Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Lebah - Demokrasi

Lebah - Demokrasi

Posted by Media Bawean on Sabtu, 22 Februari 2014

Media Bawean, 22 Februari 2014

Oleh: Eklis Dinika, M.Pd.I, Dosen STAIHA Bawean

Akankah sebuah jalinan dalam suatu pekerjaan berjalan dengan harmonis, bila ke dua belah pihak sudah tidak ada kepercayaan satu sama lain?

Haruskah kita lari dan enggan memadamkan kobaran api yang senantiasa menggrogoti jiwa?
Jawabnya tentu saja, tidak!

Wahai saudaraku, cobalah bersikap terbuka dalam menyelesaikan masalah yang terjadi usahakan sikap yang kita lakukan tidak menyinggung perasaan orang lain, hendaknya, sebelum kita bertindak tanyakan dahulu pada diri kita sendiri bagaimana sekiranya jika hal itu terjadi pada kita? Insya Allah dengan begitu kita akan senantiasa berhati-hati dan bijak dalam mengambil keputusan dan kebijakan untuk kebaikan kita bersama.

Saudaraku, sangatlah pedih, perih, bagaikan tersayat sembilu jika tugas dan tanggungjawab yang biasanya kita kerjakan dengan sepenuh hati, tanpa sepengetahuan dan tidak di komunikasikan terlebih dahulu tiba-tiba dialihkan pada orang lain tanpa tahu sebab musababnya. Oleh karena itu saudaraku apapun yang terjadi dalam sebuah hubungan baik yang berkaitan dengan hubungan intern atau ekstern bicarakanlah secara baik-baik dari hati ke hati sehingga tidak menyinggung ataupun melukai perasaan orang lain di sekeliling kita, karena baik/benar untuk kita belum tentu untuk orang lain makanya Islam mengajarkan kita untuk bermusyawarah dalam mengambil keputusan sehingga menghasilkan mufakat.

Bagaimana mungkin manusia dapat hidup rukun bila mereka tidak mau bermusyawarah senantiasa bertikai serta saling mempertahankan pendapat yang belum tentu benar. Berselisih pendapat yang berakhir dengan permusuhan, pertikaian, dan perusakan dilarang oleh Allah SWT. Namun, berbeda pendapat dibolehkan dan dibenarkan karena merupakan rahmat Allah SWT. menggambarkan keanekaragaman berpikir umat Islam. Dengan demikian kita dapat merealisasikan tujuan hidup manusia yaitu selamat, sejahtera, aman, dan damai di dunia dan akhirat.

Saudaraku, dalam Surah Ali Imran Ayat 159, Surah Asy Syura Ayat 38, dan Surah An Nahl Ayat 125 diisyaratkan bahwa segala persoalan, baik yang berkaitan dengan keluarga, masyarakat, organisasi, maupun urusan negara hendaknya dimusyawarahkan. Pengertian musyawarah adalah perundingan atau berembuk bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan (jalan keluar) yang lebih baik. Musyawarah dilihat dari arti kata syawara yang pada mulanya bermakna “Mengeluarkan madu dari sarang lebah." Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat di ambil di keluarkan dari yang lain.

Madu dihasilkan oleh lebah. Jika demikian, pihak yang bermusyawarah itu hendaknya bagaikan lebah. Lebah adalah makhluk yang sangat disiplin, memiliki kerja sama yang sangat mengagumkan, makanannya berasal dari sari kembang, hasilnya adalah madu, dan di mana pun hinggap ia tidak pernah merusak dan tidak mengganggu. Itulah gambaran musyawarah dan mestinya demikian pula sifat orang yang melakukannya.

Saudaraku, sekor semutpun akan marah jika kita sakiti begitupun juga dengan manusia atau makhluk Allah yang lain, Pada dasarnya manusia itu mempunyai perbedaan, termasuk pendapat. Akan tetapi, di balik hal itu ada hikmah serta kandungan rahasianya.

Berdialoglah atau berdiskusilah dengan dingin, bijaksana, penuh hati- hati, saling pengertian, dan tunjukkan sikap yang Islami. Ali bin Abi Thalib pernah memberikan nasihat, lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan. Kita harus dapat bertindak demokratis, bijaksana, tidak keras kepala untuk menyalahkan atau menyanggah, tetapi dapat bersikap sabar sehingga orang lain dapat mengerti atau memahami apa yang kita maksudkan.

Saudaraku, Islam juga menganjurkan berdakwah dan berdiskusi dengan baik Bagaimana caranya kita dapat melaksanakan dakwah dan diskusi dengan baik? Tentunya tata cara dan proses berdakwah atau berdiskusi yang baik harus sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis di antaranya sebagai berikut,

.1) Harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki kewajiban meneruskan dan menyampaikan ajakan- ajakan yang baik atau amar maruf dan larangan agar tidak berbuat jahat atau nahi munkar kepada manusia lainnya. (Keterangan selanjutnya lihat QS Al Haji: 75, QS Al Maidah : 67,99, QS Al-Baqarah : 259,174)

2) Harus menyadari bahwa yang menentukan seseorang beriman atau kafir adalah hak Allah SWT. Namun, manusia berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran. (Selanjutnya lihat QS Baqarah: 88, 100, QS Yunus : 99 QS Yusuf:103).

3) Harus siap berjihad mengendalikan hawa nafsu, sabar, dan rela berkorban, baik harta mau jiwa untuk membela kebenaran. Berjihad harus dengan sabar sesuai dengan ajaran Al Quran dan hadis. (Selanjutnya lihat QS Maidah: 35, QS At-Taubah; 20 dan QS Al-Furqan; 52)

4) Harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan penuh sopan santun (tatakrama berbicara) agar penyampaiannya dapat bermanfaat, baik untuk menjadi peringatan maupun pelajaran. (Selanjutnya lihat QS Maryam: 97).

5) Tidak menghasut untuk berselisih dan mencari- cari kesalahan pihak atau agama yang lain (QS Al-Hujarat 11-12)

Pada saat berdiskusi, hal- hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

a. Tidak boleh memotong pembicaraan pada saat seseorang belum selesai berbicara.

b. Hormati pembicaraannya dengan cara menyimak pembicaraannya dengan seksama.

c. Menghindari debat kusir atau memaksakan kehendak agar orang lain mengikuti keinginannya sekalipun itu baik

d. Tidak boleh melecehkan si Pembicara, misalnya karena cacat atau tidak sempurna.

e. Jika tidak sependapat, maka sanggahlah dengan sanggahan yang baik disertai argumentasi yang tepat.

f. Hindari diskusi yang berubah menjadi selisih pendapat yang mengakibatkan permusuhan dan kedengkian.

Menyeru atau mengajak manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT. hendaknya dilakukan dengan cara berdialog atau berdiskusi dengan baik dan penuh argumentasi. Tidak bersikap keras kepala serta menyalahkan, melainkan mendengarkan dengan penuh antusias lalu dibahas dengan sikap yang bijaksana, penuh hikmah, dan sabar.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean