tri Daya Sukses. Menurutnya, bulan Desember hingga Maret merupakan waktu paceklil di dunia pelayaran. “Kalau dikatakan rugi, jelas pendapatan kami berkurang. Kami kehilangan pendapatan dari pengangkutan barang. Pada saat yang sama, kami harus membayar biaya operasional kapal dan jasa pelabuhan. Kalau dirata-rata sehari kami harus mengeluarkan biaya Rp 10 juta,” kata Marsali.

Tidak hanya pengusaha kapal, sejumlah agen ekspedisi juga mengalami kerugian. Sentot, pengusaha ekspedisi asal Surabaya sudah beberapa kali dikomplain oleh pemilik barang. “Saat pengiriman barang dari gudang ke kapal, kondisi cuaca membaik. Namun dua hari kemudian saat barang diangkut ternyata kapal dilarang berlayar. Belum lagi kami harus mengenakan biaya demoriege atau keterlambatan,” terang Sentot.

Sekretaris DPC Pelra Gresik, Abdul Rozak mengungkapkan, pelayaran terhalang sebenarnya sudah menjadi ritual tahunan. Artinya, nahkoda kapal, pemilik barang, pemilik kapal dan organisasi pelabuhan sudah tahu kalau Desember, Januari sampai Maret pasti mengalami cuaca buruk.

“Kami sebenarnya sudah mengantisipasi. Jauh hari sebelum musim cuaca buruk tiba, pengusaha sudah mengirimkan barang. Ibarat ibadah, saat ini pengusaha sedang puasa. Mereka sudah berhari raya saat ombak tenang,” terang Abdul Rozak.

Disebutkan, saat ini anggota DPC Pelra mencapai 170 pengusaha. Mereka berharap ada keringanan pembayaran tarif jasa pelabuhan saat kapal tidak berlayar akibat cuaca buruk. “Sebab kami juga harus menghidupi para ABK selama mereka bersandar di pelabuhan,” terang dia.

Lalu bagaimana dengan buruh bongkar muat, mereka inilah yang mengalami derita pahit. Karena tidak ada kegiatan bongkar muat, para buruh terpaksa ngutang ke pemilik kapal atau agen kapal untuk menyambung hidup. Tidak sedikit dari mereka bekerja serabutan bahkan menjadi pengemis.

“Saya beralih menjadi kuli bangunan saat pelabuhan sepi. Lumayan meski dibayar Rp 40 perhari, yang penting ada pemasukan untuk makan sehari-hari,” ucap Warsito, kuli pelabuhan asal Jenu, Tuban.

Kasie Kepelabuhanan Adpel Gresik, Nanang Afandi memperkirakan gelombang besar di Laut Jawa masih bertahan hingga tiga hari kedepan. Ketinggian ombak di Laut Jawa rata-rata 4 hingga 6 meter sehingga seluruh pelayaran diminta untuk menunda pelayaran.

“Kami menunggu data terbaru dari BMKG Tanjung Perak dan informasi dari pengeboran lepas pantai Madura. Kalau cuaca membaik, secepatnya akan kami sampaikan ke pelayaran agar bisa berlayar kembali,” jelas Nanang Afandi. (rtn/ris) 

Sumber : Radar Gresik

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean