Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Sulitnya Menjadikan Bahasa Inggris
Sebagai Second Language

Sulitnya Menjadikan Bahasa Inggris
Sebagai Second Language

Posted by Media Bawean on Sabtu, 21 Juni 2014

Media Bawean, 21 Juni 2014


Sebanyak enam orang ustadz/ustadzah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Huda Sangkapura Bawean akan melakukan perjalanan ke Malaysia atas undangan Encik Fatimah Syarkawi dengan dukungan Datuk Murad, seorang tokoh pendidikan di Malaysia. Di negeri jiran tersebut, rombongan akan belajar bahasa Inggris dan studi banding ke sejumlah sekolah. Perjalanan yang di kemas dalam bentuk study tour tersebut juga akan menyinggahi Singapore, Batam dan Tanjung Pinang. Study Tour yang dipimpin oleh Ustadzah Elia Puspa, Kepala SDIT Al-Huda, akan menurunkan laporan perjalanan untuk Anda -- para pembaca Media Bawean -- yang akan ditulis oleh anggota rombongan secara bergantian. Selamat membaca (Redaksi)

Oleh : Elia Puspa (Kepala SDIT Al-Huda Bawean Gresik)

Sejak didirikan tujuh tahun yang lalu, SDIT Al-Huda sudah dirancang untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa ke dua (second language). Beberapa ikhtiar sudah dicoba dengan cara membiasakan siswa kelas satu untuk selalu berbahasa Inggris di sekolah, semua petunjuk di sekolah di tulis dalam bahasa Inggris. Dibawah binaan lab school Universitas Negeri Malang (UNM), SDIT Al-Huda membuka English International Class. Mengundang sejumlah turis dari Australia dan sejumlah negara Eropa yang kebetulan singgah di Bawean dengan tall ship, untuk bercakap-ckap dengan para siswa. Sejumlah siswa juga dikirim ke Pare Kediri untuk belajar bahasa Inggris selama satu bulan, lalu mendatangkan tim tutor Center English Language (CELL) dari kampung Inggris Pare Kediri selama dua minggu dalam kegiatan English Camp. Terakhir membentuk English Special Club (ESC) dibawah binaan bapak Abdul Aziz Minwari, alumni Pondok Modern Gontor dan Izzudin, alumni dari Pare Kediri. Mereka berdua datang ke sekolah setiap hari Sabtu, tetapi tidak semua siswa ikut club tersebut, karena tidak diwajibkan, melainkan yang berminat saja. ESC adalah pelajaran extra. Hasilnya ?. Masih jauh dari harapan. Kenapa? 

Sebenarnya yang harus digarap lebih dahulu bukan murid, tetapi gurunya. Tidak semua guru bisa berbahasa Inggris. Sedangkan yang bisa saja sangat tidak memadahi. Pemikiran seperti itulah yang mendorong penulis – juga ketua Yayasan – untuk memberangkatkan para ustadz/ustadzah belajar bahasa Inggris ke luar negeri. Tetapi kenapa harus ke Malaysia?. Ceritanya begini :

Adalah sebuah rombongan yang terdiri dari suami, istri, anak dan menantu datang ke Bawean untuk mencari jejak leluhurnya. Mereka berasal dari dusun Paginda, desa Sokaoneng kecamatanTambak Bawean, tapi belum pernah ke Bawean. Di Bawean hanya tiga hari saja. Pada malam terakhir, ketua Yayasan, Baharuddin meluncur ke Hotel Intan di komplek pelabuhan Sangkapura tempat mereka menginap. Ternyata mereka sudah tidur, karena seharian keliling Bawean bahkan mendaki ke Telaga Kastoba dengan jalanan setapak dan berkelok. Lewat salah seorang puteranya, ketua Yayasan mengundang semua anggota rombongan untuk berkunjung ke SDIT Al-Huda.

Sabtu, tanggal 19 April 2014, pukul 06.35 WIB, tamu itu turun dari mobil, memasuki gerbang sekolah. Tidak semuanya ikut, hanya dua orang saja. Ketua Yayasan dan Penulis sendiri yang menyambut mereka. Sekolah sepi, karena Sabtu adalah hari libur bagi siswa. Penulis memperkenalkan diri begitu juga para tamu itu. Namanya Ibu Fatimah Sarkawi Bapak Hadzri Razikin. Mereka adalah suami istri. Pertemuan hanya berlangsung sekitar dua puluh menit saja karena rombongan sudah harus berada di kapal pukul 08.30 WIB dalam pelayaran menuju Gresik. Tetapi penulis telah menyampaikan beberapa hal yang menyangkut visi, misi, tujuan dan target SDIT Al-Huda kedepan. Termasuk menjadikan bahasa Ingris sebagai second language. Begitu pula kak Ayu – begitu dia minta di sapa -- berjanji untuk mengirim buku-buku bahasa Inggris setiba di Malaysia.

24 Maret 2014, kak Ayu mengirim e mail : Mengenai cadangan kita untuk melatih guru bahasa Inggris itu saya akan usahakan agar ia menjadi realiti. Saya akan cuba mengirim beberapa poster yang boleh dijadikan bahan pengajaran B. Inggris. Kita sama-sama berdoa-ya.

Alhamdulillah, bukan hanya posster yang didapat. Tanggal 3 April 2014 kembali kak Ayu mengirim e mail : God is great!!!. My meeting this morning very successful. I managed to secure 6 return tickets for your teachers.

Atas pertanyaan ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial Darul Fikri, siapa dermawan yang baik hati itu -- yang sudi menyeponsori study banding ini -- kak Ayu menjawab :

Dato' Murad is the gentleman who sponsored all the tickets. He is my boss. The copy of the slides will be given to you when you are already in Malaysia. I will copy all the slides into a pen drive. Has any of the other two female teachers has email?

Maka tim segera dibentuk dan tersusunlah peserta sebanyak enam orang yang terdiri dari : Baharuddin (ketua Yayasan), Elia Puspa (Kepala Sekolah), Amilatul Khusnah (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum), Saifullah (Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan), Rinawati (Wali Kelas 6) dan Saifuddin (Bendahara/Wali Kelas 3). Di Malaysia, tim tersebut akan memperdalam bahasa Inggris di East West International Collage, melakukan studi banding di King George Five Primary school, Sekolah Dasar Durian Condong Johor Bahru dan berkunjung ke Kementrian Pendidikan di Kuala Lumpur. Lalu melanjutkan perjalanan ke Singapore, Batam dan Tanjung Pinang.

Dalam perjalanan tersebut telah di rancang pula untuk bertemu dengan pengurus Persatuan Bawean Malaysia dan sejumlah komunitas warga keturunan Bawean di negeri jiran itu. Obyek wisata yang akan di kunjungi di Singapore, yang ada kaitannya dengan pembelajaran di sekolah adalah science centre, botanic garden, Underwater, Universal Studio Singapore Night Safari dan lain-lain. Di Batam, rombongan akan melihat-lihat bekas lokasi pengungsi Vietnam di pulau Galang dengan melintasi jembatan Balerang yang menghubungkan sejumlah pulau. Sebelum kembali ke Kuala Lumpur, rombongan akan berkunjung ke pulau Penyengat di Kepulauan Riau. Di pulau itulah terdapat makam dan masjid Raja Ali Haji yang sangat terkenal dengan gurindam dua belasnya.

Penulis, dengan semua anggota team saat ini sudah berada di Gresik. Insya Allah tanggal 21 Juni 2014, pukul 21.00 WIB akan memulai perjalanan panjang dari Lapangan Terbang Juanda menuju Kuala Lumpur Malaysia. (Bersambung)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean