Media Bawean, 21 Desember 2014
Oleh : Ali Asyhar (Dosen STAIHA dan Wakil Ketua PCNU Bawean)
Selama dua hari (15-16/12) saya bersama pak Nadlif (Kadinas Gresik) dan pak Soekadi menghadiri Forum Kemajuan Pendidikan Daerah (FKPD) 2014 di Indosat Training Center Jatiluhur Purwakarta Jawa Barat. Forum yang diikuti oleh perwakilan dari 17 kabupaten se-Indonesia ini diinisiasi oleh Yayasan Indonesia Mengajar (IM). Yayasan ini digagas oleh Anis Baswedan cs empat tahun lalu dan kini digawangi oleh Hikmat Hardono sebagai direktur ekskutif. Yayasan IM telah mengirimkan ratusan pengajar muda ke seluruh pelosok nusantara. Pengajar muda ini mengabdi selama satu tahun tanpa gaji. Mereka menebar semangat dan inspirasi kepada para guru.
Di tahun ke-empat ini IM berusaha mempertemukan para penggerak pendidikan di 17 Kabupaten se-Indonesia. Tujuan utamanya adalah, pertama : Silaturahmi. Dengan mempertemukan para penggerak pendidikan maka diharapkan ada transfer pengetahuan dan inspirasi. Setiap daerah memiliki kearifan lokal masing-masing yang bisa diteropong oleh daerah lain. Kedua : menumbuhkan kemandirian di tingkat lokal. Harus disepakati sedari awal bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kolektif. Diperlukan sinergi antara masyarakat, orang tua dan pemerintah. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab IM. Maka prakarsa dan inovasi pendidikan harus terus diusahakan secara simultan dengan bergandeng tangan.
Tahun 2014 ini Bawean ditempati para pengajar muda berjumlah 6 orang yang tersebar di kecamatan Sangkapura dan Tambak. Mereka adalah lentera nan inspiratif. Direncanakan tahun 2015 Bawean kembali ditempati oleh pengajar muda untuk terakhir kalinya. Setelah itu Bawean dlepas karena dianggap sudah banyak para kader penggerak pendidikan. Benarkah sudah siap dilepas?
Saya termasuk orang yang berpendapat bahwa Bawean harus siap. Mustahil kita berharap untuk terus menerus ditempati pengajar muda. Sudah cukup inspirasinya. Saatnya semuanya membuat inovasi-inovasi pendidikan. Membuat inovasi bukan perkara mudah tapi juga bukan soal yang pelik. Selama ini saya meyakini bahwa sudah banyak orang atau kelompok yang berkerja untuk pendidikan. Sudah puluhan para guru dan tokoh inspiratif di pulau ini. Tinggal satu yang belum yaitu bergandeng tangan untuk satu tujuan yakni kualitas pendidikan di Bawean yang lebih unggul dari sekarang.
Sekedar Contoh
Pak Iswan, Halmahera Selatan. Sudah dua tahun ini Ia mempelopori program Pemuda penggerak Desa. Diajaknya para pemuda yang memiliki dedikasi dan kompetensi untuk membuat taman baca di tiap-tiap kampung. Meski dengan merangkak, perlahan program ini mendapat apresiasi dari warga. Selanjutnya ia mengembangkan program ini menjadi desa cerdas. Ciri desa cerdas adalah warganya haus informasi baik dari media cetak maupun elektronik.
Di Kabupaten Paseran Kalimantan Timur ada inovasi lain. Ibu Sriatun mengajak para guru terus belajar membuat karya tulis. Tanpa jemu ia masuk dari satu lembaga ke lembaga yang lain untuk menemukan guru yang mau mengembangkan diri. Ternyata tidak gampang, mayoritas mereka menolak ketika diajak untuk mengikuti pelatihan karya tulis ilmiah di Universitas Negeri Malang. Dengan semangat baja Ibu Sriatun menemani para guru dari angkatan pertama sampai sekarang. Hasilnya bermunculan para guru yang mahir membuat karya tulis ilmiah di Paseran. Bukan hanya itu, para guru hebat ini tenyat juga menjadi pelopor di lembaganya masing-masing.
Terakhir saya tampilkan Aday dari Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Pemuda yang tidak lulus kuliah ini membuat kelompok kecil yang suka musik. Mereka masuk ke banyak lembaga untuk sekedar bercerita,berbagi,menjadi teman curhat bagi para siswa. Tak dinyana kelompok ini disambut dengan antusias oleh para siswa. Mereka tidak mengajak para siswa untuk menjadi musisi tetapi menjadi dirinya sendiri sesuai dengan bakat dan minatnya. Aday membangun kesadaran kolektif bahwa manusia yang baik adalah mereka yang bekerja dengan sungguh –sungguh dan memberi manfaat bagi dirinya dan sesama.
Sekarang, stop berteori dan mari bekerja.