Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » ”La” Tak Salah Musa

”La” Tak Salah Musa

Posted by Media Bawean on Selasa, 26 April 2016


Keagungan Isra’ Mi’raj : Pengalaman adalah Guru Terutama

Oleh : Sugriyanto (Guru SMA Negeri 1 Sangkapura)

Subhanallah! Mungkin ini ungkapan awal untuk menyatakan rasa takjub penuh kekaguman terhadap peristiwa yang pernah dialami seorang hamba sebagai kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. yang telah diperjalankan oleh Yang Maha Kuasa di malam hari dari Masjidil Haran di Kota Makkah ke Masjidil Aqsa (Bait Lehem) di Palestina. Lalu, dinaikkan ke langit tujuh serta meninggiinya lagi hingga ke Sidratul Muntaha. Perjalanan wisata relegi ini benar-benar dikatakan menembus ruang dan waktu yang paling hakikinya. Bergerak mulai dari ruang berudara hingga menembus ruang hampa udara. Perjalanan itu terjadi pada tanggal 27 Rajab 621 M setelah mencapai tahun 11 kenabian. Rasulullah Muhammad SAW. menerima wahyu pertama dan sebagai bukti kenabian berusia 41 tahun ( 40 tahun 6 bulan 8 hari) atau tanggal 17 Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M (Zainal Arifin Abbas: 1955:497). Bila diakumulasikan dengan angka sebelas tahun dari kenabiannya berarti Rasulullah Muhammad SAW di-isra’ mi’raj-kan oleh Allah SWT. memasuki usia sekitar 52 tahun. Jika dihitung dengan menggunakan almanak Masehi, peringatan Isra’ Mi’raj yang jatuh pada tanggal 6 Mei 2016 berarti memasuki peringatan yang ke-1395. Perhitungan ini sebelum terjadinya hijrah Rasulullah Muhammad SAW. dari Makkah ke Madina. Karena itu, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. tidak mencantumkan tahun Hijriyah tetapi menggunakan tahun Masehi sebagaimana kelahiran beliau (12 Rabiul Awal 570 M pada tahun fiil atau tahun gajah). Kerap kali kaum muslimin hanya tahu dan mendengar setiap tanggal 27 Rajab diperingati hari Isra’ Mi’raj.

Beberapa lamanya penulis mencoba melakukan penelisikan dari rak ke rak buku, dari perpus ke perpus. Penulis tak ambil pusing dengan kondisi perpus di kepulauan yang sudah sama ompong- melompong. Sekalipun demikian, penulis tetap menziarahinya untuk tetap baca-baca. Sejak lama ingin sekali rasanya memilki perpus yang memadai. Jangan diherani pula bila anak-anak bangsa ini sejak dulu hingga sekarang hanya bisa menulis dengan judul turun-temurun yakni cita-citaku dan pergi ke rumah nenek saja karena media baca yang minim. Untuk memperoleh bahan bacaan terkait dengan peristiwa Isra’ Mi’raj akhirnya penulis melakukan browsing meminta bantuan Mbah Geogle yang dianggap dukun serba tahu di dunia maya. Hasilnya masih jauh dari harapan tentang kisah keagungan Isra’ Mi’raj sebagai topik pilihan kontekstual dengan bulan rajab yang memiliki makna bulau trap atau kenaikan. ”Maaf , wahai Mbah Geogle! Anda hanya sekadar serba tahu bukan Maha Tahu.”. Sebanyak otak genius manusia dalam sindikasi di prosesor pentium cord4-an sekalipun hingga hari kiamat tetap masih di bawah kecerdasan otak Nabi Adam, as (baca Ibnu Katsir: Kisah Para Nabi). Justru itu, tidaklah patut mengagung-agungkan kemajuan secara berlebihan. Semua wajib tunduk di bawah kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Penulis teringat akan pesan Rhoma Irama dalam lagunya bertajuk ’Qur’an dan Koran’ dengan petikan sebaris liriknya ”Sampai komputer dijadikan Tuhan, yang benar aje!”. Walau demikian, hasrat ingin tahu penulis tidak terjebak pada sikap pasrah permanen alias putus asa apalagi jerah. Sebaliknya, rasa penasaran semakin ”grusah-grusuh” hingga mengobrak-abrik ruang batin untuk tetap tahu kisah perjalanan suci di malam berkeberkahan itu. Pikiran ini rasanya benar-benar gatal bila tidak sampai menemukan titik terang dari duduk persoalan yang terus menjadi silang sengketa hingga akhir zaman tentang kemaha-dahsyatan dari pengalaman perjalanan Isra’ Mi’raj sebagai guru terutama atau guru paling utama. Jika perintah untuk menunaikan segala kewajiban hanya didasarkan pada wahyu semata maka akan menjadi sebuah olok-olok belaka. Rasulullah Muhammad SAW. benar-benar pernah mengalami dengan melihat langsung gambaran alam kasat mata di langit bumi dan alam gaib di akhirat. Termasuk cerita tentang adanya surga dan neraka bukan berdasarkan katanya-katanya melainkan memang pernah datang berkunjung atau ’tamasya’ ke sana. Taman surga dijelajahinya hingga ke dalam-dalamnya sedang neraka cukup diperlihatkan dari jauh. Hanya sekejap saja wajah Malaikat Malik senyum lalu serta-merta menutup pintunya dengan wajah kembali cemberut. Malaikat paling konsisten dalam kecemberutannya sejak diciptakan hingga hari kiamat kelak.

Testimoni yang pernah dilakukan oleh Abu Jahal Cs. terhadap perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW. menjadi gambaran bahwa manusia hanya mengandalkan rasio akalnya semata untuk menerima kebenaran. Bila demikianm, kebenaran itu akhirnya menjadi terpental bila tanpa kehadiran sebuah hidayah. Abu Jahal (bapak goblok, red) berusaha mengumpulkan kaum kafir kuraisy untuk meminta keterangan Rasulullah Muhammad SAW. dalam sidang akbar. Mereka melakukan tuduhan bahwa Rasulullah Muhammad SAW. dianggap tukang bohong, pendusta (tuduhan Muth’im bin Ady), lebih celaka lagi Abu Jahal Cs. menganggap Nabi Muhammad sebagai tukang sihir. Beberapa pertanyaan kaum kafir kuraisy terkait dengan pembuktian Isra’ Mi’raj terjawab dengan sempurna oleh Rasulullah Muhammad SAW. Mereka terus mencerca dengan pertanyaan melantur ke hal yang bukan-bukan, termasuk jumlah pintu Bait Lehem pun ditanyakan karena kekalah-kalahannya. Waktu itu Rasulullah Muhammad SAW. sempat mengucurkan keringat dingin karena pertanyaannya menyimpang dari esensi Isra’ Mi’raj itu sendiri. Malaikat Jibril tidak tinggal diam dengan menunjukkan kembali di hadapan Rasulullah Muhammad SAW. rupa Bait Lehem. Mereka semua tercengan dengan jawaban yang 100 % benar itu. Termasuk kelompok kabilah yang tersesat di perjalanan bersama untanya pun ditanyakan. Rasulullah Muhammad SAW. pun menjawab detil kondisi kabilah yang sebenarnya. Bahkan kedatangan kabilah itu sudah dipastikan jam tibanya oleh Rasulullah Muhammad SAW. Saat ditunggu hampir satu jam kabilah itu belum menampakkan juga tanda-tanda kedatangannya, malaikat Jibri mengambil langkah strategis dengan menyetop sementara (mem-pouse) peredaran matahari karena perjalanan kabilah mengalami sedikit kendala teknis. Tepat pada waktu yang sudah diutarakan oleh Rasulullah Muhammad SAW. kafilah itu tiba. Kafilah itu menceritakan kejadian yang dialaminya di hadapan Abu jahal Cs. Ternyata, semua cocok dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Namun demikian, kaum kafir kuraisy tetap tidak mau menerima kebenaran. Tantangan dan kejadian peristiwa Isra’ Mi’raj amat dahsyat sampai matahari pun dapat dikendalikan peredarannya oleh Malaikat Jibril.

Bila disingkap kembali perisitiwa masa lalu beliau lewat sebuah buku berjudul ”Sirah Nabi Muhammad SAW.” yang ditulis oleh Al- Hafizh Ibnu Katsir ditemukan peristiwa aneh yakni pembedahan dada Rasulullah Muhammad SAW. Selama dalam penyusuhan Halima As Sakdiyah, lebih kurang usia empat tahun terjadi pembelahan dada Rasulullah SAW. oleh Malaikat Jibril. Akhirnya, beliau dikembalikan kepada ibunya Siti Aminah oleh Halimatussakdiyah. (Ibnu Katsir, 2010: 32). Pembedahan kedua terjadi pada saat Rasulullah Muhammad SAW. hendak diperjalankan dalam Isra’ Mi’raj. Di dekat Ka’bah tepatnya di Hijir Ismail beliau diterlentangkan oleh Malaikat Jibril dan Mikail serta dibantu oleh satu malaikat lain. Hati Rasulullah Muhammad SAW. dicuci (dibilas) dalam sebuah bejana emas dengan bilasan air zam-zam tiga kali. Hal ini sebagai isyarat bahwa untuk memenuhi panggilan Yang Maha Suci, jiwa dan raga seorang hamba hendaklah disucikan terlebih dahulu. Walau saat ini pembedahan tercanggih dengan metode bedah menggunakan sinar laser tetap kalah jauh dengan kekuasaan dan kehendak-Nya. Apalagi, bahan baku penciptaan malaikat itu sendiri adalah cahaya yang memiliki kedahsyatan luar biasa. Kekuatan sinar laser belum seberapa hebat bila dibandingkan dengan kekuatan malaikat yang tercipta dari cahaya itu.

Usai beberapa prasarat yang dilakoni dengan saksama oleh para malaikat itu, Rasulullah Muhammad SAW. diperkenankan naik ke pundak atau punggung buraq. Mikail kebagian memegang tali kekang buraq sebagai kendali. Berangkatlah Rasulullah Muhammad SAW. dengan dikawal ketat oleh Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail plus satu malaikat lain. Rasulullah Muhammad SAW. telah melakukan shalat di empat tempat dalam perjalanan semalam. Pertama, beliau salat di Thaibah, sebuah tempat yang akan menjadi tujuan hijrah pada kelaknya. Kedua, beliau shalat di Madyan, di dekat pohon Musa. Ketiga, beliau shalat di bukit Thursina, tempat di mana Allah SWT. dahulu pernah berfirman secara langsung kepada Musa. Bahkan kala itu Musa pun pernah maksa agar Allah SWT. menampakkan diri kepadanya. Inilah salah satu kehebatan dari murid yang pernah ”nyantri” kepada Nabi Hedir, as. Keempat, beliau shalat di Bait Lehem, tempat di mana Isa bin Maryam dilahirkan. Sebelum diperjalankan naik ke langit, Rasulullah mencium aroma yang sangat harum. Rasulullah Muhammad SAW. bertanya kepada Jibril tentang aroma wewangian itu. Malaikat Jibril menerangkan bahwa aroma yang sangat harum menyeruak itu adalah aroma Masyitah binti Fir’aun. Masyitah bersama suami dan anak-anaknya rela masuk ke dalam rebusan air mendidih dalam bejana super jumbo atau kuali Fir’an laknatullah demi mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT. Masyitah dan keluarganya tegar menghadapi ancaman ayahnya yang mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan. Anak bayi dalam buaian Masyitah yang berbicara agar Masyitah dan keluarga masuk bejana berisi air mendidih itu. Berawal dari kisah itulah tercantum empat anak masih dalam buaian yang sudah dapat berbicara. Yaitu, anak Masyitah, saksi Nabi Yusuf, anaknya si Juraij, dan Isa Putra Maryam.

Sebuah buku terjemahan dari kitabnya Dardir berjudul ”Bainama Qishatul Mi’raj” telah memberikan paparan perjalanan Rasulullah Muhammad SAW. di malam penuh keberkahan itu. Kitab tipis hasil terjemahan itu merupakan salah satu di antara sekian banyak kitab yang mengisahkan tentang kemukjizatan dari beberapa peristiwa yang dialami beliau. Lalu, perjalanan Rasulullah Muhammad SAW. naik ke beberapa tingkatan langit. Di langit lapis pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam, as. sebagai bapak seluruh umat manusia. Melanjut ke langit kedua beliau bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariyah. Menerus ke langit ketiga beliau bertemu Yusuf bersama beberapa orang dari kaumnya. Lalu, di langit ke empat beliau bertemu dengan Idris yakni nabi pencipta logam pertama di dunia. Di langit ke lima beliau bertemu dengan Harun yang separuh jenggotnya berwarna putih dan separuh lagi berwarna hitam. Harun bin Imran ini perawakannya cukup tinggi. Naik ke langit keenam beliau bertemu dengan Musa dan kaumnya. Di langit ketujuh beliau bertemu dengan Ibrahim halilurrahman yang terkenal dengan jiwa keikhlasannya.

Barulah kemudian Rasulullah Muhammad SAW. menghadap Allah SWT. mengenai perintah shalat. Setelah menghadap Allah SWT. beliau kembali turun ke langit di bawahnya untuk kembali ke langit bumi. Namun, dalam perjalanan kembali itu oleh Nabi Musa beberapa kali diberi pertimbangan sebagai masukan untuk meminta keringanan kepada Allah tentang jumlah waktu shalat dari 50 kali dalam sehari semalam hingga menjadi 5 kali. Sepertinya Musa iri sekaligus cemburu dengan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada umat Muhammad SAW. Salat lima waktu untuk umat Nabi Muhammad SAW. keutamaannya sama, bahkan melebihi apa yang pernah diperintahkan kepada Nabi Musa dan umatnya dengan salat lima puluh waktu. Dispensasi plus diskonnya cukup menggebyar buat umat Nabi Mhammad SAW. Shalat lima waktu dilipat-gandakan keutamaannya sepuluh kali lipat perwaktu hingga setara dengan keutamaan shalat lima puluh waktu. Waktu Nabi Musa menyuruh Rasulullah Muhammad SAW. menghadap Allah SWT. kembali disertai dengan pernyataan cukup menyindir bahwa umat Muhammad tidak akan mampu untuk menunaikan shalat lima waktu itu. Musa beranggapan bahwa dari sisi fisik umatnya lebih kuat saja masih banyak yang meninggalkannya apalagi umat Muhammad yang lemah dari sisi fisiknya tentu tidak akan kuat melaksanakannya. Benarkah demikian? Kalau memang benar demikian kenyataan saat ini umat Muhammad banyak yang melalaikan shalat lima waktunya karena berbagai alasan ini dan itu maka ”La” Tak Salah Musa” . Artinya, sudah tidak salah Musa . Apa yang diutarakannya dulu itu rupanya benar adanya saat ini. Umat Muhammad masih merasa berat dan malas untuk menunaikan shalat secara sejatinya. Justru itu marilah kita jawab bersama sikap psimis Musa itu dengan khusuk dalam menegakkan tiang agama itu. Kita memohon doa agar diberi kekuatan dan kesabaran oleh Allah SWT. untuk menunaikannya secara berjamaah dan istikamah. Semoga!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean