Media Bawean, 22 Juni 2010
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Sampai hari ketiga kemarin (21/6), transportasi laut dari Gresik ke Pulau Bawean dan sebaliknya masih belum dioperasikan. Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik masih menahan sinyal hijau sebagai tanda izin perjalanan laut di rute tersebut. Pertimbangannya, cuaca di perairan Selat Jawa masih buruk. Ketinggian ombak diperkirakan bisa mencapai tiga meter.
Dua kapal penyeberangan yang biasa melayani pelayaran di rute itu pun tetap bersandar di Pelabuhan Gresik. Dua kapal tersebut adalah kapal motor (KM) Ekspress Bahari (EB) 8B dan kapal motor penumpang (KMP) Dharma Kartika.
Kepala Seksi Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Adpel Gresik Agung Suliarto menyatakan, larangan berlayar itu didasarkan pada laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah mengeluarkan surat edaran peringatan dini (early warning). Berdasar surat itu, ketinggian gelombang di Laut Jawa bagian tengah dan timur 2-3 meter.
Agung belum bisa memastikan sampai kapan larangan berlayar itu diberlakukan. "Kita tunggu saja sampai besok (hari ini, Red). Sebab, berdasar peringatan dini dari BMKG, gelombang tinggi terjadi 20-22 Juni. Artinya, jika sampai Selasa pagi tidak ada informasi terbaru atau kondisi gelombang sudah stabil, kapal boleh berangkat," katanya.
Agung menambahkan, jika perkiraan gelombang stabil, pihaknya akan memberangkatkan KMP Dharma Kartika. Sesuai dengan manifes, ada 200 penumpang yang akan diberangkatkan serta 50 ton barang. "Namun, ini baru rencana. Sebab, boleh tidaknya berlayar tetap kami kembalikan pada laporan perkiraan cuaca dari BMKG," katanya.
Sejak terjadi delay (penundaan) pemberangkatan kapal, ratusan calon penumpang transportasi Gresik-Bawean memilih untuk menginap di losmen atau hotel melati dekat pelabuhan Gresik. Ada sekitar delapan penginapan yang dipenuhi para calon penumpang itu. Mereka terpaksa merogoh kocek untuk biaya menginap dan makan karena keberangkatan kapal ditunda akibat gelombang tinggi. (yad/c13/ruk)
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Sampai hari ketiga kemarin (21/6), transportasi laut dari Gresik ke Pulau Bawean dan sebaliknya masih belum dioperasikan. Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik masih menahan sinyal hijau sebagai tanda izin perjalanan laut di rute tersebut. Pertimbangannya, cuaca di perairan Selat Jawa masih buruk. Ketinggian ombak diperkirakan bisa mencapai tiga meter.
Dua kapal penyeberangan yang biasa melayani pelayaran di rute itu pun tetap bersandar di Pelabuhan Gresik. Dua kapal tersebut adalah kapal motor (KM) Ekspress Bahari (EB) 8B dan kapal motor penumpang (KMP) Dharma Kartika.
Kepala Seksi Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Adpel Gresik Agung Suliarto menyatakan, larangan berlayar itu didasarkan pada laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah mengeluarkan surat edaran peringatan dini (early warning). Berdasar surat itu, ketinggian gelombang di Laut Jawa bagian tengah dan timur 2-3 meter.
Agung belum bisa memastikan sampai kapan larangan berlayar itu diberlakukan. "Kita tunggu saja sampai besok (hari ini, Red). Sebab, berdasar peringatan dini dari BMKG, gelombang tinggi terjadi 20-22 Juni. Artinya, jika sampai Selasa pagi tidak ada informasi terbaru atau kondisi gelombang sudah stabil, kapal boleh berangkat," katanya.
Agung menambahkan, jika perkiraan gelombang stabil, pihaknya akan memberangkatkan KMP Dharma Kartika. Sesuai dengan manifes, ada 200 penumpang yang akan diberangkatkan serta 50 ton barang. "Namun, ini baru rencana. Sebab, boleh tidaknya berlayar tetap kami kembalikan pada laporan perkiraan cuaca dari BMKG," katanya.
Sejak terjadi delay (penundaan) pemberangkatan kapal, ratusan calon penumpang transportasi Gresik-Bawean memilih untuk menginap di losmen atau hotel melati dekat pelabuhan Gresik. Ada sekitar delapan penginapan yang dipenuhi para calon penumpang itu. Mereka terpaksa merogoh kocek untuk biaya menginap dan makan karena keberangkatan kapal ditunda akibat gelombang tinggi. (yad/c13/ruk)
Posting Komentar