Sebetulnya, untuk menuju ke Pulau Bawean sudah dioperasikan Bandara Harun Thohir. Layanan transportasi pesawat terbang dari Bandara Juanda. Namun, kapasitas masih terbatas. Rencana pengembangan sudah mengemuka sejak 2019. Namun, sejauh ini pemerintah maju mundur. Kabarnya, salah satu pertimbangannya lokasi lapangan terbang (lapter) berada di kawasan tebing.
Selama ini, pengunjung atau warga yang akan pergi ke Pulau Puteri itu memang menggunakan dua moda transportasi. Yakni, kapal cepat atau pesawat. Namun, karena Bandara Harun Thohir hanya memiliki panjang runway 900 meter, pesawat yang bisa mendarat pun hanya pesawat kecil dengan jumlah 15 penumpang saja.
Sebetulnya, Pemkab Gresik memiliki inisiatif untuk memperpanjang runway lapter di Pulau Bawean tersebut. Tujuannya, bagian dari pengembangan sektor wisata. Rencananya, runway itu diperpanjang 1.300 meter untuk safety landing. Namun, persoalannya, lahan hanya tersisa kawasan tebing. Ada alternatif solusi , yakni menggunakan lahan masyarakat setempat.
Sekretaris Dinas Perhubungan Pemkab Gresik Muhammad Amri menyatakan, berdasar kabar terakhir yang diterima sejauh ini, pihak bandara masih melakukan studi kelayakan. Dari studi itu, nanti muncul solusi untuk memperpanjang runway tersebut. ’’Di sana masih dilakukan studi. Karena memang lahannya juga terbatas,’’ ucapnya.
Amri menyebutkan, apabila diperpanjang, runway bisa menampung pesawat dengan kapasitas 50–75 orang. ’’Kami juga masih menunggu perkembangannya,’’ tutup Amri. (sumber Jawa Pos)