Mungkin tidak banyak yang mengira kalau Pulau Bawean dulunya adalah gunung api. Berdasarkan pemahaman geologi (ilmu tentang bumi) maupun literasi yang dipublis pada Peta Geologi Lembar Bawean, batuan gunung api Balibak (gunung api terbesar di Pulau Bawean) mempunyai umur geologi Plistosen (sekitar 2,6 s/d 0,01 juta tahun yang lalu).
Hal ini diungkap Agus Hendratno, ST, MT, Dosen Teknik Geologi UGM yang sekaligus Team Leader Kajian Identifikasi Potensi Geopark Pulau Bawean pada pembahasan laporan akhir tanggal 8 Oktober 2019 di ruang rapat Bappeda Kabupaten Gresik.
Menurut Agus, gunung api purba di Pulau Bawean tidak hanya satu, yang paling besar adalah gunung api Balibak yang kemudian meledak membentuk kaldera berupa Danau Kastoba. Selain itu banyak anak gunung yang lain. Hari ini bisa kita saksikan ketika naik kapal menjelang berlabuh, maka akan terlihat banyak bukit di Pulau Bawean.
Secara geologi tipikal kimia gunung api Balibak berbeda dengan gunung api di Pulau Jawa maupun Pulau Madura. Di Pulau Jawa tidak ada batu marmer seperti di Pulau Bawean. Sedangkan di Pulau Madura batuannya adalah batu kapur semua, ungkap Agus lagi.
Menurut Agus, keberadaan gunung api purba di Pulau Bawean menyebabkan perairan bagian timur, utara dan barat Pulau Bawean banyak mengandung minyak.
Pulau Gili adalah gunung api yang sudah mati, dilihat dari ciri batuannya. Demikian juga Pulau Selayar juga gunung api. Beberapa lokasi pantai di Pulau Bawean terlihat jejak lava dari letusan gunung api, seperti di Pantai Jhembhengan Desa Telukjati Dawang. Kemudian di Pantai Ria Desa Dekat Agung, disana banyak ditemui batu apung, hal ini secara geologi menunjukkan di bagian barat Pulau Bawean ada gunung api di bawah laut yang pernah meledak.
Pantai Mayangkara di Desa Kepuhteluk merupakan pemandangan yang indah dari lereng gunung api purba. Sementara Air Terjun Laccar di Desa Kebuntelukdalam dinding-dindingnya berasal dari lava semua.
Pembahasan laporan akhir kajian identifikasi Geopark Pulau Bawean ini tak pelak mengundang decak kagum dari peserta rapat yang merasa memperoleh informasi yang betul-betul baru dan sangat menarik. Hal ini diungkap oleh salah satu peserta rapat yaitu Ahmad Abdul Rohman, dari Dinas PUTR Kabupaten Gresik. "Selama ini saya memandang Pulau Bawean seperti tidak ada apa-apanya, ternyata dari kajian ini Bawean sungguh menarik. Banyak disiplin ilmu yang bisa dipakai untuk mengkaji Pulau Bawean" ungkapnya.
Tidak hanya dihadiri oleh perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Gresik. Perwakilan Bawean juga diundang dan hadir seperti Ir. H. Asy'ari, Ketua Persatuan Saudagar Bawean (PSB), Arif Rasyidi, Ketua Kerukunan Warga Bawean Gresik (KWBG) dan Zakaria, Ketua Pemuda Bawean Gresik (PBG).
Kemas S. Rizal, Kontributor Media Bawean (Gresik)