Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Jangan Genit Ah…

Jangan Genit Ah…

Posted by Media Bawean on Sabtu, 27 Juli 2013

Media Bawean, 27 Juli 2013 

Oleh : Ali Asyhar
Wakil Ketua PCNU Bawean dan dosen STAIHA 


Ramadlan berkah, penuh ampunan dan bebas dari api neraka. Segala amal kebaikan dilipat gandakan pahalanya sampai berlapis-lapis. Dogma ini benar-benar meresap dalam hati muslimin sehingga sulit untuk keluar dari jeruji pemahaman kaku nan rigid ini. Saking mantapnya sampai semua tenaga benar-benar kita habiskan di bulan Ramadlan sehingga sebelas bulan kemudian nyaris tak tersisa. Mumpung bulan Ramadlan kata banyak orang.

Masjid dan mushala berlomba tadarus al-Quran. Televisi dan radio melimpah ruah dengan acara-acara islami (diislam-islamkan) . Mulai dari pengajian, dialog islami sampai lawakanpun yang islami. Panti asuhan kebanjiran undangan berbuka dan santunan. Para da’i kebanjiran order. Di jalan-jalan banyak orang berbaju taqwa dan berkopyah. Sinetron-sinetron menampilkan para badut (artis) yang berserban, berjenggot sambil sesering mungkin mengucapkan istilah-istilah islam yang difasih-fasihkan. Lihatlah para artis yang belepotan mengucapkan “ Astaghfirullahal ‘adzim, Subhanallah, Masyaallah ” dan seterusnya. Masih kurang! tiap lembaga, instansi, caleg memasang spanduk dan baliho ucapan selamat menjalankan puasa plus gambar diri dan partainya. Bahkan andai saja bisa deru sepeda motor dan mobil juga dibikin islami.

Selanjutnya tengoklah bulan Syawal nanti. Masjid dan mushala kembali sepi. Televisi dan radio kembali menjadi media perusak moral nomor wahid. Panti asuhan anak yatim merana. Jalanan isinya preman dan sinetron kembali kepada khithahnya yakni mencari rating. Para badut artis kembali menjadi syetan-syetan yang cengingisan. Para presenter dan pembaca berita kembali duduk ngangkang menunggu mata menatap.

Ramadlan tiada beratsar. Hilang bersama tenggelamnya matahari di hari terakhir. Istilahnya WS. Rendra “ Kosong tak berbekas ”. Dalam arti yang lebih gampang Ramadlan tiada hasilnya.

Ramadlan bukan Sampho Pembersih

Puasa Ramadlan adalah pengingat. Beginilah rasanya lapar. Begitulah rasanya qiyamullail. Ini anak-anak yatim yang harus kita santuni. Itu orang-orang fakir miskin yang harus dibantu. Kitab suci harus terus dibaca, dipahami lalu diamalkan. Setelah latihan sebulan lalu praktekkan di sebelas bulan berikutnya. Setelah setahun kita latihan lagi di Ramadlan untuk dipraktekkan di sebelas bulan selanjutnya dan seterusnya. Siklus ini berlanjut sampai ajal menjemput.

Ramadlan bukan untuk mencuci dosa selama sebelas bulan. Ramadlan tidak bisa dijadikan sampho pembersih ketombe dosa. Kalau pemahaman kita masih demikian maka alangkah dangkalnya. Islam adalah ajaran adiluhung. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya bahwa dosa selama setahun bisa dibilas satu bulan. Setelah bersih silahkan menumpuk dosa lagi toh nanti pasti akan tercuci di bulan Ramadlan. Islam mengajarkan kepada kita untuk berbuat kebaikan sepanjang hari dan tahun. Bila berdosa islam menawarkan taubat yang sebenar-benarnya. 

Pemahaman keliru tentang bulan Ramadlan ini tidak serta merta muncul. Dogma ini dibentuk oleh banyak hadits yang manyatakan bahwa barang siapa puasa dibulan Ramadlan dengan iman dan sungguh-sungguh maka akan diampuni segala dosa yang lampau. Pemahaman kebanyakan adalah barang siapa yang berpuasa maka dosanya diampuni semuanya tak tersisa. Padahal esensi hadits tersebut adalah barang siapa yang berpuasa dengan iman dan sungguh-sungguh maka dosanya akan diampuni semuanya. Ada kata bersayap yaitu puasanya harus dengan iman dan sungguh-sungguh. Artinya pengaruh puasa harus benar-benar terealisasi dalam kehidupan sepanjang tahun. Sekali lagi, sepanjang tahun. Bila tidak, maka dosanya juga tidak akan diampuni.

Sebaiknya (?)

Tak usah genit. Tak perlu mengumbar hawa islami tumpah ruah di bulan Ramadlan. Lebih baik ajaran islam ini kita laksanakan di 12 bulan dengan merata. Ya, harus merata. Laparnya juga merata. Di bulan Syawal dan seterusnya jangan meninggalkan puasa sunah. Tiap hari jangan lupa baca Al Qur'an. Tiap bulan mari kita tengok anak yatim. Tiap hari mari menutup aurat. Pendek kata ajaran islam adalah untuk sepanjang masa bukan hanya satu bulan. Pengeras suara dimasjid tak usah berlomba memekakkan telinga. Allah sungguh maha mendengar dan dekat.

Suatu saat ada perdebatan antara orang Budha, Kristen dan islam tentang siapa yang paling dekat dengan Tuhan. Si Budha angkat tangan “Saya Budha yang paling dekat dengan tuhan. Kami memanggil tuhan dengan sebutan OM“ terangnya. Si Kristen tidak mau kalah “Saya Kristen yang paling dekat. Kami memanggilnya dengan bapa. Bapa lebih dekat dari pada OM”. Si muslim diam dan tersenyum kecut . Setelah ditanya maka ia menjawab “ Kami orang islam boro-boro dekat. Memanggil saja harus pakai speaker”.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean