Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Kiai Hatmin Laccar
Pendekar Yang Disegani

Kiai Hatmin Laccar
Pendekar Yang Disegani

Posted by Media Bawean on Selasa, 14 Oktober 2014

Media Bawean, 14 Oktober 2014

Ali Asyhar (Dosen STAIHA dan Wakil Ketua PCNU Bawean)

Kepakaran Kiai Hatmin dalm ilmu falak (rubu’) sangat dikenal. Tiap akhir bulan ia naik ke bukit dan menghadap ke arah timur. Ini aneh sebab tenggelamnya matahari dan munculnya bulan muda berada di ufuk barat. Setelah turun ia dawuh “ Sudah tanggal satu”. Bukan hanya itu, untuk mengukur jarak dari satu tempat ke tempat yang lain Kiai Hatmin cukup mengangkat jari telunjuknya. Setelah itu ia dawuh “ Dari dusun A ke dusun B jaraknya 1. 500 meter”.

Potret Kiai kelana layak disematkan kepadanya. Sejak belia Kiai Laccar ini gigih dalam mencari pengetahuan. Diawali dengan mengaji al-Quran kepada Kiai Fadali dan Kiai Abdul Hamid Kebuntelukdalam selama 8 tahun. Tiap hari ia berjalan kaki dari dusun Laccar ke Kebuntelukdalam melewati hutan yang sepi.

Setelah Kiai Abdul Hamid hijrah ke Satrean (Probolinggo) maka Kiai Hatmin juga mengikutinya. Ia mengaji fiqh dan tasawuf kepada gurunya itu selama 7 tahun. Di saat yang sama Kiai Hatmin juga belajar kepada Kiai Abdullah Dungaron (Probolinggo) dan Kiai Maksum Pajarakan (Probolinggo). Setelah itu ia melanjutkan belajarnya kepada Kiai Abdul Jalil bin Fadil Sidogiri. Selama 4 tahun Kiai Hatmin belajar fiqh, tasawuf, hadits, al-quran dan ilmu falak. Setelah menikahi Hasanah bin Rusli pada tahun 1939 ia kembali ke Sidogiri untuk memperdalam ilmu falak.

Tahun 1941 datanglah 2 orang santri yaitu Khatib dari Sungai terus dan Hasan dari Diponggo. Datangnya dua santri ini menandai berdirinya pesantren di Laccar. Tahun 1942 jumlah santri sudah mencapai puluhan. Momentum kerja paksa (romusha) Jepang menyebabkan banyak orang tua yang mengirim anaknya ke pesantren.

Kitab yang diajarkan oleh Kiai Hatmin tergolong tipis seperti : Safinah al-Najah, Sullam at-Taufiq, Bidayatul Hidayah dan Fathul Qarib. Ia selalu menganjurkan kepada santrinya untuk mengamalkan isi bukan hanya memperkaya wacana. Baginya orang yang kaya pengetahuan agama tetapi tanpa pengamalan maka tiada atsar. Bukan hanya para santri yang mengaji kepada Kiai Hatmin, bahkan para Kiai juga berdatangan. Diantaranya : Kiai Hasyim Pekalongan, Kiai Subadar dan Kiai Raisy Kalompang Gubug serta Kiai Jamsuri, Kiai Ma’shum dan Kiai Mahfudz Sukaoneng. Kiai Mahfudz kemudian diserahi memimpin madrasah di Laccar.

Tiga modal Berdakwah Ala Kiai Hatmin

Menurutnya orang yang berdakwah harus memiliki tiga modal. Pertama : ilmu. Tanpa ilmu mustahil manusia bisa menunjukkan arah yang lurus. Kedua : kekuatan. Yang dimaksud kekuatan adalah mental. Berdakwah pasti banyak hambatan. Hanya orang-orang tangguh yang mampu bertahan. Ketiga : kekayaan. Artinya orang yang berdakwah harus mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Dengan demikian maka harga dirinya bisa terjaga. Dalam memenuhi kebutuhannya Kiai Hatmin bertani dan berdagang. Ia dikenal mahir dalam mengelola lahan pertanian. Selain itu ia juga berdangang di pasar Kotempa Kebuntelukdalam.

Dalam mencegah kemungkaran sosok Kiai Hatmin adalah teladan. Ia selalu tampil di depan. Ketika di dusun sebelah yaitu Kalimalang ada group tandak maka ia segera memanggil pemimpinnya. Setelah dinasehati maka group tandak bubar.

Disiplin, Istiqamah dan Wara’

Tepat waktu. Ia selalu hadir lebih awal dari tamu yang lain. Lebih senang menunggu dari pada ditunggu. Dalam keseharian ia sendiri yang membangunkan para santri. Setelah itu Kiai Hatmin menunggu para santrinya di masjid. Bahkan bunyi bedug masjid juga menunggu kentongan (keloneng) yang dipukul Kiai Hatmin.

Dalam semalam ia mengontrol santrinya 3 kali. Sehingga Kiai Hatmin tahu apa aktifitas para santri. Sikap hati-hatinya dibuktikan dengan cara membuat sendiri makanannya. Seperti terasi,kecap dan petis. Ia selalu memastikan bahwa makan itu benar-benar halal. Uang yang diberikan kepada keluarganya adalah hasil keringatnya. Uang pemberian orang lain biasanya dipakai untuk membayar tukang atau diberikan kepada orang lain. Ia juga tidak pernah menanggalkan kopyah. Bagi Kiai Laccar ini menutup kepala adalah bagian dari sikap menjaga diri.

Kiai Hatmin selalu mengimami shalat lima waktu. Tak pernah mengakhirkan waktu shalat. Bahkan ia tidak suka adzan yang dilagukan aneh-aneh. Tetapi ia memuji bila muazdinnya bersuara merdu. Tak ada kamus toleransi bagi Kiai Hatmin bagi siapa saja yang melanggar hukum agama. Siapapun yang salah pasti akan dinasehatinya seketika tanpa ditunda-tunda. Bahkan ia pernah menurunkan seorang Kiai yang sedang berceramah karena banyak guyonnya. Ia juga pernah menegur seorang Kiai yang salah membaca kitab langsung di depan para santrinya.

Gemar Silaturahim

Di bulan tertentu Kiai Laccar ini berkeliling untuk silaturahim dengan para Kiai. Dengan berjalan kaki ia melangkah dari satu dusun ke dusun yang lain. Sebaliknya, para Kiai juga sering berkunjung ke Laccar. Diantaranya adalah : Kiai Abdul Hamid Pancor, Kiai Yasin Kepuh Teluk, Kiai Alwi Mukri Sungai Rujing, Kiai Subhan Daun dan Kiai Muhamad Amin Sukaoneng. Mereka saling mengunjungi bahkan menginap.

Kiai Hatmin Wafat

16 Syawal 1382. Malam itu ia keluar rumah untuk mengontrol para santri. Tiba-tiba ia terjatuh dan ditolong oleh dua orang santri (Bahrum dan Barri) . Setelah diangkat ke tempat tidur Kiai Hatmin wafat tepat jam 11 malam tanggal 8 September 1961. Ia meninggal dunia di usia 57 tahun. Sebelumnya, Kiai Hatmin selalu berpesan kepada para tamu dan alumni agar hadir di pondok pada tanggal 16 Syawal. Ia meninggalkan seorang istri yakni Nyai Hasanah (alm). Sedangkan putra tunggalnya yang bernama Abdurahman lebih dahulu wafat ketika masih berusia 9 tahun.

Kiai Hatmin dilahirkan di Laccar pada tahun 1904 dari pasangan bapak Buahdan dari Balikbak Hilir dan ibu Misriah dari Laccar. Dengan 10 bersaudara Kiai Hatmin masih memiliki hubungan keluarga dengan Kiai Buka dari Daun Timur.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean