Tak putus asa untuk berusaha menjadi kunci sukses Hasan. Gagal berdagang pakaian, Hasan banting setir jualan sandal. Kini mampu memproduksi sandal sendiri.
Usaha pembuatan sandal yang dirintis oleh Hasan bersama isterinya, Khairiyah mendapatkan sambutan hangat dari warga. Khairiyah bercerita awal merintis pembutan sandal dari idenya sendiri. Sebelumnya menekuni usaha jual beli baju ternyata tidak laku. Akhirnya berdagang sandal di Pulau Bawean.
Lambat laut termotivasi untuk membuat sandal sendiri. Akhirnya diputuskan belajar cara membuat sandal dan mencari bahannya berupa spon, tali karet dan kain.
Dengan modal kecil, selanjutnya Hasan membeli mesin dan bahan untuk membuatnya sendiri di Pulau Bawean. "Awalnya hanya mampu selembar spon untuk melayani permintaan pembelinya, tapi sekarang sudah mampu 4 lembar perharinya," ujarnya.
Sandal yang diberi nama Bawean kini sudah memperkejakan 3 orang. "Setiap harinya mampu membuat sebanyak 35 pasang sandal,"paparnya.
Itupun masih kewalahan melayani permintaan pembeli yang berdatangan dari berbagai daerah di Pulau Bawean. Adapun harga jualnya tergantung ukuran dan modelnya, yang paling murah dijual Rp.20 ribu, sedangkan paling mahal dijual Rp.75 ribu. Permintaan meningkat saat menjelang hari raya idul fitri. “Pada waktu hari biasa tetap membuat 35 pasang sandal, lalu disimpan untuk melayani permintaan pembeli,"terangnya.
Khairiyah mengaku bersyukur usahanya sudah mulai berkembang dan dikenali banyak orang di Pulau Bawean. Apalagi usaha yang ditekuninya hanya satu-satunya yang ada di Pulau Bawean.
Camat Tambak Narto mengapresiasi atas usaha pembuatan sandal di daerahnya. "Untuk kedepan akan dibantu mengurus badan usaha agar mempunyai legalitas,"tuturnya.
Menurutnya usaha pembuatan sandal yang letaknya di Gunung Desa, desa Paromaan merupakan percontohan kepada warga lainnya bahwa merintis usaha mempunyai prospek bagus di Pulau Bawean. (bst)
