Media Bawean, 10 Maret 2011
Diskusi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri (STAIHA) Bawean, digelar hari rabu (9/3/2011), bertempat di Aula Kampus STAIHA, menghadirkan narasumber Asepta Yoga Permana (wartawan Surabaya Post).
Asepta Yoga Permana menyampaikan makalah jurnalistik, seputar pembuatan berita, dan kode etik jurnalistik. "Syarat mutlak sebagai wartawan adalah peka terhadap lingkungan sekitar, memiliki pengetahuan luas bersumberkan kajian pustaka atau buku, dilengkapi data lengkap dan wawancara yang berimbang,"katanya.
Menurut Septa (penggilan akrabnya), banyak sumber berita di Pulau Bawean yang menarik diberitakan, seperti alam dan budaya Bawean memiliki keunikan untuk dimediakan.
Dalam diskusi, mahasiswa mengkritisi kinerja wartawan yang dianggapnya selalu berlindung diketiak penguasah dan pengusaha, dampaknya rakyat yang dirugikan. Lebih lanjut mahasiswa STAIHA mengkritisi berita-berita media selalu menonjolkan kejelekan daripada kebaikannya, padahal dalam hukum agama, menyampaikan keburukan orang lain termasuk dilarang.
Menjawab pertanyaan mahasiswa, Septa menyatakan berprofesi sebagai wartawan harus siap miskin. "Tidak benar bila berlindung diketiak penguasah atau pengusaha, apapun jawabannya selalu dimuat sebagai perimbangan pemberitaan,"terangnya.
"Pejabat bila dikonfermasi selalui menyangkal atau menolak, termasuk membela diri sebab tidak mau disalahkan. Tapi wartawan sudah siap bekal dan ilmunya, sehingga tidak bisa dibondohi,"paparnya.
Soal berita kenapa selalu identik pemberitaan jelek daripada baiknya, Septa menjawab, apapun yang diperoleh wartawan adalah sumber berita untuk disampaikan kepada publik. (bst)
Posting Komentar