Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » " Eson Terro Tai"

" Eson Terro Tai"

Posted by Media Bawean on Sabtu, 30 April 2016



Oleh : Drs. H. Abdul Khaliq (Guru SMA Islamiyah Bawean)

Pangapora! Hati-hati! Jangan seenaknya menerjemahkan bahasa daerah Jawa ke dalam bahasa daerah Bawean secara bulat-bulat! Jika tidak berhati-hati, maknanya akan berbeda, maknanya tidak akan sesuai dengan pesan penuturnya.Bisa jadi, yang mendengarnya akan menertawakannya. Dengan kata lain, kalimatnya menjadi kalimat yang tidak efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.

Kalimat efektif itu mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis atau penuturnya..

Judul di atas adalah sebuah contoh kalimat yang tidak efektif. Kalimat judul di atas adalah bermula dari penutur suku Jawa yang menerjemahkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Bawean secara bulat-bulat.

(1) Aku arep ngising.
Menjadi:
"Eson terro tai".
Maknanya
berbeda,bukan?

Kalimat (1) di atas kasusnya sama dengan kelimat berikut:
(2) Eson terro kemme.
(3) Eson terro copa.
(4) Eson terro beto'.
(5) Eson terro lajer.

Bahasa Bawean adalah salah satu bahasa yang menegenal afiksasi : awalan, akhiran, gabungan awalan dan akhiran, serta sisipan pada kata dasar tertentu.

Bila kita menghendaki kata kerja (verba) yang bermakna "ingin, atau akan" (terro) , kita cukup menambahkan awalan a- dan akhiran -a pada kata dasarnya.

Ramusnya: (a- D -a)

a- = awalan
D = kata dasar
-a = akhiran

Contoh :
tai = atayya ( akan membuang hajat)
kemme = akemmea (akan berkencing)
jhemmor = ajhemmora (akan berjemur)

Perbaikan pada kalimat pada kalimat (1) agar menjadi kalimat efektif adalah sbb.:
(1) Eson terro atayya.
Arti: Saya ingin membuang hajat.
Kalimat (1) di atas kasusnya sama dengan kelimat berikut:
(2) Eson terro kemme.
(3) Eson terro copa.
(4) Eson terro beto'.
(5) Eson terro lajer.

Perbaikan kalimat di atas adalah:
(2) Eson terro akemmea.
(Saya ingin berkencing)
(3) Eson terro acopa-a.
(Saya ingin meludah)
(4) Eson terro abeto'-a.
(Saya ingin berbatuk)
(5) Eson terro alajera.
(Saya ingin berlayar)

Jika kata dasarnya berawal dengan vokal a, e, o kita cukup menambahkan akhiran -a saja ( tanpa awalan), setelah kata dasarnya mengalami nasalisasi.
Contoh:

enom » ngenom (minum)
abes » ngabes (melihat)
oca' » ngoca' ( berbicara)


Perhatikan kalimat:
(7) Eson terro ngenoma.
(Saya ingin minum)
(8) Eson terro ngabesa.
(Saya ingin melihat).
(9) Eson terro ngoca'a.
(Saya ingin berbicara).

Ada juga kata bentukan berawalan a- yang bermakna 'ingin, akan' yang tidak harus mengalami nasalisasi , seperti pada kata:
tedung » tedunga ( ingin tidur, akan tidur)
robbhu » robbhua ( ingin roboh, akan roboh)

Setelah pembaca membaca artikel pendek ini, pembaca bisa menegur dengan santun dan memberi alasan proses morfologi kata tersebut kepada penutur yang masih berucap: "Eson terro tai!"

Setidaknya, pembaca dapat mengarahkan 'keinginan' penutur bahasa Jawa yang menerjemahkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Bawean secara bulat-bulat itu ke arah yang positif : dari kalimat "Eson terro tai" ke kalimat "Eson terro atayya!" Pembaca setuju?

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean