Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Purnama Sya'banan Meredup

Purnama Sya'banan Meredup

Posted by Media Bawean on Senin, 30 April 2018


Oleh: Sugriyanto

Malam pertengahan bulan sya'ban atau yang lebih dikenal dengan sebutan malam nisfu sya'ban, kini sudah mulai memudar nilai tradisinya. Biasanya di malam pertengahan ini terdapat beberapa tradisi yang masih dianggap misteri keberadaan maksud yang dikandungnya hingga saat ini. Salah satu tradisi yang pernah dilakukan oleh orang tua-tua terdahulu yaitu selalu menganjurkan kepada para anaknya untuk bangun tengah malam pada malam purnama bulan Sya'ban. Para anak diberi tahu bahwa di tengah malam itu seluruh air sumur akan mendidih (Baca: Bawean-ngalkal). Sebenarnya secara tersirat orang tua hendak membuat penasaran kepada seorang anak mengenai ikhwal air sumur mendidih di tengah malam agar mereka mau bangun malam. Ajakan untuk melihat air sumur mendidih itu bermakna suruhan tanpa adanya paksaan dengan bahasa penuh keluhuran dan kehalusan.

Di tengah malam terak bulan itu anak-anak terbangun dan menyaksikan air sumur. Mereka bangun di tengah malam untuk membuktikan pandir orang tuanya tentang air sumur yang mendidih itu. Setelah anak-anak melihat kenyataan pada kedalaman sebuah sumur bahwa air sumur tidak mendidih, mereka mencoba menimba berkali-kali yang mengakibatkan rasa kantuk itu hilang secara tidak disadarinya. Air hasil yang sudah terlanjur didapat dari kegiatan menimba itu dipergunakan berwudu untuk menunaikan salat malam. Rentetan kegiatan ini sebagai usaha mengisi lembaran baru yang baru saja buku catatan amal perbuatan dilaporkan kepada ilahi dengan cara doa bersama. Tradisi selamatan berupa penyajian hidangan selamatan dalam talam yang dilakukan sesudah salat magrib di langgar hingga di masjid sekalipun. Doa bersama berupa pembacaan surat yasin dengan berbagai harapan penuh kebaikan di masa akan datang pun sudah ditunaikan.

Tradisi lain dari kegiatan malam nisyfu Sya'ban yang menjadi keyakinan masyarakat setempat yakni mengisi gentong air dari tujuh sumur tetangga di malam pertengahan bulan Sya'ban. Pengisian gentong air dari tujuh sumur ini dimaksudkan agar sesama tetangga bangun bersama di tengah malam. Jalinan keakraban dan kerukunan bertetangga benar-benar terasa nilai kebersamaannya. Artinya, sesama tetangga diingatkan betapa pentingnya rasa saling memberi dan menerima dalam hidup bersama.

Kebiasaan unik lain yang dilakukan warga setelah bangun malam pada malam nisfu Sya'ban dengan bepergian menuju tepi pantai. Konon, ada cerita yang masih ditularkan lewat tuturan bahwa kepergian ke tepi pantai sekadar untuk bertemu dengan Nabi Hedir, As. Petatah-petitih ini sebagai pengingat peristiwa pertemuan antara Nabi Musa, As saat mencari seorang hamba Allah yang lebih alim darinya. Pertemuan antara murid (Nabi Musa,As) dengan gurunya yakni Nabi Heidir, As terjadi di sebuah pertemuan dua laut. Secara tidak langsung pitutur orang tua itu telah menanamkan bagaimana kisah ilmu pengetahuan bisa didapat melalui sikap ketaatan terhadap gurunya yang dibuktikan antara Nabi Musa,As dan Nabi Heidir, As.

Selain itu adanya keberkahan tradisi malam nisfu Sya'ban pada masa lalu ternyata dapat menambah pundi-pundi rezeki pemilik dokar dan sampan. Lampu dokar antik dan bunyi lonceng yang kerap kali terdengar syahdu sudah lewat begitu saja. Bahkan, kini kedua moda angkutan darat dan laut itu ceritanya seperti ditelan bumi saja. Pada tengah malam nisfu Sya'ban ramai warga antre di alun-alun Sangkapura untuk berkeliling dengan naik dokar. Sesampai di pantai mereka melanjutkan bersampan ria di pantai hingga ke tengah lautan. Pemilik sampan pun ketimpaan rezeki pada malam itu. Tradisi itu kini sudah tiada lagi. Justru yang ada saat ini kebisingan suasana akibat deru mesin kendaraan bermotor dan gemerlapnya lampu penerang menyebabkan purnama Sya'ban tampak meredup. Senandung untaian pantun kilat "Sa'sa' benan, pasak-pasak ka abenan" pun turut meredup hingga tak mengiang lagi di telinga. Sedih Mak...!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean