Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Media Bawean (MB)
Salah Satu Wujud Transformasi Budaya

Media Bawean (MB)
Salah Satu Wujud Transformasi Budaya

Posted by Media Bawean on Minggu, 19 Mei 2013

Media Bawean, 19 Mei 2013 

Oleh : Sugriyanto (Guru SMAN I Sangkapura)


Perjalanan sejarah perkembangan kebudayaan manusia di muka bumi ini tidak akan pernah terlepas dari peran serta sebuah media dalam arti luas. Penggantungan pada sejarah ini diharapkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sejarahnya sendiri. Begawan sejarah Prof. Sartono Kartodirdjo pernah mengatakan bahwa orang yang tidak tahu sejarahnya sendiri berarti telah kehilangan kesadaran kolektifnya dan kehilangan kemanusiaannya, sehingga sama dengan pasien rumah sakit jiwa (Mustakim: 2010) Bawean sebagai daerah yang berwujud pulau kecil –yang terkadang dalam atlas dunia tidak kebagian tempat karena skala tidak memadai- tetap menjadi termasyhur atau ‘kesohor’ namanya hingga ke belahan dunia yang lain (red: bukan dunia uka-uka). Pulau yang menjadi pusar (baca: Bujhel-Bawean, Udhel-Jawa) dari kurang lebih 13.000 pulau di Indonesia selalu diperhitungkan eksistensinya. Tidak sedikit orang-orang bernama di Indonesia pernah berkunjung atau singgah di pulau yang terkenal dengan julukan Pulau Rusa tersebut. Selevel K.H. Abdurrahman Wahid (mantan Presiden RI ke-4) sebelumnya menjabat ketua umum tanfidziyah NU pernah berkunjung ke Bawean. Prof. DR. Amin Rais (Pengurus Pusat Muhammadiyah) pun pernah datang ke Bawean. Kalangan menteri seperti Harmoko (Menteri penerangan) kala itu pun pernah datang ke Bawean. Rusmin Nuryadin (menteri perhubungan) kala itu juga pernah berkunjung ke Bawean. Bahkan Raja Dangdut (Rhoma Irama) bersama Sonetanya pernah “manggung” di alun-alun Sangkapura Bawean. Masih banyak tokoh-tokoh penting lain baik sekala nasional maupun regional datang ke pulau berjarak 80 mil laut atau sekitar 120 km di utara Kabupaten Gresik. Ada apanya Bawean ini? Ini semua tidak terlepas dari pengungkapan dari sebuah media yang meng-up load keberadaan Bawean di mata Indonesia dan Dunia.

Munculnya sebuah piranti jejaring sosial yang mutaakhir ini banyak digandrungi dan diminati berbagai kalangan adalah media berupa jaringan internet yang mampu menyampaikan segala sesuatu atau pesan dalam skala global. Sebut saja yang lagi ‘ngetrend’ saat ini kemunculannya adalah Media Bawean. Dua kata Media Bawean sebagai sebuah frase memiliki arti yang amat simpel yakni bisa bermakna Media milik warga Bawean atau Media untuk warga Bawean atau mungkin sekadar gantungan nama saja. Ditilik dari sempalan katanya bahwa kata media bila dicari asbabun nuzulnya dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata media dapat berarti 1.alat; 2. Alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk; 3. yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya); 4. perantara, penghubung. Untuk melengkapi nuklilan dari KBBI tersebut perlu pula kiranya ditelusuri asal usul katanya. Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. (Depdiknas: 2004).

Selama ini masyarakat di Pulau Bawean mulai mengakrabi dengan khusuk penggunaan Media Bawean. Alangkah bersahajanya apabila sejenak ditorehkan sejarah adanya internet yang dapat di-indorse (baca: dikuatkan) dengan adanya sejarah penemuannya. Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World, Wide, Web, yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan dalam internet.Karena penemuan inilah, intenet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi.(Syamsuddin, A.R.: 2005:101). Dunia benar-benar tanpa berbatas. Setiap rumah pengguna jasa telekomunikasi yang berupa telepon rumah dapat tersambung ke jaringan internet dengan menggunakan modem. Awalnya penggunaan internet ini banyak digunakan oleh peruasahaan, lembaga pendidikan, lembaga pertahanan, dan lembaga milliter di seluruh dunia untuk mengantarkan informasi sebagai pipeline untuk samapi ke masyarakat. Saat ini penggunaan internet merambah kesegala aspek informasi. Banyak sisi positif dari kemunculan internet dalam hal kemajuan. Namun, tidak sedikit juga mudarat yang timbul akibat ekses negatif dari penggunaan internet yang disesatkan atau disimpangkan. Terlalu bebasnya informasi yang tersedia di internet memungkinkan anak-anak melihat berbagai hal yang tidak pantas dilihat atau pun di baca.

Transformasi budaya di Pulau Bawean meliputi berbagai aspek kehidupan dengan sejarah perjalannya. Perubahan bentuk atau transformasi ini terjadi dalam dunia transportasi. Mari kita jelajahi masa lalu yang menjadi sebuah “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu” (meminjam istilah sastrwawan Pramudya Ananta Tur) dari judul novelnya. Tentang kisah perahu dan kapal di Pulau Bawean yang mengalami metamorfosis sebagai tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan. Dulu, satu-satunya alat transportasi yang tercanggih adalah perahu. Nama perahu Bravo jurusan Singapura- Bawean telah menyingkap tabir kelautan bahwa nenek moyang di Pulau Bawean sudah menjalin hubungan kekerabatan dengan warga Singapura. Acap kali perahu Bravo yang berbahan kayu itu mengangkut barang-barang kunsumsi hasil olahan alam Bawean menuju Singapura, Bangka Blitung, Kijang, Tanjung Pinang. Pulang perahu Bravo membawa barang-barang bekas rumah tangga termasuk baju bekas (baca: borok-borok) hingga bawang putih kualitas internasional masuk ke Pulau Bawean. Di era Orde Baru satu-satunya pelabuhan kecil yang memiliki kantor Bea dan cukai atau kepabeanan adalah Pulau Bawean. Hingga akhirnya rezim yang berkuasa saat itu menarik kebijakan ke pusat. Tinggallah saksi bisu kantor tanpa pegawai Bea dan Cukai.

Zaman melesat cepat. Perahu yang semula menjadi alat transportasi laut mulai sudah tidak diminati lagi karena minimnya kecepatan. Muncullah kapal kayu bermesin. Banyak kapal-kapal kenangan yang berkiprah di Pulau Bawean sebagai kreasi anak daerah. Masih ingat dengan kapal Mahkota Jaya, Tirta Jaya,Tirta Bhakti, Maha Jaya, Masa Jaya, Kastoba Jaya,Harapan bahagia, Budi Murni, Murni Dua, Nusa Indah, Haji Raya,Bawean Express se-expres tenggelamnya telah mematri sejarah pertransportasian di Pulau Bawean. Kapal-kapal kayu tersebut berlabuh di dermaga Timur (baca: Ojung) dusun Boom sawahmulya. Termasuk sampan atau biduk pengangkut penumpang dari bibir dermaga lama menuju labuhan kapal kayu di laut biru yakni sampan Dji Sam Soe (234) dan sampan Belewa I dan II juga sudah tinggal kenangan. Beralih kemudian dengan hadirnya kapal-kapal berbahan besi. Seperti Mandalika, Prajapati, Kumba, Mekatani, Boga, Reny, Palangkaraya, Kumalasuri, Darmakarika, KM Lisa, Amukti Palapa, vomini wini, Bukit Raya, Barito, Pangrangau, Lai-Lai, Jetfoil dan sejenisnya dan semasanya adalah kenangan masa lalu yang telah memberikan kontribusi kemajuan dalam transformasi pada transportasi laut. Express Bahari, Tungkal Samudra, bahkan yang teranyar yang akan hadir adalah kapal Wu Yi Hu beralih atau bersalin nama menjadi Gresik Samdera 1 akan beroperasi juga. Peristiwa pingsut ulang akan terjadi antara pemilik Express Bahari dengan Tungkal Samudera karena harus ada salah satu yang hengkang atau enyah dari trayek Gresik-bawean dan sebaliknya. silih bergantinya moda transportasi laut ini tidak membuat warga Bawean pemilik kapal terdahulu “sakit hati” atau marah dengan hadirnya kapal-kapal baru yang dianggap sebagai konsekuensi logis dari suatu kemajuan di Pulau Bawean. Justru mereka bersyukur dengan adanya fasiltas trasportasi yang semakin memadai dan menjamin kenyamanan dan keselamatan warganya. Posisi ini akan terus bergeser dengan rencana beroperasinya Lapter di Tanjung Ori Tambak. Siap-siap pemilik kapal laut untuk gigit jari dengan trasformasi ini.

