Media Bawean, 1 Februari 2014
Tahun ini ada yang unik dalam perayaan Maulid Nabi di YPP. Hasan Jufri. Setelah pengajian dilanjutkan dengan nonton bareng film “Sang Kyai”. Film yang mengisahkan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari ini memang heroik. Fase-fase perjuangan beliau dan para santri terpampang jelas. Episode perjuangan para kyai dimulai jauh sebelum proklamasi. Tahun 1926 para kyai mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah perjuangan.
Selanjutnya pada masa penjajahan Jepang Mbah Hasyim Asy’ari tegas menolak hadiah dari Jepang. Hadiah dari Jepang dimaksudkan agar Hadratussyeikh mau melunakkan sikapnya yang sangat anti penjajah. Mbah Hasyim juga mengharamkan seikerei yaitu gerakan membungkuk (90%) ke arah timur sebagai wujud penyembahan kepada dewa matahari. Beliau memberi fatwa bahwa seikerei adalah dosa besar.
Pasca proklamasi Pondok Pesantren Tebu Ireng menjadi rujukan para pejuang. Tak tanggung-tanggung, Bung Karno, Bung Tomo dan Jenderal Soedirman dan tokoh-tokoh pejuang lainnya selalu meminta nasehat kepada beliau. Ketika tentara Sekutu akan menggempur Surabaya maka NU mengeluarkan Resolusi Jihad yang mewajibkan kepada seluruh masyarakat untuk angkat senjata. Maka pecahlah perang rakyat 10 Nopember 1945 di Surabaya.
Menurut waka kurikulum MA Hasan Jufri, Mohamad Nasir M.Pdi nonton bareng ini dimaksudkan agar para siswa menghayati betapa besar perjuangan para kyai dalam merebut kemerdekaan “Kini kita sebagai generasi penerus harus sungguh-sungguh menjadikan sejarah perjuangan beliau sebagai teladan. Mari terus belajar dan kerja keras” tambahnya.
Film “Sang Kyai” yang di sutradarai Rako Prijanto ini banyak mendapatkan penghargaan. Diantaranya adalah Piala Citra 2013. Film ini sangat penting untuk ditonton oleh semua siswa di Pulau Bawean. (kuncoro11)
