Media Bawean, 15 Mei 2010
Sumber : Sijori Mandiri
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selalu saja objek pemerasan oleh pihak-pihak yang berperilaku seperti lintah darat. Pemerasan mulai berlangsung dari pengurusan keberangkatan, penempatan hingga pulang kembali ke tanah air. Intinya, nyaris di segala urusan, pahlawan devisa itu selalu menjadi objek pemerasan.
Kasus pemerasan terhadap TKI yang teranyar terjadi di Kota Batam. Oknum petugas Bea dan Cukai (BC) diduga melakukan pemerasan terhadap TKI bernama Suparman di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre, Kamis (13/5) lalu. Oknum itu diketahui bernama Sumardi.
Suparman adalah TKI yang pulang dari Malaysia mengaku diperas oknum BC sebesar Rp2,5 juta di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Center, Kamis (13/5) sekitar pukul 09.00 WIB. Kejadian ini berawal ketika Suparman yang ingin pulang ke kampung halamannya di Surabaya membawa uang sebesar Rp80 juta dari Malaysia.
Ketika oknum petugas BC itu mengetahui Suparman membawa uang dalam jumlah cukup lumayan banyak, ia lalu mencoba memeras dengan alasan penumpang kapal dilarang membawa uang banyak sesuai peraturan yang berlaku.
Mulanya oknum petugas BC itu meminta uang Rp10 juta. Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya Suparman menyerahkan uang miliknya sebesar Rp2,5 juta. Pemerasan yang dilakukan oknum petugas BC itu akhirnya dilaporkan korban ke polisi. Selanjutnya informasi dugaan pemerasan ini pun sampai ke wartawan.
Sumardi sudah dipanggil dan diperiksa oleh staf Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) Batam. Pemanggilan itu dikatakan Humas KPBC Batam Iwan. KPBC sebelum menjatuhkan sanksi terlebih dahulu akan menelusuri kebenaran informasi pemerasan tersebut. BC berterima kasih kepada pers yang telah membantu kinerja KPBC Batam dalam memberantas perilaku buruk petugas BC di lapangan.
Tentu saja kasus ini membuat kita sangat prihatin. Di tengah gencar-gencarnya pemerintah pusat memerangi berbagai bentuk mafia hukum dan mafia kasus ternyata masih ada aparat yang berani bermain-main di lapangan, seperti halnya yang dilakukan oknum petugas lapangan BC Batam di Terminal Ferry Batam Centre.
Lebih disayangkan lagi, sasaran oknum tersebut adalah TKI yang jauh-jauh mengadu nasib ke negeri orang. Di sisi lain padahal kesejahteraan atau gaji pegawai negeri sudah lebih dari pada cukup. Apalagi gaji pegawai BC yang berada di bawah Departemen Keuangan, gaji dan tunjangannya berada di atas tunjangan yang diterima para pegawai yang bekerja di bawah departemen kebanyakan.
Tidak ada kata lain. Praktik-praktik seperti ini harus dikikis habis. Sesungguhya masih banyak praktik-praktik ilegal lainnya yang dilakukan oknum BC demi untuk mendapatkan keuntungan perorangan. Hampir di seluruh proses pengiriman barang ada permainan.
Apalagi sejak di Batam diberlakukan FTZ, maka barang yang keluar dari Batam ke daerah lainnya di tanah air dikenai bea atau pajak. Ini menjadi ladang baru yang hijau bagi oknum-oknum tersebut. Jika praktik seperti ini terus berlangsung akan sulit daerah ini maju, dan uang pajak hanya untuk memperkaya para 'Gayus-Gayus lainnya. Kalau mau serius, ayo..**
Sumber : Sijori Mandiri
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selalu saja objek pemerasan oleh pihak-pihak yang berperilaku seperti lintah darat. Pemerasan mulai berlangsung dari pengurusan keberangkatan, penempatan hingga pulang kembali ke tanah air. Intinya, nyaris di segala urusan, pahlawan devisa itu selalu menjadi objek pemerasan.
Kasus pemerasan terhadap TKI yang teranyar terjadi di Kota Batam. Oknum petugas Bea dan Cukai (BC) diduga melakukan pemerasan terhadap TKI bernama Suparman di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre, Kamis (13/5) lalu. Oknum itu diketahui bernama Sumardi.
Suparman adalah TKI yang pulang dari Malaysia mengaku diperas oknum BC sebesar Rp2,5 juta di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Center, Kamis (13/5) sekitar pukul 09.00 WIB. Kejadian ini berawal ketika Suparman yang ingin pulang ke kampung halamannya di Surabaya membawa uang sebesar Rp80 juta dari Malaysia.
Ketika oknum petugas BC itu mengetahui Suparman membawa uang dalam jumlah cukup lumayan banyak, ia lalu mencoba memeras dengan alasan penumpang kapal dilarang membawa uang banyak sesuai peraturan yang berlaku.
Mulanya oknum petugas BC itu meminta uang Rp10 juta. Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya Suparman menyerahkan uang miliknya sebesar Rp2,5 juta. Pemerasan yang dilakukan oknum petugas BC itu akhirnya dilaporkan korban ke polisi. Selanjutnya informasi dugaan pemerasan ini pun sampai ke wartawan.
Sumardi sudah dipanggil dan diperiksa oleh staf Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) Batam. Pemanggilan itu dikatakan Humas KPBC Batam Iwan. KPBC sebelum menjatuhkan sanksi terlebih dahulu akan menelusuri kebenaran informasi pemerasan tersebut. BC berterima kasih kepada pers yang telah membantu kinerja KPBC Batam dalam memberantas perilaku buruk petugas BC di lapangan.
Tentu saja kasus ini membuat kita sangat prihatin. Di tengah gencar-gencarnya pemerintah pusat memerangi berbagai bentuk mafia hukum dan mafia kasus ternyata masih ada aparat yang berani bermain-main di lapangan, seperti halnya yang dilakukan oknum petugas lapangan BC Batam di Terminal Ferry Batam Centre.
Lebih disayangkan lagi, sasaran oknum tersebut adalah TKI yang jauh-jauh mengadu nasib ke negeri orang. Di sisi lain padahal kesejahteraan atau gaji pegawai negeri sudah lebih dari pada cukup. Apalagi gaji pegawai BC yang berada di bawah Departemen Keuangan, gaji dan tunjangannya berada di atas tunjangan yang diterima para pegawai yang bekerja di bawah departemen kebanyakan.
Tidak ada kata lain. Praktik-praktik seperti ini harus dikikis habis. Sesungguhya masih banyak praktik-praktik ilegal lainnya yang dilakukan oknum BC demi untuk mendapatkan keuntungan perorangan. Hampir di seluruh proses pengiriman barang ada permainan.
Apalagi sejak di Batam diberlakukan FTZ, maka barang yang keluar dari Batam ke daerah lainnya di tanah air dikenai bea atau pajak. Ini menjadi ladang baru yang hijau bagi oknum-oknum tersebut. Jika praktik seperti ini terus berlangsung akan sulit daerah ini maju, dan uang pajak hanya untuk memperkaya para 'Gayus-Gayus lainnya. Kalau mau serius, ayo..**
Posting Komentar