Dalam dunia komunikasi pun telah mengalami transformasi dari penggunaan alat yang tersederhana hingga termutaakhir. Dulu sebelum adanya telepon rumah warga Bawean menggunakan jasa Intercom (baca: interkom) menggunakan semacam Handy Talky yang disambungkan melalui kawat kuningan bekas gulungan trafo atau sejenisnya. Dari rumah ke rumag sambung menyambung menjadi satu. Melalui organisasi interkom ini dianggkatlah seorang petugas atau pawang pengaman lalu lintas jaringan dengan sebutan Pak Net-nya. Ingat nama juragan interkom yakni Bapak Abdul Gani/Pak Nek Sawahdaya bergelar Pak Tulky Simele Kete dan Bapak Muhyi (almahum) bergelar Pak Brama (red: tanpa Kumbara). Kesederhanaan ini benar-benar unik karena komunikasi bisa tembus ke beberapa arah. Seperti pintu air saja ada yang bertugas membagi arus pembicara. Jika tidak di jatah bicara akan terjadi krodit pada jaringan alias (red: mbulet) dalam simpang siur jalannya komuniasi. Lalu masuk alat baru berupa HT ( Handy Talky) dengan media udara melalui tiang antena menembus ke luar Pulau Bawean. Mulailah selanjutnya raksasa telepn masuk Pulau Bawean. Telepon rumah masuk Bawean yakni hadirnya P.T. Telkom yang merajai dan menguasai penggunaan telepn rumah serta menjamurnya wartel dan telepon umum. Seolah-olah ini yang terakhir. Nyatanya tidak, beberapa tahun kemudian hadir seluler Indosat, Telkom Sel, P.T. Excel Comindo Pratama atau XL telah meredupkan dan menyuramkan keberadaan telepon rumah, wartel, dan telepon umum.Berbondong-bondong pengguna telepon rumah “murtad” dari Telkom dengan memohon keputusan untuk diputus karena seperti tak terurus. Ini pun sebagai akibat logis dari kemajuan dan kebutuhan. Penguasa dan pengusaha terdahulu juga tidak marah kan?

Bagaimana dengan yang lain? Ambil contoh: Awalnya warga Bawean dalam menghidupkan asap dapurnya dalam kegiatan masak-memasak cukup dengan menggunakan bahan bakar kayu. Belum mengenal atau menyentuh namanya kompor minyak tanah (red: minyak gas). Di samping pertimbangan ekonomis juga melimpahnya dahan dan ranting kayu kering yang menyempal akibat rapuh alias “gerupong” sendirinya. Pemanfaatan kayu bakar ini juga perlahan tergerus oleh kemajuan zaman. Masuklah alat masak berupa kompor minyak tanah dengan berbagai tipe dan ukuran. Paling akhir terkonversi dengan kompor gas menggunakan tabung LPG (Liquid Petrolium Gas). Pemilik usaha kompor minyak tanah dan pengusaha minyak tanah waktu itu juga tidak marah. Berbeda dengan kendaraan bermotor. Sebelum adanya alat transportasi mobil atau kol sebagai pengangkut BBM (Bahan Bakar Minyak) warga di Pulau Bawean mengangkutnya dengan perahu yang didistribusikan pakai cikar. Sejenis pedati yang ditarik oleh lembuh atau sapi. Mereka pemilik cikar juga tidak “ngamuk” dengan hadirnya mobil atau kol sebagai penggantinya. Termasuk keberadaan pengecer bensin dan agen di Pulau Bawean akan juga menerima konsekuensi logis dari sebuah kemajuan bila kelak di Bawean benar-benar ada SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Tidak ada di dunia ini yang mustahil. Apalagi di Bawean. Toh, Agen punya banyak modal dan tak kehabisan akal dengan konversi usaha lain tetap bisa bertahan bahkan bisa berprospektif yang lebih dari sekadar pengecer dan agen BBM. Waktu jualah yang akan memakan usia dan usaha kita kelak.

Sebagaimana bunyi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan perubahannya dalam amandmen I.II.III. dan IV pasal 33 ayat (3) yakni Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Termasuk kandungan tambang BBM pun dikuasai oleh negara. Akibat statemen mulia dari Bapak Bupati Gresik bahwa Bawean bukan bagian dari Gresik tetapi Bawean Kabupaten Grsik tidaklah sulit untuk merestui atau mengabulkan berdirinya SPBU di Pulau Bawean. Suara dan kebutuhan rakyat akan menjadi perhitungan matang Beliau. Termasuk usaha dalam dunia komunikasi akan terus mengalami transformasi. Sebagai langkah antisipasi perlu inovasi dan improvisasi dari pemilik media. Bukan hanya sekadar tampilan wajah yang menjadi “penyedot” perhatian dan kemenarikan melainkan juga perasaan membutuhkan kehadiran media komunikasi sebagai harga matinya. Patutlah berbangga dan berbesar hati warga Pulau Bawean di mana pun berada asal masih di permukaan bumi (red: belum migrasi ke akhirat) akan terjamah oleh kemajuan dalam dunia komunkasi berupa pemanfaatan jaringan internet via Media Bawean (red: bukan Media Basit) yang benar-benar membumi. Ke depan warga Bawean akan menjadi masyarakat madani yang terus haus akan informasi dalam segala aspek kehidupan. Media Bawean, Bisa Akses Seluruh Informasi Terkini (BASIT). Berjaye!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean