Media Bawean, 1 Desember 2010
Oleh : Ali Asyhar
Bila kita menilik sejarah nasional antara rentang 1965 – 1973 kita akan menemukan sosok Subchan ZE. Bujang pemberani ini kini semakin asing di telinga pemuda Indonesia kalah dengan popularitas Ariel Paterpan, Dewi Persik dan sinetron Cinta Fitri. Penyebabnya adalah mayoritas generasi muda kita lebih senang menonton daripada membaca apalagi menulis.
Subchan ZE ( Zaenuri Echsan bukan Zarjana Ekonomi seperti ledekan para karibnya) adalah pemuda kaya raya, pekerja keras, pemberani dan cerdas. Keberanian Subhan menurut kesaksian teman-temannya bisa dicontohkan ketika ia dipanggil Bung Karno pasca Gestapu/PKI dan Subhan membentuk Komando Aksi Pengganyangan (KAP) Gestapu “ Chan, dulu aku mengenalmu sebagi pemuda yang baik tapi sekarang kamu ugal-ugalan. Kamu ikut-ikutan demontrasi!” Bentak Bung Karno. Subchan menjawab “ Maaf Bung, saya tidak ikut-ikutan demontrasi tapi justru sayalah yang menggerakkan demontarsi itu”. Waba’du.
Bila kita menilik sejarah nasional antara rentang 1965 – 1973 kita akan menemukan sosok Subchan ZE. Bujang pemberani ini kini semakin asing di telinga pemuda Indonesia kalah dengan popularitas Ariel Paterpan, Dewi Persik dan sinetron Cinta Fitri. Penyebabnya adalah mayoritas generasi muda kita lebih senang menonton daripada membaca apalagi menulis.
Subchan ZE ( Zaenuri Echsan bukan Zarjana Ekonomi seperti ledekan para karibnya) adalah pemuda kaya raya, pekerja keras, pemberani dan cerdas. Keberanian Subhan menurut kesaksian teman-temannya bisa dicontohkan ketika ia dipanggil Bung Karno pasca Gestapu/PKI dan Subhan membentuk Komando Aksi Pengganyangan (KAP) Gestapu “ Chan, dulu aku mengenalmu sebagi pemuda yang baik tapi sekarang kamu ugal-ugalan. Kamu ikut-ikutan demontrasi!” Bentak Bung Karno. Subchan menjawab “ Maaf Bung, saya tidak ikut-ikutan demontrasi tapi justru sayalah yang menggerakkan demontarsi itu”. Waba’du.
Ahmadinejad sang pemberani dari Persia. Presiden Iran yang mungil (untuk ukuran orang Iran) adalah sosok yang banyak dipuja dan diharapkan bisa membungkam Amerika Serikat. Keberanian Ahmadinejad mengundang decak kagum sekaligus cibiran bagi lawan-lawannya. Ia menyodorkan diskursus penghapusan Israel dari peta dunia dan dengan lantangnya ia menggugat sejarah Holocaust dengan mengatakan “ Bila tragedi itu benar terjadi mengapa bukan Eropa yang menanggungnya tapi justru Palestina? Bila engkau menangisi terbunuhnya 2 juta orang Yahudi mengapa tidak tergerak dengan musnahnya bangsa Palestina?”. Mantan walikota Teheran ini tetap teguh dengan program nuklirnya karena nuklir Iran adalah untuk perdamaian. Waba’du.
Obama. Anak Menteng ini dengan jenakanya menyebut “Pulang kampung” saat memberi kuliah di UI beberapa minggu lalu. Obama membawa wajah baru Amerika Serikat setelah tercoreng-moreng ulah brutal pendahulunya George W.Bush. Jika Bush antipati dengan islam maka Obama membalik adigum bahwa islam adalah sahabat. Sejak ia dilantik menjadi presiden segera ia menyuarakan bahwa islam bukan musuh Amerika. Amerika harus bersahabat dengan islam karena islam telah mewariskan peradaban modern untuk Barat. Ini wajar, karena sejak umur 6 tahun Obama tinggal di Jakarta dan
berteman dengan anak-anak islam. Tiap waktu ia mendengarkan adzan dari corong-corong masjid dan selama 4 tahun ia juga menikmati ramainya hari raya. Waba’du.
Mengkomparasikan ketiga tokoh diatas kita akan menemukan beberapa kesamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah :
TOKOH MUDA
Subchan melesat bak meteor saat ia mempelopori KAP Gestapu/PKI. Ia dipercaya oleh para aktivis sebagai satu-satunya tokoh muda yang bisa menggerakkan semua komponen anti komunis. Tercatatlah sejumlah tokoh pemuda dari berbagai organisasi yaitu Mar’ie Muhammad, Zamroni, Lukman Harun, Harry Tjan, Cosmas Batubara, Yusuf Wanandi, Savarinus dan seterusnya. Saat itu Subchan berusia 35 – an tahun. Diusia belia itu Subhan sudah bisa menyatukan PMII, HMI, Ansor, PMKRI, Muhammadiyah dan elemen lain anti komunis. Subhan dengan totalitasnya berdarma bakti untuk bangsanya. Rumahnya yang luas dan mewah selalu penuh dengan para aktivis dan kulkasnya selalu habis dikuras teman-temannya sehabis demonstrasi. Bahkan mobilnya bak mobil umum siapapun boleh memakai dan Subchan yang mengisi bensinnya.
Ahmadinejad terpilih menjadi presiden di usia 50 an. Usia yang cukup muda bagi presiden. Sejak muda Ahmadinejad dikenal sebagai pemimpin yang berhati baja. Derasnya teror dan intimidasi seakan menjadi arena sekolah baginya. Maka tak heran bila ia mendambakan kejayaan bangsanya dari para pemuda. Simaklah, Garda Revolusi Iran dipilih dari pemuda-pemuda tangguh nan militan. Hizbullah di Lebanon juga direkrut dari pemuda yang aktif berjamaah subuh. Hasilnya : Hizbullah berhasil menghalau tentara Israel dalam berbagai front. Garda Revolusi iran berhasil menggertak musuh-musuhnya dan dibuat kecut nyalinya.
Obama terpilih di usia 47-an tahun. Semangatnya yang menyala telah menumbuhkan harapan bagi siapa saja. Tengoklah euforia saat ia terpilih. Lonceng-lonceng gereja dibunyikan tiada henti, klakson mobil bersahutan di jalanan. Semua menumpahakan kegembiraan seakan melihat lilin di malam yang pekat. Nyatanya ia tidak mengecewakan dalam memimpin meski banyak yang mencurigai bahwa ia tidak tulus dalam berdiplomasi . Sebagian kalangan tetap meyakini Amerika tetaplah Amerika yang benci islam, antek Israel , polisi dunia yang dzalim dan berstandar ganda.
OPTIMIS
Ditengah kejumudan santri (baca NU) Subchan sudah menawarkan demokrasi untuk keadilan, clean Governent, dan supremasi hukum. Saat semua kekuatan politik mulai disusupi komunis Subchan berani pasang dada untuk melawan komunis. Ia optimis bahwa suara-suara keadilan meski diucapkan secara lirih maka perlahan akan bisa mengimbangi kesewenang-wenangan. Suaranya yang lantang sering tak bersahut. Kuatnya wibawa penguasa ( Bung Karno) sudah bisa membungkam suara para senior Subchan. KH.Idham Chalid berujar “ Jualan Subchan itu kurang cocok dengan selera pembeli”. Puncaknya ia pun di pecat dari jabatan ketua 1 PBNU namun ia melawan dengan mengatakan “ Saya siap diberhentikan dalam arena Mukatamar karena saya juga dipilih oleh Mukatamar”. Pemecatan Subhan juga disayangkan oleh banyak kyai sepuh, seperti KH.Ali Maksum Krapyak “ NU tanpa Subchan hanya jadi partai tahlilan”. Konflik tentang pemecatannya berakhir dengan wafatnya Subchan tahun 1973 di tanah suci. Konon ia “dibunuh” rezim orba karena oposannya.
Ahmadinejad mewarisi kebesaran Persia pada zamannya. Keyakinannya akan kebenaran islam membuatnya berani melawan kedzaliman. Ia tahu bahwa tekanan terhadap Iran adalah buan tangan Zionis. Dengan Mossadnya Zionisme membentuk opini dunia. Iran faham bahwa Israel tidak main-main dengan citanya yakni kejayaan Israel raya. Maka hanya dengan keberanian Zionisme bisa dikalahkan. Ia yakin Amerika tak bernyali membuka front baru setelah babak belur di Irak dan Afghanistan. “ Mengapa engkau memata-matai nuklir Iran? Padahal mesin nuklirmu 24 jam tida pernah berhenti!”.
Obama, semangat baru. Lelaki keturunan Kenya ini tak henti-hentinya menyembulkan harapan. Di Kairo ia lantang menyuarakan perdamaian dan persahabatan. Di semua negara yang ia kunjungi jabatan erat ia genggamkan untuk meyakinkan bahwa Amerika telah berubah. Kini ia sedang menarik pasukannya dari Irak dan menjanjikan pengunduran dari Afghanistan akhir tahun 2011. Ia mengubah fatsun politik Amerika dari seorang polisi menjadi warga biasa. Selama ini Amerika berprinsip : “Amerika harus ikut mengurusi negara lain” kini di tangan Obama berubah : “Lebih baik mengurus dalam negeri Amerika daripada terus menerus mencari musuh”.
PENUTUP
Perbedaan ketiganya adalah : Pertama Subchan ZE harus mati muda dan belum sempat jadi presiden sedangkan Ahmadinejad dan Obama kini berada di puncak kekuasaan. Kedua, Subchan seakan seorang diri dalam bertempur di tangah komunitas Nahdliyyin yang gemuk sehingga ia kesepian sedangkan Ahmadinejad dan Obama berada di tengah gemuruh rakyatnya. Ketiga : Subchan Muslim sunni, Ahmadinejad Muslim Syi’i dan Obama Kristiani.
Semoga do’a nenek Obama terkabulkan dan Obama menjadi muallaf. Amin.
Posting Komentar