Media Bawean, 8 Agustus 2013
Lomba Menulis Opini Dan Artikel
Kategori : Umum
Nama Lengkap : Lay Monica Ratna Dewi
Alamat : Jalan Asti Kuningan Blok I-16
Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
Pendidikan Saat Ini :
Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
E-Mail : ratnadewi.monica@gmail.com
Pulau Bawean memiliki potensi wisata yang sangat besar. Selain keindahan alam yang mempesona, akulturasi dengan budaya asing menghasilkan berbagai keunikan di wilayah itu. Sayangnya, masalah infrastruktur serta lemahnya sistem kepariwisataan selama ini menghambat pengembangan potensi tersebut. Sehingga, Bawean belum mampu menarik banyak wisatawan asing maupun domestik.
Alamat : Jalan Asti Kuningan Blok I-16
Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
Pendidikan Saat Ini :
Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
E-Mail : ratnadewi.monica@gmail.com
Pulau Bawean memiliki potensi wisata yang sangat besar. Selain keindahan alam yang mempesona, akulturasi dengan budaya asing menghasilkan berbagai keunikan di wilayah itu. Sayangnya, masalah infrastruktur serta lemahnya sistem kepariwisataan selama ini menghambat pengembangan potensi tersebut. Sehingga, Bawean belum mampu menarik banyak wisatawan asing maupun domestik.
Untuk membangun Pulau Bawean sebagai daerah tujuan wisata dibutuhkan sistem pemberdayaan yang menekankan kemandirian masyarakat Bawean. Dalam hal ini, implementasi konsep One Village One Product (OVOP) atau Satu Desa Satu Produk dapat menjadi solusi jangka panjang.
Sekilas Mengenai OVOP
Konsep OVOP pertama kali diterapkan di Oita (saat itu merupakan daerah termiskin di Kyushu, Jepang) atas inisiasi Gubernur Morihiko Hiramatsu. Inti dari konsep ini adalah pengembangan produk yang berbasis nilai-nilai lokal namun berdaya saing global.
Saat ini produk-produk Oita telah dikenal luas dan wilayah tersebut menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Masyarakat Oita juga terus berkembang tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari kemandirian dan semangat komunitas.
Menerapkan OVOP di Bawean, Mengapa Tidak?
Implementasi OVOP untuk pengembangan Bawean sebagai pulau wisata tentu memerlukan beberapa penyesuaian. Sumber daya yang ada di Bawean berbeda dengan Oita. Kondisi dan pola pikir masyarakatnya juga berbeda, termasuk kapabilitas untuk membuat produk berdaya saing internasional.
Oleh karena itu, fokus pertama dan utama yang harus diperhatikan saat ini adalah mengembangkan kemandirian masyarakat Bawean untuk memproduksi dan memasarkan produk unik di setiap desa. Kemampuan produk-produk tersebut untuk dapat dipasarkan secara internasional dapat diusahakan di masa yang akan datang.
Untuk menerapkan OVOP di Bawean, langkah pertama yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memperbaiki infrastruktur (listrik, perhubungan, transportasi, sarana telekomunikasi, dan sebagainya). Perbaikan ini sangat penting untuk memudahkan akses ke Pulau Bawean. Selain itu, perbaikan infrastruktur akan menunjukkan keseriusan pemerintah daerah sehingga dapat mengikis apatisme dan rasa skeptis warga Bawean terhadap usaha pengembangan wilayahnya. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat Bawean sendiri.
Selanjutnya, pemerintah daerah perlu mengkoordinasikan pemimpin-pemimpin desa yang ada di pulau Bawean untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya mengenai produk unggulan di desanya. Produk unggulan tersebut dapat bersifat konkret (seperti kerajinan dan kuliner) maupun abstrak (misalnya kesenian tradisional) yang menjadi ciri khas desa tersebut dan tidak dimiliki desa lainnya.
Pemimpin desa berperan untuk mendorong masyarakatnya mengembangkan produk tersebut dengan sumber daya yang dimiliki. Setiap desa dapat memanfaatkan lahan bersama di wilayahnya untuk memproduksi barang atau jasa yang ingin dikembangkan.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga perlu bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat dalam promosi produk (misalnya menyelenggarakan festival kesenian di kota besar untuk memperkenalkan Bawean), namun jangan sampai memberikan bantuan finansial atau campur tangan yang berlebihan sehingga menimbulkan ketergantungan. Perlu diingat bahwa tujuan program tersebut adalah kemandirian masyarakat. Untuk masalah pendanaan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat menjadi salah satu alternatif.
Berbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pemerhati masyarakat tradisional dapat memberikan bantuan berupa tenaga, misalnya untuk memberikan ide pemasaran produk.
Pentingnya Koordinasi Masyarakat dan Peran Generasi Muda
Masyarakat Bawean sebagai pelaku utama tentu harus berkoordinasi satu sama lain untuk bersatu dan membangun citra Bawean sebagai pulau wisata. Usaha yang dapat dilakukan misalnya mengadakan festival kesenian dan pameran produk di Bawean, mengirimkan perwakilan untuk mempromosikan dan menjual produk-produk Bawean dalam sejumlah acara pameran budaya di kota-kota besar, serta bekerja sama dengan sejumlah tokoh masyarakat Jawa Timur untuk membuat dokumentasi mengenai berbagai produk unik di Bawean lalu menyebarkannya ke media-media sosial untuk promosi.
Selain itu, masyarakat Bawean dapat mendirikan dan memanfaatkan toko-toko kecil di sepanjang wilayah Bawean sebagai sarana distribusi. Tujuannya adalah memperkenalkan dan menjual produk-produk tersebut, bahkan menarik para wisatawan untuk mendatangi setiap desa dan ‘mencicipi’ berbagai produk yang ada di wilayah Bawean. Selain itu, produk-produk dari Bawean juga perlu didistribusikan ke berbagai wilayah di Jawa Timur.
Generasi muda Bawean harus dilibatkan dalam usaha-usaha tersebut agar kemandirian masyarakat Bawean terus lestari. Perlu dipahami bahwa tujuan dari gerakan OVOP adalah memampukan masyarakat untuk memberdayakan dirinya sendiri secara berkelanjutan.
Keberhasilan tentu tidak dapat dicapai secara instan. Oita sendiri pun pernah mengalami sejumlah kegagalan saat menerapkan konsep OVOP. Usaha tersebut memerlukan kesabaran, kemauan untuk berproses, serta koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, pemimpin desa, LSM, swasta, bank-bank rakyat, dan tentunya masyarakat Bawean sendiri untuk mewujudkan Satu Bawean Satu Unggulan: Wisata!