Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Profesionalisme Dan Kualitas
Pendidikan Di Pulau Bawean

Profesionalisme Dan Kualitas
Pendidikan Di Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 16 Maret 2011

Media Bawean, 16 Maret 2011

Oleh : Faisal Haq*


Beberapa hari lagi kita akan memperingati hari Pendidikan Nasional tepatnya tanggal 2 Mei 2011. Momentum hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tahun, bisa kita jadikan tolak ukur keberadaan pendidikan di Pulau Bawean. Dari tahun ketahun dunia pendidikan di Bawean terlihat tidak menunjukkan kemajuan yang terlalu signifikan bila dibandingkan dengan daerah lain, bahkan seakan berjalan di tempat. Padahal Kemajuan suatu daerah atau bangsa ditentukan oleh pendidikan generasi mudanya, generasi muda yang berkualitas dengan segudang prestasi. Untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas tentu harus didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas pula.

Sekolah Dasar (SD) adalah tonggak dari pendidikan di Indonesia sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti ke SMP, SMU dan ke perguruan tinggi. Bila dari sekolah dasar sudah memperoleh pendidikan yang bermutu, Insya Allah ke depan mereka akan mampu mengikuti pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Munurut Bapak Prof. Dr. H. Mohamad Surya Ketua Umum PB PGRI, untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas harus dimulai oleh guru yang berkualitas di samping sarana dan prasarana yang memadai. Di Bawean sendiri sekarang sudah ada sekolah pendidikan keguruan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru khususnya di sekolah-sekolah dasar di Pulau Bawean. Pada prinsipnya keberadaan sekolah ini memang dibutuhkan, namun bukan berarti harus cepat berdiri dan terkesan serampangan, sekolah ini harus dikelola secara profesional agar tidak seperti di daerah lain yang orientasinya justru cenderung ke bisnis dan bahkan hanya menjadi ajang untuk menjadi pegawai negeri sipil yang pada akhirnya semakin melenceng dari tujuan utamanya.

Sekolah keguruan harus mengutamakan asas profesionalisme, artinya orang-orang yang mendaftar ke sana harus di saring agar yang diterima benar-benar dari orang-orang yang pandai, berkomitmen di bidangnya serta mempunyai teladan yang baik. Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 7 ayat 1) prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan dan idealisme, (b) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (c) memiliki kompetrensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (d) memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi, (e) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Di Singapura yang sudah menjadi negara maju, profesi guru di pegang olah orang-orang yang terpilih (terpandai), dengan demikian para guru akan menularkan kepandaiannya kepada murid-muridnya, kalau yang menjadi guru adalah mantan murid-murid yang suka bolos, suka tidur di kelas, disekolah ranking 5 dari belakang, apa yang akan mereka tularkan kepada murid-muridnya kelak? Kalau asas profesionalisme tidak bisa diterapkan, lantas apa bedanya cara perekrutan guru di zaman modern ini dengan guru sukarelawan di zaman perang dahulu?

Sekolah keguruan harus mengutamakan kualitas bukan kuantitas, berbisnis di dunia pendidikan sah-sah saja asal bisa bertindak secara profesional, jangan mengorbankan masa depan anak-anak bangsa dengan kepentingan sesaat. Profesi guru begitu mulia, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa guru tidak ada pendidikan (No teacher no education), bapak Imron Rosidi S-3 (mantan guru SMUN dan SMU UMMA Bawean) dalam sebuah blognya mengatakan bahwa guru bukan sekedar profesi tapi juga amanah. Artinya, berprofesi sebagai guru juga ada tanggung jawab yang diemban, yaitu berupa amanah untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, bukan hanya sekedar datang bekerja lantas pulang. Menurut UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Berprofesi sebagai guru itu harus orang yang profesional, ahli dibidangnya, ahli dalam materi maupun metode, bukan kerja sambilan seperti kita mancing ke dermaga, tanpa perlu ada keahlian, tanpa ada tanggung jawab dan tanpa ada amanah yang perlu di jalankan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan imam Bukhari, Rasulullah saw bersabda,"Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu."

Yang perlu digaris bawahi juga adalah, departemen pendidikan khususnya para guru itu harus steril dari kepentingan politik, jangan karena tidak satu partai atau berbeda ideologi lalu di hukum dan dikerdilkan ke daerah terpencil, dihambat kenaikan pangkatnya, dibungkam ide-ide briliannya, dan sebagainya. Cara berfikir kita jangan terlalu sempit seperti katak dalam tempurung. Sekolah-sekolah di luar Bawean sudah pada maju sedangkan kita di Bawean selama ini masih sibuk mencampur adukkan antara pendidikan dengan aliran atau hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan kemajuan pendidikan. Kalau kita masih berfikiran idiot seperti itu, bagaimana mau bersekolah ke Amerika, Eropa atau negara-negara maju lainnya, apa kita waktu mendaftar perlu bertanya, ini sekolah alirannya apa? Kita seharusnya bisa membedakan antara sekolah umum dengan pondok pesantren. 

Pada umumnya masyarakat Bawean biasanya alergi dengan sesuatu yang baru sehingga ketika ada sistem pendidikan yang baru, langsung dihakimi tanpa dikaji dan dipelajari. Misalnya seperti keberadaan SD swasta yang menerapkan sistem belajar mengajar yang baru, terbukti pada waktu awal-awal berdirinya banyak yang skeptis, mencibir dan bahkan berusaha mengucilkan. Padahal SD ini adalah sekolah Islam yang mencoba mengikuti sistem pendidikan modern, dan tidak ada sangkut pautnya dengan faham-faham keagamaan tertentu.

Demi kemajuan pendidikan di Pulau Bawean kita harus menjauhkan faktor like and dislike agar tidak semakin ketinggalan dengan daerah-daerah lain, mari kita mengajak masyarakat berfikir secara jernih, jangan terlalu su’udzon atau terlalu tabu terhadap hal-hal yang baru, yang ujung-ujungya akan menimbulkan fitnah dan hanya membuang-buang energi. Bekerjalah secara profesional, berfikir secara arif dan berprilaku secara bijaksana, agar bisa memberi manfaat dalam rangka peningkatan skill para guru dan kemajuan pendidikan di Pulau Bawean.

*Penulis adalah alumni MA UMMA Sangkapura Bawean Tahun 1994

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean