Media Bawean, 13 Juli 2010
Sumber : Jawa Pos
TRADISI ngateraken (mengantar) tidak hanya diperuntukkan bagi warga Pulau Bawean yang hendak menjalankan rukun Islam kelima, yakni haji. Di pulau tersebut, tradisi itu juga dilakukan untuk mengantar warga yang hendak "berlayar" ke Jawa.
Sampai saat ini, budaya tersebut masih berlaku, terutama kepada warga Bawean yang kali pertama hendak meninggalkan pulau tersebut. Bedanya dengan tradisi terdahulu adalah sarana pengantarnya.
Dulu, kata Mustain, warga Desa Kumalasa, Sangkapura, masyarakat yang hendak pergi ke Pulau Jawa diantar secara berombongan dengan jalan kaki alias long march sampai di perbatasan desa.
"Tapi, sekarang kami menggunakan mobil dan motor dan mengantar sampai dermaga," ujarnya. Tradisi turun-temurun yang guyup itu mungkin sangat langka. Namun, di Pulau Putri -sebutan lain Pulau Bawean- tradisi tersebut masih lestari. (yad/c8/ruk)
Sumber : Jawa Pos
TRADISI ngateraken (mengantar) tidak hanya diperuntukkan bagi warga Pulau Bawean yang hendak menjalankan rukun Islam kelima, yakni haji. Di pulau tersebut, tradisi itu juga dilakukan untuk mengantar warga yang hendak "berlayar" ke Jawa.
Sampai saat ini, budaya tersebut masih berlaku, terutama kepada warga Bawean yang kali pertama hendak meninggalkan pulau tersebut. Bedanya dengan tradisi terdahulu adalah sarana pengantarnya.
Dulu, kata Mustain, warga Desa Kumalasa, Sangkapura, masyarakat yang hendak pergi ke Pulau Jawa diantar secara berombongan dengan jalan kaki alias long march sampai di perbatasan desa.
"Tapi, sekarang kami menggunakan mobil dan motor dan mengantar sampai dermaga," ujarnya. Tradisi turun-temurun yang guyup itu mungkin sangat langka. Namun, di Pulau Putri -sebutan lain Pulau Bawean- tradisi tersebut masih lestari. (yad/c8/ruk)
Posting Komentar