Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » H. Samri Barik
Setuju Wisata Non Religi

H. Samri Barik
Setuju Wisata Non Religi

Posted by Media Bawean on Selasa, 01 Februari 2011

Media Bawean, 1 Februari 2011

Pengembangan Pulau Bawean  sering terhalang oleh pemikiran-pemikiran lokal dan juga Pemerintah. Pertama yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah dasar mengenai pengaliran arus warga (emigrasi dan immigrasi). Bawean sebenarnya kurang penduduknya, lebih ramai yang dikeluar daripada didalam.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga tidak banyak, bayangkan pendapatan satu tahun hanya Rp 52 juta. Ini menunjukkan aktivitas pekerjaan dan usaha dagangan di Pulau Bawean tidak berkembang.

Jikalau pemerintah membenarkan orang Bawean dari pelosok dunia kembali ke Pulau Bawean dengen segala harta dan uangnya untuk disimpan dan dikembangkan, seperti nya warga Israel dari pelosok dunia kembali ke Israel. Diperkirakan harus ada sekitar 100 orang-orang kaya di bawean. sedangkan yang ramai ada di Bawean adalah orang-orang miskin dan tidak mampu. Jadi siapa yang akan jadi pengusaha? Dan usaha apa?

Pemerintah bisa membukakan jalan untuk orang luar masuk ke Pulau Bawean dengan diberikan keistimewaan immigrasi, pasti ramai nanti investor masuk Pulau Bawean, dan  tidak akan kekurangan dana untuk membiayai wisata yang dimimpikan.

Selain Pulau Bawean diramaikan datangnya orang luar, juga bisa melihat pertumbuhan penduduk yang bertambah. Sekarang penduduk bukan saja berkurangan, malah mengalir semuanya ke Malaysia, karena soal lapangan pekerjaan. Hal ini tidak pernah dilihatkan oleh kiyai-kyai atau pejabat, justru terus-terusan di debatkan hingga membosankan. Kapan kita membetulkan kebodohan kita dalam masyarakat? Kapan kita membetulkan kebodohan kita dalam pemerintahan. Punya lapter, tidak ada pesawat. Punya jalan lingkar, semua empat roda masih dipakai orang-orang itu saja untuk senang-senang dan bukan produktiviti negara? Orang-orang yang diajak berbicara bukanlah orang-orang yang ahli didalamnya. Mereka tidak mengerti data-data dan juga fakta-fakta ekonomi yang bisa dilihat untuk menjangkau perubahan di Pulau Bawean.


Saya memang tidak setuju kalau Pulau Bawean mau dijadikan wisata religi. Itu angan-angannya orang yang tidak berkonsep. Kalau ke Mekah, saya mengerti kalau kesana emang tidak ada tempat yang dimaksudkan melainkan Ka'bah dan Madinah, selepas itu disana juga ada ratusan masjid yang tersebar diseluruh tanah jazirah Arab. Bayangkan kalau kita kesana hanya untuk singgah kesetiap masjid.--kalau ini dinamakan wisata religius, saya rasa kita sudah salah perbincangan. Karena wisata ada campurannya istirahat dan juga menikmati diam dalam keindahan alami.

Di Saudi Arabia, orang ke Padang Pasir, dan duduk diam di kemah-kemah badui, ke daerah pantainya dan juga perkampungan mereka. itu memerlukan waktu berminggu-minggu. Di Pulau Bawean tidak punya tempat-tempat seperti itu, untuk dikunjungi jutaan umat. Marilah kita membuka wawasan yang realitas supaya kita dapat hidup lestari dengan perkembangan alam disekeliling kita, sambil meraih keuntungan wisatanya. Kita punya laut yang jernih, pantai-pantai yang indah, dan linkungan yang belum tersentuh dunia luar - dan tidak akan mungkin tersentuh untuk beberapa lamanya. Mari kita manfaat kan hal ini dan kita sama-sama bangunkan wisata yang berlandaskan kemanusiaan yang menggariskan syariatnya. Insya Allah nanti satu hari ramai orang Bawean akan kembali ke tanah kelahirannya dan tidak mau kemana-mana lagi

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean