Media Bawean, 22 Juni 2010
Sumber : SINDO
Sudah lima hari Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik melarang berlayar kapal penumpang maupun barang Gresik–Bawean karena ketinggian ombak mencapai 3 km.
GANG buntu di Kelurahan Bedilan, Kecamatan Gresik,Kabupaten Gresik, Jawa Timur mendadak ramai. Sejak subuh terlihat puluhan warga keluar rumah, tepatnya di Penginapan H Hasan. Dinginnya hembusan angin pelabuhan tidak dirasakan. Mereka terlihat tetap bercengkrama dengan bahasa mirip logat Madura.
Seiring mentari yang kian menyembul meninggi, rombongan warga di gang buntu tersebut kian bertambah.Setiap rombongan pun sepertinya berbicara dengan topik yang sama yakni kapan kapal penyebrangan KMP Ekspres Bahari 8- B dan KM Dharma Kartika berangkat ke Bawean. “Kami belum tahu. Katanya masih menunggu kepastian dari Adpel,” ujar Abdul Basid, pegiat salah satu LSM di Bawean. Kondisi yang sama bukan hanya terjadi di gang buntu Kelurahan Bedilan.
Namun,hampir terjadi di semua penginapan, tidak terkecuali penginapan utama warga Bawean di Penginapan Bawean,Jalan Nyai Ageng Arem Arem.Terlihat di ruang tengah bergerombol orang dengan tumpukan dus bawaan yang ditaruh dekat dinding kamar. “Mau apa lagi. Ya, sambil menunggu kepastian kapal yang bisa dilakukan hanya menonton televisi,” ujar Muhammad Ashari, 46, warga Deket Agung, Kecamatan Sangkapura saat santai di Penginapan Bawean.
Jumlah penumpang KM Ekspres Bahari 8-B dan KM Dharma Kartika yang batal berangkat ke Pulau Bawean sekitar 332 orang lebih.Mereka rata-rata menginap di Pondok Hasan sebanyak 50 orang; Penginapan Putri 65 orang; Penginapan Wisata 40 orang; Penginapan Happak Jee 32 orang; Penginapan Putra Bawean 30 orang; Hotel Bahagia 40 orang; dan Hotel Putra Jaya sebanyak 15 orang.
Akibat penundaan berlayar kapal penumpang Gresik–Bawean oleh Adpel, para penumpang mengaku harus mengeluarkan biaya berlipat-lipat. Hal itu disebabkan biaya penginapan mulai dari Rp40.000 hingga Rp150.000 per hari. Belum termasuk makan dan minum serta keperluan lain. Jumlah warga yang menginap terus bertambah seiring kedatangan warga Bawean yang hendak pulang.
Mengingat masa liburan sekolah sudah datang.Akibatnya, beberapa penginapan menolak untuk menampung dengan alasan sudah penuh. Warga yang berada di penginapan rata-rata sudah satu minggu. Mereka berasal dari Malaysia, Singapura, serta dalam negeri dengan keperluan pulang karena orang tuanya sakit atau akan mendatangi perkawinan keluarga di Pulau Bawean.
Bukan hanya itu, sebagian warga juga terpaksa harus menunda keinginan bertemu keluarga. Bahkan tujuan pulang untuk menjenguk orang tua sakit pun harus tertunda sampai ada kepastian kapal berangkat. Bahkan ada keluarga Kepala Desa Kepuhteluk Amar gagal berangkat ke Gresik untuk menghadiri pesta perkawinan saudaranya di Kediri.Ada juga warga Bawean yang sudah siap berangkat ke Malaysia harus merelakan tiket yang dibelinya hangus.
Pulau Bawean merupakan gugusan kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik. Pulau ini terletak di sebelah utara wilayah Gresik. Bawean berjarak 80 mil atau 120 km dari Kota Gresik dan membutuhkan waktu tiga jam bila ditempuh menggunakan kapal cepat atau delapan jam bila ditempuh menggunakan kapal biasa.
Sementara itu,di tengah kegundahan atas ketidakpastian berangkat ke Bawean,A Muhajir,anggota DPRD Kabupaten Gresik menyempatkan menemui warga Bawean. Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPRD Kabupaten Gresik itu mengatakan perlu ada alternatif bagi mereka selama menunggu pelayaran ke Bawean.Dia berharap adanya dukungan dari semua anggota Dewan dari Bawean. (ashadi ik)
Sumber : SINDO
Sudah lima hari Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik melarang berlayar kapal penumpang maupun barang Gresik–Bawean karena ketinggian ombak mencapai 3 km.
GANG buntu di Kelurahan Bedilan, Kecamatan Gresik,Kabupaten Gresik, Jawa Timur mendadak ramai. Sejak subuh terlihat puluhan warga keluar rumah, tepatnya di Penginapan H Hasan. Dinginnya hembusan angin pelabuhan tidak dirasakan. Mereka terlihat tetap bercengkrama dengan bahasa mirip logat Madura.
Seiring mentari yang kian menyembul meninggi, rombongan warga di gang buntu tersebut kian bertambah.Setiap rombongan pun sepertinya berbicara dengan topik yang sama yakni kapan kapal penyebrangan KMP Ekspres Bahari 8- B dan KM Dharma Kartika berangkat ke Bawean. “Kami belum tahu. Katanya masih menunggu kepastian dari Adpel,” ujar Abdul Basid, pegiat salah satu LSM di Bawean. Kondisi yang sama bukan hanya terjadi di gang buntu Kelurahan Bedilan.
Namun,hampir terjadi di semua penginapan, tidak terkecuali penginapan utama warga Bawean di Penginapan Bawean,Jalan Nyai Ageng Arem Arem.Terlihat di ruang tengah bergerombol orang dengan tumpukan dus bawaan yang ditaruh dekat dinding kamar. “Mau apa lagi. Ya, sambil menunggu kepastian kapal yang bisa dilakukan hanya menonton televisi,” ujar Muhammad Ashari, 46, warga Deket Agung, Kecamatan Sangkapura saat santai di Penginapan Bawean.
Jumlah penumpang KM Ekspres Bahari 8-B dan KM Dharma Kartika yang batal berangkat ke Pulau Bawean sekitar 332 orang lebih.Mereka rata-rata menginap di Pondok Hasan sebanyak 50 orang; Penginapan Putri 65 orang; Penginapan Wisata 40 orang; Penginapan Happak Jee 32 orang; Penginapan Putra Bawean 30 orang; Hotel Bahagia 40 orang; dan Hotel Putra Jaya sebanyak 15 orang.
Akibat penundaan berlayar kapal penumpang Gresik–Bawean oleh Adpel, para penumpang mengaku harus mengeluarkan biaya berlipat-lipat. Hal itu disebabkan biaya penginapan mulai dari Rp40.000 hingga Rp150.000 per hari. Belum termasuk makan dan minum serta keperluan lain. Jumlah warga yang menginap terus bertambah seiring kedatangan warga Bawean yang hendak pulang.
Mengingat masa liburan sekolah sudah datang.Akibatnya, beberapa penginapan menolak untuk menampung dengan alasan sudah penuh. Warga yang berada di penginapan rata-rata sudah satu minggu. Mereka berasal dari Malaysia, Singapura, serta dalam negeri dengan keperluan pulang karena orang tuanya sakit atau akan mendatangi perkawinan keluarga di Pulau Bawean.
Bukan hanya itu, sebagian warga juga terpaksa harus menunda keinginan bertemu keluarga. Bahkan tujuan pulang untuk menjenguk orang tua sakit pun harus tertunda sampai ada kepastian kapal berangkat. Bahkan ada keluarga Kepala Desa Kepuhteluk Amar gagal berangkat ke Gresik untuk menghadiri pesta perkawinan saudaranya di Kediri.Ada juga warga Bawean yang sudah siap berangkat ke Malaysia harus merelakan tiket yang dibelinya hangus.
Pulau Bawean merupakan gugusan kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik. Pulau ini terletak di sebelah utara wilayah Gresik. Bawean berjarak 80 mil atau 120 km dari Kota Gresik dan membutuhkan waktu tiga jam bila ditempuh menggunakan kapal cepat atau delapan jam bila ditempuh menggunakan kapal biasa.
Sementara itu,di tengah kegundahan atas ketidakpastian berangkat ke Bawean,A Muhajir,anggota DPRD Kabupaten Gresik menyempatkan menemui warga Bawean. Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPRD Kabupaten Gresik itu mengatakan perlu ada alternatif bagi mereka selama menunggu pelayaran ke Bawean.Dia berharap adanya dukungan dari semua anggota Dewan dari Bawean. (ashadi ik)
Posting Komentar