Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bawean Pulauku Sayang

Bawean Pulauku Sayang

Posted by Media Bawean on Rabu, 12 Juni 2013

Media Bawean, 12 Juni 2013 

Lomba Menulis Opini dan Artikel  
Katagori Umum 

Penulis : Susiatul Maisarah 
Alamat : Laut Sungai Sangkapura Bawean 

Ketika saya menyebut BAWEAN masih banyak orang yg tidak mengerti dan tidak mengetahui dimana letak Bawean.Di alam bawah sadar saya, saya berharap semua orang faham dimana Bawean, bahasanya dan lain-lainnya tapi saya juga sadar bahwa Bawean masih termasuk dalam PETA DAERAH TERPENCIL (Program Indonesia Mengajar mencakup Bawean, guru-guru di Bawean juga mendapat tunjangan daerah terpencil) jadi masuk akal jika banyak orang yang masih bertanya di daerah mana Bawean berada. Bawean memang pulau kecil di tengah Laut Jawa antara Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa, akses ke Bawean juga tidak semudah jika kita bepergian ke daerah lain yang intinya butuh pengorbanan yang tidak sedikit untuk pergi ke Pulau Bawean termasuk tenaga dan biaya. Tapi semua biaya dan tenaga anda tidak akan sia-sia begitu anda menginjakkan kaki di pulau Bawean. Untuk membuat orang memilih Pulau Bawean sebagai destinasi wisata mereka banyak hal tentang Bawean yang bisa di tawarkan kepada khalayak umum. Selain lokasi-lokasi wisata yang menonjolkan wisata alamnya yang masih perawan dari pantai-pantai yang begitu eksotis, terumbu karang yang masih terjaga habitatnya, rusa Bawean (hewan endemik Pulau Bawean), air terjun hingga pulau-pulau kecil di sekeliling Pulau Bawean baik yang berpenghuni maupun yang tidak, semuanya menawarkan keragaman hayati Pulau kecil nan indah di tengah Laut Jawa yang disebut Pulau Bawean. 

Selain hal di atas yang sudah banyak dikemukakan oleh penulis lain, saya ingin berbagi tentang salah satu keunikan Budaya Bawean dan keunikan dari Bahasa Bawean. Dari sisi budaya saya sebagai orang Bawean sangat bangga dengan rasa keterikatan yang tinggi antara sesama orang Bawean ketika di perantauan. Merantau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berlayar (mencari penghidupan) dari tempat asal ke tempat lain. Budaya merantau orang Bawean sudah dilakukan turun-temurun sejak puluhan tahun yang lalu, menurut Singapore Infopedia perantauan dari Bawean khususnya ke Singapore tersensus pertamakali pada tahun 1849 tapi diyakini mereka datang pada awal 1828 tetapi masih dikategorikan sebagai suku Bugis, suku Bali dan sekarang suku Bawean khususnya di Singapura telah mempunyai identitas sendiri di ID Card yang mereka pegang (walaupun di Indonesia sendiri kurang bahkan tidak dikenal suku Bawean). Dikenal dengan nama Boyanese (asal dari kata Boyan yang berarti Bawean,diyakini mereka lebih suka mengucapkan Boyan daripada Bawean karena pengucapannya lebih simpel), orang Bawean di perantauan lebih memiliki keterikatan satu sama lain dan tidak pernah lupa akan kampung halaman mereka bahkan sebagian besar dana pembangunan di Bawean berasal dari Boyanese yang sukses di perantauan (contohnya jalan Mahathir dan jalan Goh Cok Thong di Bawean yang dananya hasil swasembada Boyanese di Malaysia dan Singapura dan masih banyak lagi kontribusi Boyanese di perantauan termasuk masjid-masjid, madrasah dan sebagainya) bukan itu saja sanak saudarapun yang masih di kampung tidak segan-segan mereka ongkosi untuk pergi ke Singapura atau malaysia sekedar untuk rekreasi (jika anda ke Bawean coba tanyakan orang-orang yang anda temui apakah sudah pernah ke Singapura atau ke Malaysia jawabannya pasti lebih banyak yang menjawab pernah) bahkan mereka dengan senang hati dan rela menampung saudara dari Bawean yang akan bekerja atau yang masih mencari kerja disana dan yang lebih menarik lagi adalah keturunan orang Bawean di perantauan banyak yang menikahkan anak-anak mereka dengan keturunan Bawean pula dan tidak sedikit yang menikah lewat acara perjodohan dengan keturunan Bawean yang masih tinggal di Pulau Bawean sehingga akan lahirlah keturunan-keturunan Bawean yang terus menumbuhkan jumlah Boyanese di perantauan (hingga tulisan ini dibuat, saya belum menemukan angka pasti Boyanese di perantauan tetapi satu hal yang dapat menjadi ukuran adalah bahwa hampir setiap keluarga di Bawean mempunyai saudara baik saudara dekat maupun jauh yang tinggal di perantauan).

Hal menarik lainnya tentang Bawean adalah bahasanya yaitu bahasa Bawean yang sekarang dipakai sebagai alat komunikasi keseharian masyarakat Bawean. Sekilas memang banyak kosa kata Bawean yang mengadaptasi bahasa Madura karena memang pengaruh Madura sangat kental terhadap sejarah masyarakat Bawean khususnya bahasanya. Walau banyak kosakata dalam bahasa Bawean hampir serupa dengan bahasa Madura tapi bagaimanapun bahasa Bawean adalah Bahasa Bawean yaitu bahasanya orang Bawean yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat Bawean yang notabene bahasa yang mempunyai keunikan sendiri karena banyak mengadaptasi bahasa-bahasa lain selain bahasa Madura antara lain bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Orang Indonesia sendiri banyak yang tidak mengerti bahwa Bawean mempunyai teritori sendiri, budaya sendiri bahkan bahasanya sendiri jadi tidak berlebihan bahwa orang Bawean ingin dikenal sebagai orang Bawean bukan disebut sebagai orang daerah lain karena kemiripan bahasanya misalnya sebutan sebagai orang Madura (ketika meletusnya kerusuhan Sampit orang Bawean dikategorikan sebagai orang Madura yang juga mengungsi karena ikut diburu padahal orang Bawean bukan orang Madura), masalahnya bukan karena suku Bawean lebih dari suku lainnya ataupun sebaliknya (disini saya tidak mempermasalahkan hierarki kesukuan karena setiap suku punya keunikannya sendiri, punya kebanggaannya sendiri pun demikian halnya dengan orang Bawean dan juga orang Madura (orang Madura tentu juga tidak mau disebut dengan sebutan suku lain) tetapi menjadi sebuah kebanggaan tersendiri jika orang Bawean dikenal sebagai orang Bawean tanpa embel-embel.

Banyak hal positif yang akan dinikmati oleh penduduk Bawean jika geliat pariwisata berjalan sesuai harapan antara lain perbaikan infrastruktur, kelancaran transportasi dan meningkatnya taraf hidup. Dengan menggiatkan sektor pariwisata yang terintegrasi dengan baik mudah-mudahan Bawean lebih dikenal di dalam maupun luar negeri dan tidak ada lagi yang akan menyebut orang Bawean dengan sebutan suku lain dan jika ada yang menyebut Pulau Bawean semua orang langsung paham dimana Bawean berada. 

Saya setuju dengan apa yang diusulkan oleh seorang dosen UNBRAW Malang yang mengatakan bahwa harus ada peraturan yang jelas dan terintegrasi juga diamini oleh semua lapisan masyarakat Bawean untuk menjaga dampak buruk dari meledaknya wisatawan`(hal ini perlu pemikiran lebih jauh dengan duduk bersama diantara semua elemen masyarakat untuk Bawean yang lebih maju). Tapi satu pertanyaan yang menggelitik adalah apakah orang Bawean sendiri siap kebanjiran wisatawan yang tentunya sedikit banyak akan mengusik kenyamanan penghuninya?

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean