Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Tiga Kategori Tipe- Tipe Manusia
Era Kontemporer

Tiga Kategori Tipe- Tipe Manusia
Era Kontemporer

Posted by Media Bawean on Selasa, 23 Juli 2013

Media Bawean, 23 Juli 2013

Oleh: EKLIS DINIKA, 
Dosen STAIHA BAWEAN 


AL-KISAH…” Ada diantara kalian semua dalam menjalin persahabatan, persaudaraan, atau pertemanan pernah melakukan “KESALAHAN” maka tulislah diatas PASIR dan apabila pernah melakukan “KEBAIKAN” maka tulislah di atas BATU… biarlah tulisan di atas PASIR AKAN TERHAPUS OLEH ANGIN DENGAN SENDIRINYA sementara tulisan di atas BATU akan teringat selamanya…

Pada tulisan yang lalu saya menuliskan tentang fungsi PENSIL DAN PENGHAPUS yang sekarang mengalami pergeseran “fungsi nilai” antara pensil dan penghapus itu. Pergeseran fungsi nilai tersebut adalah sebuah gambaran nyata dalam kehidupan ini dan segaris lurus, karena sekarang terpisah dua alat tersebut, kadang ia berfungsi hanya salah satu, bahkan ia kadang tidak di pakai sama sekali…Ini adalah gambaran bahwa masyarakat zaman sekarang adalah INDIVIDU bukan saling peduli sehingga jauh dari RAHMATAN LIL ALAMIN.

TIPE-TIPE MANUSIA

Para sarjana muslim umumnya mengelompokkan manusia ke dalam tiga kategori. Satu kelompok adalah mereka yang hidup hanya untuk dunia dan kesenangannya. Mereka ini adalah orang yang berkeyakinan dan berperilaku materialistis. Al-Qur’an menyebut mereka sebagai golongan dahriyyin, yaitu orang-orang yang lekat dengan doktrin materialistic,ateis, tidak mempercayai akhirat di mana manusia diminta pertanggungjawabannya atas kebaikan atau keburukan yang dilakukannya. Mereka berkata, menurut Al-Qur’an (23 : 37) bahwa: “Tiada yang lain selain kehidupan kita di dunia ini. Kita mati dan kita hidup. Tetapi takkan pernah kita dibangkitkan kembali”. Naudzubillah… semoga kita semua tidak termasuk pada tipe manusia yang pertama ini.

Jenis manusia kedua adalah mereka yang tidak memiliki pandangan yang jelas tentang keperibadaannya. Al-Qur’an menyebutnya sebagai orang yang akan merugi pada hari kiamat.

“Tanyakanlah,”Akankah Kami, ceritakan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi dalam amalnya?.” Mereka yang sia-sia usahanya dalam hidup di dunia ini, sedang mereka mengira melakukan pekerjaan yang baik? Merekalah yang mengingkari ayat-ayat Tuhannya, dan pertemuan dengan (Tuhannya), maka sia-sialah amal mereka. Dan tiada amalnya itu, Kami anggap berharga pada hari kiamat”. ( Al-Qur’an: 18 : 103-105 ) 

Mereka yang masuk dalam kelompok ini ( walau di antara mereka percaya kepada Tuhan dan hari Kiamat, dan secara teratur pergi ke tempat ibadah) sepenuhnya memisahkan keyakinan dan pelaksanaan agama dari kehidupan nyata sehari-hari.

Kategori ketiga adalah mereka yang menerima kehidupan dunia sebagai tempat menanam benih bagi kehidupan di Akhirat. Menurut Islam, kelompok ini disebut mukminin, atau orang yang percaya. Yaitu mereka yang sudah mengetahui intisari dan makna kehidupan di dunia dan di akhirat, serta mampu menghubungkan keduanya. Mereka ini bukan termasuk kelompok yang memohon (kelak di akhirat): “Wahai Tuhan, kembalikan daku ke dunia”, karena tidak memiliki bagian kehidupannya di sana. Tetapi mereka adalah: “Dan di antara mereka ada yang berdoa, ‘Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di atas dunia. Dan (berilah kami) kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari azab api (neraka).” (Al-Qur’an; 2 : 201 )

Ringkasnya, setiap muslim diharapkan menjalani kehidupannya dengan cara sebagai berikut: a) tujuan utama kehidupan manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an adalah: “Jin dan manusia Aku ciptakan untuk menyembah Aku”’ (Al-Qur’an : 28 : 60 ), 

b) nilai kehidupannya di dunia dan di akhirat tergantung dari hubungan di antara keduanya. Allah SWT.  telah brerfirman: “Dan segala sesuatu yang diberikan kepadamu, hanyalah kenikmatan hidup di dunia dan perhiasannya. Tapia pa-apa yang ada pada Allah, lebih baik dan lebih lestari. Tiadakah kamu faham?.”

c) tidak dapat di hindarkannya kematian, serta pelajaran apa saja yang dapat diambil darinya. Al-Qur’an menyatakan bahwa setiap manusia pasti akan meninggal, dan setiap sesuatu yang ada di bumu akan hancur. “Tapi, kekal (selama-lamanya) wajah Tuhanmu, Agung dan mulia”. (Al-Qur’an: 55 : 27) 

d) intisari islam adalah memahami ayat-ayat di dalam berbagai cabang pengetahuan, dan memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang halal dan yang haram, dan di antara kebaikan yang di anjurkan dan keburukan yang di larang. Al-Qur’an menyebut muslim sejati yang selalu berdoa kepada Allah seraya mengucapkan: “Tuhanku! Berilah aku kemajuan dalam ilmu pengetahuan.” (Al-Qur’an: 20 : 114)

Dan Rasul Saw bersabda: “Sesungguhnya para ulama adalah ahli waris Nabi” (an-Nawawi, 1975:233). 

Dan e) intisari jahiliyah masa kegelapan di setiap zaman harus diketahui kekuatannya, pemikiran-pemikirannya, rencana-rencananya, kepustakaan, sekolah, dan lain-lain, serta coraknya. Rasul Saw sendiri bersabda; “Barangsiapa yang mempelajari bahasa kelompok lain, maka ia akan terhindar dari tipu daya mereka”

Semoga kita semua menjadi manusia yang berguna manusia yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta menfilter setiap budaya yang datang apakah itu sesuai dengan ajaran agama kita yang kita cintai ini.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean