Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Jangan Ada Dusta di Antara Kita

Jangan Ada Dusta di Antara Kita

Posted by Media Bawean on Senin, 03 Maret 2014

Media Bawean, 3 Maret 2014

KPRI “NUSA INDAH” SOKOGURU EKONOMI PEGAWAI 
Penghapusan Lagu Lama “Jangan Ada Dusta di Antara Kita” 

Oleh : Sugriyanto (Anggota KPRI ) 


RAT, bukan rat-rat seperti kain atau sarung terkait ke duri atau terkait ke paku di lantai sebuah dangau atau “dhurung”, melainkan RAT itu merupakan kependekan dari Rapat Anggota Tahunan dari Koperasi Republik Indonesia Nusa Indah Kecamatan Sangkapura Bawean Gresik tahun buku 2013. Penreduplikasian ini mengekor pada sebuah iklan Pil Tuntas yang diperankan oleh Marissa Haque-istri Ikang Fauzi- setelah sembuh dari penyakit keputihannya habis minum pil Tuntas mengatakan dengan umbaran senyum lesung pipitnya yang menawan seraya bertutur “ Tak ada lagi penyakit keputihan, semua tuntas...tas..tas...”. Padahal kata tas-tas itu bermakna rusak. Sama dengan rat-rat juga kainnya ikut rusak. Sebagai singkatan dalam kegiatan perkoprasian RAT menjadi wadah tertinggi sebagai penentu roda organisasi dalam pengambilan keputusan. Namun, yang disayangkan dalam RAT tahun ini (2014) anggota sepertinya kurang selera atau turun gairah untuk menghadiri nya. Dari total 499 anggota yang hadir hanya 254 anggota. Ini menandakan menipisnya rasa keperdulian dan kurangnya kesadaran untuk jiwa memiliki terhadap keberadaan Koperasi Pegawai Republik Indonesia “Nusa Indah” sebagai koperasi primer yang kantornya mewah (Baca: mepet sawah).

Fenomena berikut ini perlu menjadi bahan renungan bagi pengurus untuk terus mencari tahu mengapa anggota seperti “cuwek” atau boleh dikatakan “acuh tak acuh ” untuk menghadiri undangan pengurus. Hari sudah diambilkan hari yang paling luang dan sempat yakni hari Ahad tanggal 2 Maret 2014-yang notabene tak seorang pun dari anggota ke Gereja karena seluruhnya Muslim kaffah. Kenapa seperti ini jadinya? Atau mungkin saja undangan dari pengurus tidak sampai? Atau mungkin tempatnya yang membosankan dari tahun ke tahun? Atau mungkin konsumsi dalam kotak yang menjadi kebiasaannya belum memenuhi standar gizi orang dewasa sebagai kudapan yang benar-benar maha ringan dengan alasan efisiensi? Semua itu akan menjadi bahan evaluasi bagi pengurus baru untuk mencarikan terobosan teranyar dalam mengatasi persoalan yang nampaknya memang spele namun menimbulkan citra yang kurang sedap didengar dan dirasakan. Akibat ketidak hadiran anggota yang hampir separuh itu menyebabkan pemubadziran konsumsi yang sudah diperhitungkan sebelumnya.

Berbicara soal perkoperasian tentu teringat akan sosok tokoh sebagai Bapak Koperasi Indonesia yakni Drs. Moh. Hatta. Di samping sebagai proklamator bersama Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta telah berjasa besar dalam pengembangan koperasi. Dalam sebuah goresan emasnya yang tertuang dalam sebuah buku Drs. Moh. Hatta mengatakan bahwa “Koperasi merupakan badan usaha yang bergerak di lapisan ekonomi bawah dan yang menjadi anggota koperasi justru bukan orang-orang yang memiliki modal kuat, melainkan masyarakat yang relatif tidak memiliki kemampuan secara finansial”.

Berpijak dari apa yang dikatakan oleh Bung Hatta tersebut di atas telah banyak memberikan warna dan karakter perkopresian dengan fungsi utamanya adalah sebagai berikut.

1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

2. Berperan secara aktif dalam upaya memeprtinggi kulaitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokoguru (buffer atau penyangga alias pilar “Sasaka” perekonomian bukan soko atau kakinya para guru ).

Sosok Drs. Moh. Hatta dengan segala kesederhanaannya telah memberikan inspirasi terhadap karakter bangsa ini. Sebagaimana yang tergambar dalam sebuah titel lagu dari maestro musik pop Indonesia Iwan Fals dalam buku Nasionalisme Cinta Iwan Fals oleh Dharmono Budi Suseno sebagai berikut petikannya.

Bung Hatta

Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta
Jujur, lugu, dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas....Jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami orang yang merindukan
Sepertimu...

Kejujuran, keluguan, dan kebijaksanaan Bung Hatta diteladai oleh Bapak Abdul Adim, S.Pd. MM (Camat Sangkapura) saat memberikan sambutan. Dalam durasi yang singkat, padat, dan penuh berisi, beliau dengan polos mengatakan di tengah sambutannya bahwa dirinya yang memberi sambutan sampai saat ini belum menjadi anggota KPRI Nusa Indah Kecamatan Sangkapura karena memang baru meniti karier sebagai camat di Sangkapura. Justru setelah mendengar pengungkapan kejujuran Pak Camat ratusan anggota menebar tawa ringan dan renyah sebagai bentuk kebersamaan.

Badan usaha yang tidak semata-mata bertujuan untuk mendulang keuntungan bersama ini juga memiliki orientasi kemasyarakatan dan pendidikan bahkan keagamaan. Di antaranya program keagamaan berupa pengeluaran zakat dan beasiswa. Manusia secara kodrati memiliki dimensi jasmani dan rohani. Kedua dimensi ini perlu disuburkan agar apa yang direncanakan dan dilakukan penuh dengan segala kebaikan. Bila orientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani semata berupa kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi maka akan teerjebak dan terjerumus ke dalam lembah hidup materialisme dan hedonisme sebagai orientasi kaum kapitalis ekonomi liberal (liberalition economy) yang menjadi pandangan orang-orang barat. Alangkah bersahajanya apabila sesekali dalam setahun dalam menyambut hari koperasi atau hari didirikannya KPRI Nusa Indah diselipkan sebuah acara pengajian atau bakti sosial yang dapat memberikan siraman kesejukan dalam kebersamaan. Selama ini yang sangat kental adanya pengajian di mana-mana selalu terkotak-kotak dengan kelompok dan jurusan keagaamaannya sendiri-sendiri. Bagaimana pun KPRI Nusa Indah wadah yang paling netral dan bebas interfensi dari pihak manapun. Sungguh “eman” potensi positif ini bila terlewatkan atau tidak diberdayakan semaksimal mungkin. Penulis yakin bahwa SQ penentu yang cukup dominan dalam keberhasilan hidup manusia. (Red: SQ= Spiritual Quotitient atau kecerdasan spitusl atau keagamaan). Sehingga sudah tidak patut lagi mendendangkan lagu lama yang selalu membebek “Jangan ada dusta di antara kita”. Buang, hapus dan campakkan jauh-jauh lagu kedaluarsa seiring dengan matinya sang pelantun Bruri Marantika” Termasuk pola pikir sektarian, primordialisme, dan parsial sudah harus dienyahkan dari anggota dan pengurus

Persoalan yang masih mengawang-ngawang dalam benak penulis adalah mekanisme pemilihan pengurus yang masih menjadi bahan renungan atas keambiguan dalam praktiknya. Perlu kiranya dicerahkan apa sebenarnya fungsi atau hak dari tim formatur. Selama ini yang terjadi di KPRI Nusa Indah Kecamatan Sangkapura tim formatur identik dengan tim jadi. Padahal di mana-mana tim formatur adalah sebagai panitia kecil yang akan bekerja untuk menentukan pengurus. Untuk apa dibentuk tim formatur bila dirinya sendiri harus terpilih pasti. Buang-buang energi dengan aklamasi yang melelahkan teriak sana teriak sini seperti anak sekolah royokan jawaban pertanyaan. Sesekali coba dengan cara pemilihan rahasia agar objektif dan benar-benar hasilnya representatif dan anggota tidak cepat-cepat hengkang meninggalkan arena RAT. Dan jangan dilewatkan SHU yang dari koperasi induk Kabupaten Gresik yang belum sempat dilayari untuk dicipratkan kepada anggota dan pengurus. Berubah.!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean