Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Problem Kesehatan
Di Pulau Puteri Bawean

Problem Kesehatan
Di Pulau Puteri Bawean

Posted by Media Bawean on Senin, 14 Maret 2011

Media Bawean, 14 Maret 2011

Oleh : Dokter Tyas Frimabona*
Fenomena Minimnya Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan di Pulau Puteri


Pulau Bawean yang biasa dikenal sebagai pulau putri, merupakan pulau yang masih benar benar alami, jauh dari jangkauan para makhluk pengeksploitasi, bukan karena Bawean tidak dikenali melainkan masyarakat bawean sendiri yang banyak membatasi pengembangan bawean itu sendiri, entah karena faktor apa?

Kita kupas sedikit mengenai geografis Pulau Bawean yang merupakan sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 150 kilometer sebelah utara Pulau Jawa, tepatnya di garis koordinat khatulistiwa 5°46′ LS 112°40′ BT. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Bawean memiliki 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 jiwa. Diameter pulau Bawean kira-kira 12 kilometer dan jalan yang melingkari pulau ini kira-kira panjangnya 70km dan bisa ditempuh dalam waktu 1-2 jam.

Dilihat dari segi geografis diatas dapat kita simpulkan Bawean merupakan suatu tempat yang kecil dengan penduduk yang padat. Lalu mengapa Bawean sulit sekali berkembang? padahal selama 2 tahun saya tinggal disana dirasa cukup untuk mengetahui karakter masyarakat penduduk disana yang memiliki solidaritas tinggi (apa betul seperti itu?), ramah, tidak individualis (bahkan terlalu mencampuri) dan tidak sedikit masyarakat Bawean yang sukses di tanah rantau. Lalu pertanyaan sekali lagi terlontar dari bathinku mengapa Bawean sulit berkembang? Solidaritas massa adalah suatu modal dasar pengembangan suatu wilayah, meskipun ada beberapa hal lain yang menunjang itu, antara lain visi dan misi wilayah itu sendiri, tingkat ekonomi, sosial ( pendidikan dan gaya hidup), budaya. Jika hal ini dibahas sampai tuntas maka akan sangat melebar sekali, tapi disini saya hanya berusaha mengupas dari sisi kesehatan yang notabene saya pribadi adalah sebagai tenaga medis.

Bawean yang diambil dari bahasa sansekerta berarti ada sinar matahari, sudah sangat sangat merindukan dan mendambakan fasilitas umum yang jauh lebih layak. Terutama adalah fasilitas kesehatan. Banyak masyarakat yang sudah berandai – andai, andaikan ada rumah sakit dengan alat – alat pemeriksaan penunjang yang utama (laboratorium lengkap dan foto rontgen), andaikan ada dokter spesialis, andaikan di balai – balai kesehatan mudah mendapatkan dokter umum, andaikan tenaga medis disana bisa ditanggung kesejahteraannya baik secara moral, materi (financial dan kesetaraan pendidikan).

Mengapa sampai ada fenomena seperti judul yang saya buat, mari kita lihat dari berbagai sudut pandang. Kenapa sampai tidak ada rumah sakit? karena tidak ada yang memperjuangkannya. Kenapa tidak ada yang memperjuangkannya? Karena tidak tahu langkahnya atau tahu langkahnya tapi terkendala dengan keuangannya / koneksinya. Ada apa dengan keuangannya dan koneksinya? Bukankah tidak sedikit perantau yang sukses dan bukankah ada anggota legislatif (dewan) yang berasal dari Bawean? Andai mereka mau membangun Bawean saya rasa tidak sulit kalau hanya untuk sebuah Rumah Sakit Bawean. 

Lalu apa permasalahannya? Karena tidak ada solidaritas yang mengatas namakan Bawean sendiri, yang ada adalah bagaimana per kelompok bisa hidup sendiri, dan menurut analisa saya mereka tidak menyadari per kelompok tidak akan mampu membangun fasilitas dan pelayanan kesehatan yang layak di Bawean. Kenapa begitu karena dilihat dari sudut pasang surutnya tenaga medis ( dokter ) di Bawean itu sendiri. 

Kenapa dokter menjadi pasang surut? Karena tidak ada rumah sakit dan fasilitasnya yang layak. Ini adalah suatu lingkaran setan yang perlu ditancapkan dibenak kita. Dan sesuatu fakta yang mencengangkan saya adalah sugesti masyarakat sendiri yang tidak merasa mantap apabila masalah kesehatannya ditangani oleh dokter putra/putri daerah Bawean sendiri. Masyarakat Bawean sebagian besar lebih senang dari dokter bukan putra/putri daerah.

Wow… betapa terkucilnya sehingga dokter putra /putri Bawean sendiri merasa tidak nyaman dan tidak bisa berkembang di wilayahnya sendiri. Selama ini saya terlalu sering menyalahkan rekan sejawat saya yang saya pikir mereka egois tidak memikirkan daerahnya, tapi nyatanya malah terbalik. Lalu, apakah itu yang disebut solidaritas warga Bawean, keramahan warga Bawean seperti apa yang tidak bisa mempercayai saudara sendiri untuk berkembang menjadi lebih baik? Sekedar tambahan informasi saja, mayoritas masyarakat Bawean tidak bisa membedakan dokter dan perawat. Dan apakah juga tidak bisa membedakan bidan dan dukun bayi ya?

Mau menyalahkan pemerintah? Saya ingin mengingatkan kembali bahwa pemerintahan Indonesia sekarang dalam pengembangan wilayahnya menggunakan sistem Otonomi Daerah yang artinya adalah SDM dan Anggaran berasal dari wilayah itu sendiri untuk mengembangkan wilayah itu. Lalu, anggaran apa yang didapat Bawean untuk mengembangkan Bawean? Lalu, SDM dari Bawean bagaimana? Bagaimana putra / putri daerahnya? Interpretasikan sendiri saja.

Paling tidak satu titik cerah dengan adanya berita listrik 24 jam bagi saya adalah suatu awal Rumah Sakit Bawean bisa segera terealisasikan. Karena hal yang vital ini adalah nyawa dari sebuah rumah sakit. Dan raganya adalah dengan adanya dokter spesialis, dokter umum, perawat ahli, analis kesehatan, ahli gizi, fisioterapist, akan bekerja nyaman apabila kebutuhan pekerjaan mereka terpenuhi. Kebutuhan pekerjaan seperti laboratorium lengkap dan pemeriksaan penunjang utama (foto rontgen), dan PMI adalah pelengkap yang bisa diusahakan apabila memang benar – benar masyarakat Bawean sendiri berusaha untuk merubahnya. Bila ada program beasiswa studi untuk kesehatan mulai dokter maupun perawat, hmmm….. alangkah baiknya dan menjadi angin segar bagi tenaga medis yang bersedia mengabdi untuk bawean. Berita bahagia lain yang saya tunggu adalah transportasi yang baik dan lancar dari jalur laut dan udara untuk bawean karena bisa sangat menunjang kemajuan fasilitas dan pelayanan kesehatan sebagai fasilitas pelayanan rujukan.

Mari kita renungi apa visi dan misi Bawean sendiri. Jika memang ingin ada perubahan yang lebih baik maka, berubahlah mulai dari yang terkecil dan dimulai dari diri kita masing-masing. Dukung saudara kita menuju kesuksesan. Kesalahan, kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Lalu jangan dianggap mereka tidak mampu. Rangkul mereka. Jujur dan terbukalah tentang kekurangan kita, bahagia dan terimalah atas keberhasilan orang lain. Mulai merubah cara berpikir fanatik, munafik, minoritas, egoisme menjadi sebuah pemikiran universal sesuai norma,konsistensi, dan gotong royong.

*Mantan Dokter di Balai Kesehatan Islam (BAKIS) Sangkapura.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean