Tak terbayang angan dan nalar;
Titik nun jauh di sana, tinggalkan jejak mulia di sini;
Bawean yang tampaknya nanar dan hambar;
Ternyata, putra terbaiknya pernah torehkan sejarah di Pesantren Sidogiri.
Adalah Kiai Aminullah dan Kiai Muhammad Mahalli;
Santri taat Sayyid Sulaiman asal Bawean angkatan pertama;
Menjadi penerus, setelah sang guru kembali;
Mengasuh para santri laksanakan tugas misi agama.
Kiai Aminullah adalah titisan Maulana Umar Mas’ud;
Seorang Raja peletak dasar-dasar ke-Islaman di Pulau Bawean;
Menjadi pengasuh pesantren Sidogiri angkatan kedua yang tak pernah surut;
Mendidik santri meraih mimpi menuju puncak pengabdian.
Buah karyanya cukup banyak yang dipersembahkan;
Meski banyak yang hilang, Prasasti dengan khat kaligrafi bercorak riq’i;
Satu-satunya peninggalannya yang masih tersimpan;
Terpampang di dalam masjid kuno Kanigoro, terawat hingga kini.
Sepeninggal kiai Aminullah, pesantren Sidogiri masih putra Bawean pengasuhnya;
Kiai Muhammad Mahalli adalah generasi selanjutnya.
Sama seperti guru dan pendahulunya;
Kiai santun ini menguasai ilmu falak dan ilmu agama;
Bahkan juga memiliki segudang karamah yang tak terjangkau akal;
Ilmu agama dan karamahnya mengalir abadi dan kekal.
Namanya terpatri melalui salah satu karya seninya;
Sebuah kaligrafi jadwal shalat rawatib terpasang indah di Masjid Sidogiri;
Sebagai tanda peninggalan dan bukti keberadaannya;
Di bagian bawah tertulis: “Bikhatbithi Muhammad Mahalli Al-Baweani”.
Juanda, 6 Mei 2020 – 02:13
Nico Ainul Yakin