Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Solusi Sampah Pulau Bawean Juara di Singapura

Solusi Sampah Pulau Bawean Juara di Singapura

Posted by Media Bawean on Senin, 06 November 2017


Fadhila El Discha dan Febri Purborini membawa konsep solusi sampah ke ajang Young Social Entrepeneurs (YSE) 2017 yang diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF). Keduanya bertekad untuk membuat lingkungan Pulau Bawean menjadi bersih dari sampah.

Kehidupan di pulau sebelah utara Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, itu sungguh memprihatinkan. Mereka akhirnya membentuk tim Bhumihara untuk dibawa ke ajang Young Social Entrepeneurs (YSE) 2017 yang diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF).

"Semula kami menjadi relawan ke Pulau Bawean pada awal tahun 2016. Kami melihat persoalan sampah di masyarakat yang cukup memprihatinkan karena bertebaran di mana-mana. Mereka terbiasa buang sampah ke sungai, sampah terbawa sampai laut dan nanti ombak mengembalikannya lagi ke pantai," kata Fadhila dan Febri saat ditemui di Singapura, Sabtu, 4 November 2017.

Dari keprihatinan itulah, Fadhila dan Febri kemudian berusaha mengatasi permasalahan sampah di Pulau Bawean. Sampah yang dibiarkan berserakan di pulau tersebut pada akhirnya membawa petaka bagi penduduk di pulau yang seluas 196 kilometer persegi. Selain merusak ekosistem di pulau yang indah itu, juga membawa dampak kesehatan bagi masyarakatnya.

Mereka membawa konsep pengolahan sampah plastik dan limbah rumah tangga agar mempunyai nilai ekonomi dan memberdayakan penduduk Pulau Bawean yang mayoritas dihuni anak-anak dan ibu rumah tangga. "Kami melakukan survei mengenai persepsi warga Pulau Bawean soal pengelolaan sampah. Akhirnya mereka bisa terbuka wawasannya sehingga bersedia membantu usaha kami," ungkapnya.

Fadhila dan Febri juga mendapat dukungan dari komunitas pengusaha Bawean yang merantau dan sukses di luar Pulau Bawean. Mereka berencana menampung sampah plastik yang nanti di kirim ke pabrik pengolahan sampah plastik di Gresik, Jawa Timur. Sedangkan sampah rumah tangga bisa dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk. "Kami menggulirkan semacam pengelolaan sampah. Dalam bentuk investasi sosial kewirausahaan. Sebagai fasilitator atau platform," jelasnya.

Mereka juga melakukan studi banding ke pulau lain, seperti Sangihe di Sulawesi, yang jaraknya cukup jauh sekitar 2 jam perjalanan dengan pesawat terbang. Dari studi banding itu, mereka menilai pengolahan sampah bisa dilakukan dengan sederhana oleh penduduk di satu pulau, tak harus menunggu dari pemerintah.

Dengan konsep yang Bhumihara tawarkan kepada masyarakat Pulau Bawean yang dihuni 107 ribu orang, masalah sampah diharapkan segera teratasi. Fadhila dan Febri menyimpulkan bahwa pengolahan sampah harus dilakukan secara terpadu sehingga dari mulai sampah rumah tangga harus dipilah dari organik, anorganik, dan residu. "Sampah organik bisa jadi pupuk. Plastik dicacah dijual ke Gresik. Kami juga mendapat dukungan dari persatuan saudagar Bawean," kata Febri.

Seiring usaha Tim Bhumihara melakukan pemberdayaan untuk masayarakat soal sampah di Pulau Bawean, Fadhila dan Febri kemudian menawarkannya proposalnya untuk bersaing dengan tim lain dari 27 negara untuk mendapatkan pendanaan dari SIF sebesar S$ 20.000 atau hampir mencapai Rp 200 juta. Akhirnya Tim Bhumihara menjadi salah satu dari enam tim yang berhasil meraih pendanaan tersebut.

Sumber Tempo

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean