Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Sudirman, Penjaga Rusa Bawean

Sudirman, Penjaga Rusa Bawean

Posted by Media Bawean on Sabtu, 15 Mei 2010

Media Bawean, 15 Mei 2010

Sumber : Surabaya Post

Rusa Bawean (Axis kuhlii) tampak cantik dengan tubuh berbintik-bintik putih. Rusa seperti ini memang khas pulau itu yang mestinya dapat menjadi ikon wisata.


OLEH ASEPTA YOGA P


Sudirman (52) adalah satu dari sedikit orang Bawean yang hingga kini peduli dengan populasi rusa bawean. Lelaki paro baya itu mengelola penangkaran rusa bawean di Desa Pudakit Barat Kec. Sangkapura.

Cukup susah menuju penangkaran yang berada di kaki gunung Gadung dan berbatasan langsung dengan hutan konservasi Bawean itu. Pengunjung harus menyewa kendaraan mobil atau sepeda motor yang sebenarnya hanya berjarak enam kilometer dari Pelabuhan Sangkapura itu. Sebab tidak ada angkutan umum menuju ke sana.

Jalannya terjal dan sempit. Apalagi sekitar satu kilometer sebelum lokasi penangkaran jalannya tidak beraspal, hanya bebatuan dan tanah, tidak jarang juga becek dan licin ketika musim hujan.

”Jalan itu dulu dibangun atas swadaya masyarakat setempat,” tandas pria yang juga pengelola Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) peduli lingkungan yaitu, Lembaga Masyarakat Berwawasan Hayati (Lembah) itu.

Tempat itu dikelola dengan biaya pribadi. ”Melihat kondisi penangkaran saat ini, belum waktunya kita menghitung secara komersial, untuk biaya operasionalnya saja, saya harus mengeluarkan ongkos Rp 1,5 juta per bulan,” kata Sudirman ditemui pekan lalu.

Dia menjelaskan, pengunjung tempat itu hanya ada saat-saat hari libur seperti hari raya, tahun baru, atau liburan sekolah. Karcis masuknya Rp 3.000 per orang. Jumlah pengunjung saat liburan bisa mencapai enam ribu orang. Pendapatan dari tiket pengunjung tidak sepadan dengan biaya operasional.

”Tapi saya percaya, rusa bawean ini adalah aset termahal, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia, karena rusa ini habitat asliya di Bawean, buktiya saat ini orang dari luar negeri datang ke sini,” papar pria yang hanya lulusan SD ini.

Turis mancaegara datang dari Polandia, Australia, Belgia, Perancis, Jepang, Australia, Malaysia, dan Singapura. Kedatangan mereka ada yang sekadar berwisata tapi ada juga penelitian. Dia menyayangkan perhatian pemerintah dan masyarakat Jawa Timur yang abai terhadap populasi rusa ini.

”Mungkin masyarakat di Indonesia masih banyak yang belum mengetahui jika di Jawa Timur ada rusa asli Bawean, ini tidak lepas dari peran pemerintah tidak memperkenalkan rusa bawean ke publik,“ imbuh lelaki itu.

Sudirman berharap ada investor yang mau bekerja sama mengembangkan penangkaran rusa bawean ini menjadi tempat wisata pendidikan, penelitian, dan ekowisata. Secara bertahap, penangkaran ini diperlebar dari 0,7 hektare menjadi 4 hektare.

Menurut dia, jumlah yang tidak lebih dari satu hektar ini sangat sempit untuk populasi rusa bawean yang saat ini teah berjumlah 20 ekor itu, sebelas di antaranya betina, sedangkan sembilan sisanya jantan.

”Tahun 2003 lalu, awal mula penangkaran ini dirintis hanya ada dua ekor rusa, dua rusa yang telantar ke kampung itu saya rawat di kandang yang saya bangun di rumah saya di Pudakit Barat, tidak jauh dari penangkaran saat ini,” ujarnya.

Tidak lama kemudian, sambung dia, ada tiga ekor rusa lagi yang masuk kampung. Lalu diserahkan warga ke kandangnya. Dari lima ekor rusa itu sekarang menjadi 20 ekor. Lima belas ekor rusa lainnya hasil pengembangbiakan alami di penangkaran ini.

Dia membayangkan penangkaran ini menjadi tempat wisata yang dilengkapi kolam renang, warung lesehan serta taman bermain untuk anak-anak.

“Untuk pengunjung anak-anak, selain tujuan utama mengenalkan rusa Bawean, kita juga akan mendekatkan mereka dengan lingkungan alam, mengajak mereka peduli dengan penghijauan, kita ajak mereka menanam tanaman di sekitar areal penangkaran ini,” papar pria yang juga mantan guru di salah satu sekolah dasar di Surabaya itu.

Bantuan yang pernah dia terima dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor berupa pengembangan kandang rusa, kemudian bantuan dari Universitas Gajah Mada (UGM) berupa pengkaderan, dan bantuan dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

Kepala Resort BKSDA Bawean, Ponimon mengatakan, berdasarkan penelitian terakhir kerjasama antara UGM dengan BKSDA tahun 2005, populasi rusa bawean ada 300 lebih. Jumlah ini memang berkurang dibanding dulu sebelum tahun 1932.

Berkurangnya populasi rusa bawean ini karena ada perubahan habitat. Saat ini, populasi rusa bawean di hutan konservasi lebih banyak tinggal di daerah Gunung Besar, Gunung Cina, dan Komalasa.

”Pada zaman Belanda, hutan di Bawean ini adalah hutan lindung, jadi populasi rusa bawean ini berkembang biak dengan pesat dan mencapai ribuan, tapi kemudian tahun 1932 hutan di bawean ini diubah menjadi hutan produksi, sebagian tanaman di lahan di hutan Bawean ini diganti dengan tanaman jati,” jelasnya.

Habitat rusa bawean semakin sempit ini berpengaruh dengan perkembangbiakannya. Banyak rusa bawean waktu itu yang telantar ke kampung ditangkap oleh warga sekitar.

Tahun 1979 diubah lagi dari hutan produksi menjadi hutan konservasi. Dikatakan Poniman, perubahan dari hutan produksi menjadi hutan konservasi ini atas jasa Rolic, peneliti asal Amerika dari lembaga konservasi World Wildlife Fund (WWF). Rolic meneliti populasi rusa bawean di sini dengan didampingi Mohammad Taha yang saat ini menjadi staf Ponimon di Resort BKSDA Bawean.

Mohammad Taha menceritakan, keberangkatan Rolic ke Bawean waktu itu setelah dia membaca buku yang ditulis oleh Blowd, orang dari Belanda pada era penjajahan Belanda. Blowd menulis keunikan rusa bawean yang satu-satunya di dunia.

“Saat itu mulai tahun 1977, selama dua tahun. Setiap petak di hutan, Rolic memberi plot, setiap hari pula Rolic masuk hutan dan memeriksa plot-plot tersebut. Dengan telaten dia mencatat jejak kaki rusa dan kotoran rusa. Baik jejak kaki maupun kotorannya dia ukur dan timbang. Dari penelitian Rolic tahun itu kemudian diketahui ada sekitar 200 hingga 300 ekor rusa bawean,” cerita Mohammad Taha. n

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean