Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Sang Pejuang Ekonomi Nelayan di Pulau Bawean

Sang Pejuang Ekonomi Nelayan di Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Kamis, 30 Januari 2020


Bagi nelayan di Pulau Bawean Gresik, Bripka Popong Yulianto merupakan 'Pahlawan' ekonomi. Bintara polisi berusia 37 tahun ini dianggap telah membantu meningkatkan ekonomi nelayan di sana.

Tidak hanya meningkatkan perekonomian, pria yang bertugas sebagai anggota Pengamanan Internal Polri (Paminal) Polres Gresik itu juga mengubah perilaku nelayan di Pulau Bawean. Nelayan diajak mencintai lingkungan laut khususnya terumbu karang dan habitat laut.

Beberapa tahun lalu, saat Popong pulang ke kampungnya di Pulau Bawean, melihat cara mencari ikan nelayan menggunakan putau atau putasium serta tumbak. Padahal, cara itu bisa merusak terumbu karang serta habitat lainnya yang ada di laut.

Selain itu, ikan yang ditangkap juga dalam kondisi mati, karena terkena obat atau tumbak. Harganya pun relatif murah Rp 50 ribu/kg. Padahal harga ikan di Jawa (Surabaya atau Gresik, red) bisa tembus Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu/kg jika dalam kondisi hidup.

Melihat hal itu, bapak dua anak ini terpanggil untuk mencari solusi. Pertama yang dilakukan yakni menembus salah satu eksportir ikan di wilayah Gresik. Namun ia mengalami kesulitan bahkan hingga ke Surabaya.

"Kami rasanya hampir putus asa karena berbulan-bulan cari solusi itu tidak ketemu. Suatu ketika ada yang memberitahu, bahwa salah satu eksportir di wilayah Bandara Juanda, Sidoarjo,"jelas suami Husnus Zurfah itu, Senin (27/1/2020).

Awalnya ia mengalami kesulitan karena banyak orang yang tidak dikenal. "Tetapi berkat ketelatenan melakukan pendekatan, salah seorang ada yang menjelaskan ke saya, bahwa kalau mau ikan kerapu harga mahal ya harus dijual hidup-hidup. Tetapi pembelinya dari luar negeri. Harga katanya bisa tembus mulai Rp 500 ribu/kg hingga Rp 800 ribu/kg," terangnya.

"Hati saya merasa plong, hingga orang itu menjelaskan secara teknis," sambung polisi yang lama menjadi anggota Intelkam Polres Gresik itu.

Akhirnya, ia mendapat nomer telepon salah satu eksportir di luar negeri. "Untungnya saya sedikit bisa Bahasa Inggris, walau tidak sempurna. Selanjutnya, terjadilah transaksi pengiriman awalnya dalam jumlah kecil," kata ayah Witqih Dunam Aurapofah dan Witqih Maydude Rapofah itu.

Di situlah awal ia memberikan pengertian kepada seluruh nelayan di Pulau Bawean. Ikan kerapu bisa mahal jika dijual dalam kondisi masih hidup.

"Kami menggandeng instansi terkait untuk memberikan penyuluhan kepada nelayan. Tata cara menangkap ikan kerapu dengan benar tanpa menggunakan alat dan tidak merusak terumbu karang maupun membunuh habitat laut lainya," lanjutnya.

Dari situ, kesadaran nelayan yang ada di Pulau Bawean untuk menjaga lingkungan laut mulai tumbuh. Bahkan mereka saling menjaga jangan ada yang merusak.

"Kami sangat bersyukur dan lega, karena jerih payah saya selama ini yang saya lakukan berhasil. Yang pertama sekarang nelayan di Pulau Bawean mencintai lingkungan laut dan secara ekonomi nelayan yang selama ini pas-pasanya menjadi lebih baik," papar Popong.

Aksi nyata Popong diakui sejumlah nelayan Bawean. "Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Popong, karena atas perjuanganya membantu nelayan. Sehingga bisa meningkatkan ekonomi yang dulu pas-pasan kini sangat cukup," kata Hasan bersama Ziad.

Sumber Detik.Com

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean